"Lo mau masuk?" tanya Grace saat mereka telah sampai di parkiran hotel.
"Wah, bakalan kaya raya ni Grace kalo dapat Marvel. Terus nikah, ah gue pengen makan prasmanan kalian secepatnya. Pasti banyak," cerocos Xella."Yok lah, gue udah ditunggu sama Tuan Marvel."Grace menarik tangan sahabatnya itu untuk masuk ke dalam hotel. Hingga pada saat di ruangan 'Precidence' Grace mendapatkan 3 bodyguard milik Marvel yang tengah berjaga. Saat mereka melihat Grace, mereka langsung membukakan pintu untuk Grace dan sahabatnya. Marvel sedikit terperanjat melihat kehadiran Grace dan teman-temannya itu. Xella dan Anggi sangat terpesona melihat kemewahan yang ada di ruang pribadi milik Marvel."Selamat datang," sapa Marvel seraya mengancingkan jasnya kembali.Dia melangkahkan kakinya mendekati mereka dan menyuruh mereka juga untuk duduk. Marvel langsung membuatkan minuman yang hanya di dalam kantornya saja. Lalu mempersilahkan mereka meminumnya. Grace sedikit heran dengan peGrace baru saja turun dari taxi yang telah mengantarnya kembali ke villa Marvel. Baru saja memasuki lobby dia sudah di sapa beberapa bodyguard yang selalu mengantarnya sampai ke depan pintu rumah. Saking tidak moodnya hari ini, dia mengabaikan semua pertanyaan yang di lontarkan oleh salah satu bodyguard yang ada di belakangnya. Biasanya Grace selalu menangapi mereka karena para bodyguard itu tahu Nona manisnya itu sangat baik hati dan ceria. Namun, hari ini terlihat berbeda."Buka pintu."Saking malasnya Grace enggan untuk meletakan sidik jarinya di atas sensor."Welcome Beauty."Tiga detik kemudian suara dari intercome itu muncul seiring terbukanya pintu yang ada di depan Grace. Dia melangkahkan kaki memasuki rumah yang sepi itu. Biasanya jika pulang siang seperti ini, Marvel dan Grace akan menonton film bersama. Marvel akan membeli es krim kesukaan Grace atau makanan lainnya dan Grace kadang juga yang memesan pop cron. Menonton film romance komedi sampai mataha
Grace pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setalah itu mereka tidur bersama.***Di pagi hari, Grace dan Marvel sudah bersiap-siap untuk pergi ke tempat rutinitasnya. Marvel yang pergi kerja, sementara Grace yang melanjutkan pendidikan tingginya di universitas. Tak lupa, mereka sarapan dulu dengan disiapkan oleh asisten rumah tangga Marvel lalu mereka pun berangkat bersama-sama."Jangan caper di sana."Marvel mengingatkan kepada Grace, dia mengantarkan Grace sampai ke depan gedung universitas tersebut. Grace menganggukkan kepalanya sambil tersenyum dan dia dihadiahkan kecupan di bibirnya sebelum dia keluar dari mobil elit milik Marvel. Grace mengambil tempat sepi yang ada di taman. Di mana tempat duduk di sana kosong. Ditambah lagi dengan pohonnya yang rindang. Grace menunggu sahabatnya untuk datang, namun siapa sangka bahwa Yeager melihat Grace yang duduk di taman sendirian. Dia tersenyum simpul seraya menenteng tas yang berada di punggungnya lal
"Kamu bohong, ini ada celana dalam," kata Marvel dan Grace bersumpah dia seharusnya tidak menggoda pria itu berlebihan."Dad—""Dad.""Dad," ulang Grace."Ya, My perfect slut? Do you miss me? Kamu rindu hujamanku?" tanyanya.Grace menggigit bibir. Kedua tangan Marvel melebarkan pahanya dan perempuan itu merasa tubuhnya di bawah sana telah dimasuki sesuatu yang ramping. Itu jari."Dad, seseorang bisa lihat—""Kurasa kamu tahu, aku tidak keberatan sex in public. Selagi itu bisa membuat mereka tahu kamu milikku.""Jangan ... kamar. Kamar saja," kata Grace panik.Si pemuda itu menegakkan diri. Dia memperhatikan Grace yang nampak berantakan. Pria itu mengulurkan tangannya, meremat dada Grace."Mobil," katanya."Rough sex, aku ingin itu," lanjut Marvel.Grace mengumpati dirinya sendiri malam ini. Marvel sama sekali tidak mabuk. Tapi, pria itu menjebaknya di dalam permainan Grace sendiri. Sialan, pikir perempuan
Di tempat tidur, Grace yang tengah dipeluk oleh Marvel fokus membaca komentar dari pembaca fanfiction-nya. Sedangkan Marvel tentu saja ikut membaca dan sesekali menimpali."Gak mengantuk, hum?" Marvel bertanya di sela dia mengusap rambut Grace.Grace menoleh, lalu menggeleng. Dia sedang berbahagia karena Marvel membolehkannya ikut ke Los Angekes selama libur perkuliahan. Dia ingin menghabiskan banyak waktu bersama Marvel setelah belakangan ini berkutat dengan segala macam bentuk tugas."Sangat merindukanku, hum?" Marvel merangkul lebih erat.Grace tertawa kecil. Tentu saja dia merindukan Marvel. Bagaimana tidak? Belakangan ini dia mengabaikan Marvel karena tugas yang menumpuk. Beruntung, kekasihnya itu mengerti dan tak banyak menuntut---tidak seperti dirinya tempo hari."Tugasmu sudah selesai semua?" Marvel bertanya untuk memecah hening di ruang mewah tersebut."Belum." Grace mengangkat bahunya."Tapi sekarang, aku cuman mau sama Marvel-ku aja. Mar
Grace baru membuka pintu saat Marvel tersenyum cerah sambil memegang kue tart mungil berbentuk mawar dengan warna dominan coklat dan merah—sepertinya dia sudah menunggu sejak beberapa menit lalu, tidak mau kehilangan momen menyambut kekasihnya meski hanya sedetik. Pria tampan itu tertawa kecil, berjalan mendekat ke istrinya yang tertawa bingung. Hei, ayolah. Siapa yang tidak akan bingung jika diberi kejutan seperti ini? Ulang tahun tidak, hari istimewa juga tidak. Lalu?"Happy anniversary day."Oh my God!Grace tertawa dan Marvel juga ikut tertawa.Ya Tuhan ... bagaimana mungkin Marvel rela bersusah diri hanya untuk merayakan hari hari jadinya bersama Grace? Marvel ini ... memang cinta, atau terlalu rajin?"Sini, kubawakan tasmu. Kamu bawa ini, jangan lupa dimakan juga!"Marvel menyerahkan kue pada Grace, mengambil alih tas di pundak kekasihnya itu dan bergegas ke kamar untuk menaruh. Hanya beberapa waktu, dia sudah kembali dengan senyum yang cera
Grace sedikit menyinggung permasalahan kemarin malam yaitu pada saat Marvel dan Baltierra berdebat di telepon tentang Baltierra dan membuat Grace terang-terangan mengatakan bahwa dia cemburu terhadap penyanyi cantik tersebut. Akibatnya, lagu Roy Kim yang di-cover oleh Marvel, yang seharusnya di-update tepat pada jam dua belas malam atau bertepatan pada pergantian tanggal, jadi di-update satu jam lebih cepat. Semua demi Grace, agar Grace tidak marah karena kecemburuan yang sepele.Marvel meneguk ludah, kemudian lebih merapatkan diri pada Grace. Tak lupa, dikecupnya juga bahu yang tertutup kain baju."I love you," ucapnya.Grace menghentikan permainan, lalu memandang pada Marvel yang menyandarikan diri di sampingnya."Kenapa tiba-tiba bilang itu?" Dia bertanya."Memangnya ada larangan mengatakan kalimat I love you sama pacarku?""Gak, sih.""Ayo, makan.""Tapi—""Makan, atau aku akan marah.""Hei ...."Mia cemberut, memasang
Marvel kembali ke kamarnya, dan suasana hatinya kembali cerah saat mendapati ponsel dan pakaian kuliah Grace yang teronggok di kasur. Itu artinya perempuan itu ada di rumah.Marvel melepaskan kemejanya, meninggalkan tubuh bagian atasnya tanpa balutan benang. Dia menuang wine ke dalam gelas untuk menyegarkan dirinya sambil menatap keluar jendela pada suasana malam kota Jakarta.Sementara itu, di kolam renang, tampak Grace tengah menenggelamkan dirinya ke dalam air. Malam itu dingin sekali. Tapi, dia ingin mengguyur dirinya dengan air dingin setelah melakukan penerbangan hampir sepuluh jam hari ini.Seluruh tubuhnya kram. Tapi ... mendadak ototnya tak bisa di gerakkan kini.Astaga! Apakah ini akan menjadi hembusan napas terakhirnya?!Dia tak bisa menggerakkannya sama sekali! Membeku di bawah air!Sementara di balik tembok, Gio yang tengah duduk di meja makan merasakan ada benda yang berdenyut di dalam dirinya. Jakunnya naik turun. Pria itu sedari tadi dia
"Aku senang karena dimiliki olehmu, My Grace."Grace tertawa kecil. Marvel memang tidak pernah gagal membuat hatinya berbunga-bunga. Tidak salah memang jika semakin hari rasa cintanya semakin besar. Bahkan, saat ini ia tidak mampu berpikir lebih lanjut jika suatu saat nanti Marvel akan pergi. Itu adalah hal menakutkan hanya dengan dibayangkan."Sayang.""Hum?""Besok, ayo kita kencan. Dan untuk kali ini, aku gak menerima penolakan.""Tapi ...""Waktunya untuk tidur, Honey. Here, I'll hug you."*** Marvel terbangun ketika merasa sisi sebelahnya kosong. Laki-laki 35 tahun itu membuka mata dan langsung menyisir ruangan demi mencari keberadaan kekasihnya tercinta. Tak terlupa, dia sempat menatap jam beker yang jarum pendeknya menunjuk angka dua. Beberapa jam ternyata sudah berlalu setelah kegiatan panas yang mereka lakukan."Sayang?" panggilnya ketika tak mendapati sosok wanita yang dia puja sejak pertama kali bertemu.Dan sambil mengusap mata, dia ban
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg