Hingga ke mamakanan terakhir ia cicipi, Marvel meletakkan sendok di atas meja makan lalu menatap ke arah Grace. Gadis itu yang tadinya menunduk, kini mengangkat kepalanya untuk meminta jawaban dari pria itu. Ia telah menduga bahwa masakannya sangat-sangat tidak enak. Mungkin saja di pikirannya itu sudah pas karena takaran bumbu yang dimasukkan oleh Grace itu tidak berlebih dan tidak kekurangan.Marvel mengulurkan tangannya lalu pria itu menarik pinggang Grace dan otomatis tubuh Grae bergerak ke depan dan jatuh di atas pangkuan pria itu. Marvel menatap dalam manik mata gadis itu. Manik matanya yang cerah dan bersinar, Marvel mencondongkan wajahnya mendekati wajah gadisnya yang cantik itu dan Grace yang mengetahui dirinya akan dicium oleh pria itu langsung memejamkan matanya. Belum saat birai Marvel menyentuh bibirnya itu, Grace sudah memejamkan matanya sehingga pria itu menatapnya heran dan diam-diam ia tersenyum gemas melihat tingkah lucu gadisnya itu.Marvel menjulurkan lidahnya untu
Marvel melepaskan cengkaram di kedua pergelangan tangan Grace dan ia menangkupkan bagian milik Grace yang tak sempat ia cumbui, sementara Grace. Gadis itu meremas bagian rambut belakang Marvel yang awalnya ia ingin menarik kepala Marvel yang telah menyusu pada dirinya itu, tetapi malah respon tubuhnya berkata lain. Hal itu membuat Marvel bertambah bergairah. Suara desisan dari gadis itu perlahan-lahan mulai terdengar dan sangat merdu di telinga Marvel."Om!"Grace berteriak karena Marvel menghisap ujung miliknya itu dengan kuat sehingga Grace berteriak. Bagian inti tubuh gadis itu mulai mengeluarkan sesuatu di sana.***Lin kini telah berada di rumahnya. Wanita itu berjalan sempoyong, dia mabuk. Frustasi karena Marvel tak ingin bersama dirinya lagi. Sungguh, Lin dahulunya benar-benar kejam pada pria itu dan sekarang semuanya berbanding terbalik. Apakah seperti ini dulu yang Marvel rasakan? Pikir Lin.Wanita itu kini telah sampai di kamarnya yang berada di lantai atas. Di perjalanan sa
"Ada apa lagi?" tanya Marvel sambil berjalan berlalu dari hadapan Lin yang baru saja berdiri.Wanita itu yang tadinya tersenyum lalu dia mengerucutkan bibirnya tak suka dengan tindakan Marvel yang terlalu dan sangat cuek pada dirinya."Sayang, yuk lah kamu tinggal di rumah aku. Aku mau kita ulang lagi, maafin kelakuan aku yang dulu-dulu ya, sama kamu. Aku mau kita hidupin bahtera rumah tangga lagi dengan kamu."Marvel yang berdiri menghadap jendela ruangannya itu, mengerutkan keningnya. Dia melihat kedua tangan kekarnya itu di depan dada bidangnya dan membalikkan tubuhnya menghadap Lin."Lin Reganne Alceriah, saya gak cinta sama kamu. Saya akan memberikanmu map hijau yang harus kamu tanda tangani."Jdar!Lin seketika membeku di hadapan Marvel. Wanita itu melebarkan matanya tak percaya dengan kata-kata Marvel barudan. Menandatangani map hijau sama saja dengan Marvel akan memberikan surat cerai padanya dan harus ditanda tangani Lin. Wanita itu memegang dahinya tak percaya, dia menggelen
"Jika aku kedapatan bahwa Marvel bersama wanita lain bagaimana?" ancam Lin seraya menunjuk Gerland dengan jarinya dan kuku-kukunya yang berwarna mengkilat itu."Sa-saya gak tahu Nyonya. Boss gak ada bilang-bilang sama saya. Buat apa juga saya kepo dengan urusannya? Saya yang akan dikeluarkan dari perusahannya ini," kata Gerland dengan sedikit takut, tapi terlihat dari suaranya yang sedikit gemetaran itu.Lin mengembuskan napasnya. Ia berjalan keluar dari ruangan Gerland, membuat pria itu bernapas lega. Ia meminum minuman kalengnya yang telah tak ada rasa dingin lagi di sana."Huh, untung nih mulut bisa di jaga. Kalo enggak? Boss pasti marah dan minta balikin 2 triliun. Mana ada lagi, tinggal 1 triliun. Udah beli rumah, tanah buat Ibu sama Ayah di kampung. Udah kasih mereka 500 juta buat pegangang beberapa tahun. Beli rumah lagi dekat kantor. Habis dong nanti. Gak ada gantinya," gerutu Gerland seraya duduk di kursinya lalu mengambil ponsel untuk memberitahukan bahwa surat-surat itu tel
"Ah, boleh sekali Presdir. Silahkan saja," jawab Marvel dengan senda guraunya. Dan pada pukul 6 sore, Grace dan Marvel pun langsung menuju hotel Marvel yang bernama Oxford Yoo."Om, 41 triliun itu banyak lho. Tapi, ya emang sih fasilitas di sana lengkap. Tapi, kenapa ya Om mau beli hotel?" tanya Grace.Gadis itu telah lama ingin menyakan hal ini. Entahl kenapa rasanya begitu tidak sopan saja dan pada detik inilah Grace mengeluarkan pertanyaannya dan meminta jawaban dari pria tampan yang tengah membawa mobil sportnya itu. Marvel tersenyum mendengar pertanyaan gadisnya itu. Ia menyugarkan rambutnya dan memberhentikan mobilnya di jalan raya saat lampu merah menyala."Saya mau menabung aja, Sayang. Sekalian buat nanam saham di setiap gedung jadi saya gak kehabisan uang, bukan? Ini juga untuk masa depan kita."Marvel tersenyum sambil menatap lembut ke arah manik mata Grace. Gadis itu cukup terpaku mendengar jawaban lria itu pada dirinya."Apaan sih, Om.""Oh iya, sebentar lagi juga saya ak
Grace bersembunyi di balik selimut tebal bermotif merpati putih di sana senada dengan alas kasur dan bantal. Marvel yang melihat ada yang menggembung di sana, sudah dia pastikan singa kecilnya itu bersembunyi. Marvel membuka pakaian atasnya lalu ia perlahan naik ke atas kasur dan terlihat pergerakan di bawah selimut, Marvel pun masuk ke dalam selimut lalu mengukung Grace di sana. Grace terkejut setengah mati saat Marvel berusaha untuk memperbaiki posisi tubuhnya yang menelungkup menjadi terlentang dan kedua sisi tangannya pun juga ditahan oleh Marvel."Ampun, Om. Besok aku sekolah. Tidur aja yuk.""Kamu udah ngegoda saya lho, tadi. Kita bersenang-senang dulu sayang."Setelah mengatakan hal itu, Marvel menyatukan bibir mereka. Mengecupnya beberapa kali sebelum melumatnya dan juga meraupnya sesuai dengan keinginan hati Marvel. Grace hanya bisa pasrah dikungkung dan diciumi pria tampan itu. Sejujurnya Grace juga kecanduan akan ciuman Marvel pada bibirnya itu. Dia juga tak bisa menolak. T
"Kamu kok sampe gak tahu sih, mobil saya udah di depan?" tanya Marvel saat mereka kini telah sampai di cafe."Gara-gara baca ini, hehehehe."Grace memperlihatkan buku itu di hadapan Marvel yang berjudul Ketos Tampan Pacarku itu. Marvel menggelekan kepalanya seraya mencubit pipi Grace dengan gemas sehingga gadis itu kesakitan dan memukul tangan Marvel yang menjahilinya."Tapi, kamu gak boleh lupa sama pelajaran di sekolah gara-gara baca novel begituan. Paham?""Paham, Pak.""Eh!""Apa?""Saya berasa tua tahu.""Om 'kan emang tua.""Sekarang ganti nama panggilan saya aja. Saya 'kan manggil kamu 'Sayang' juga. Masa kamu masih manggil saya dengan sebutan 'Om', sih?""Terus mau dipanggil apa?"Marvel pun memikirkan sejenak."Panggil Honey, Bunny, Baby, My Sun, Dear, Beb, Sayangku, Sweetie, Bee, Cutie, Oppa, Anae, Yeobo, Chagia, Darling, Love, Sweetheart, Beloved, Pumpkin, Lamb chop, Muffin, Precious, Baby doll, Snookums, Smootchie atau smootchie poo. Atau panggilan lucunya Sunshine, Boo bo
Waktu kini masih menunjukkan pukul 18.09 WIB. Marvel lalu memanggil satpam yang berjaga di depan rumahnya sebanyak 3 orang dan juga 5 orang satpam di belakang rumahnya."Pak, tolong usir Lin dari rumah ini. Dia ada di ruang televisi."Klik!Marvel langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Tak beberapa lama kemudian, terdengar suara teriakan Lin meminta tolong pada Marvel agar ia dilepaskan dari satpam itu. Tak lupa Marvel pun menyuruh mereka untuk mengantar Lin ke rumahnya agar wanita itu tak bisa membuntutinya saat ia pergi ke rumah Grace nanti. Setelah dirasa aman, Marvel membuka pintu kamarnya dengan ia membawa tas ranselnya yang ukuran 35 senti itu di bahunya.Marvel pun meminta pada Bi Tuti selaku Asisten Rumah Tangganya untuk membersihkan sampah dan sisa makanan di ruang televisi dan juga menjaga rumahnya dengan sebaik mungkin. Setelah itu barulah Marvel menjalankan mobilnya. Sebelum ia ke rumah gadisnya itu, pria itu terlebih dahulu mampir ke swalayan untuk membel
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg