"Bolehkah aku mengambilnya, Sayang?" tanya Marvel memastikan pada gadisnya itu.Grace terdiam, sejujurnya ia belum pernah merasakan berhubungan dengan pria manapun apalagi Marvel yang baru saja ia kenal dan sekarang rasanya penasaran sekali."Apa itu akan berdarah?"Marvel tersenyum mendengar pertanyaan gadisnya itu."Pastinya Sayang, kalo kamu masih memiliki selaput darah maka selaput darah itu akan robek dan mengeluarkan darah. Tapi, jika kamu tak mempunyai selaput darah. Kamu tak akan mengeluarkan darah," jawab Marvel."Apa kamu pernah kecelakaan atau terjatuh?" tanya Marvel.Grace menggelengkan kepalanya."Jadi, apakah boleh aku mengambilnya sekarang? Kalo kamu gak mau gak apa-apa. Aku gak mau 'bermain' sama seorang perempuan yang dipaksa."Grace menatap mata Marvel. Terlihat ada hasrat yang ia tahan di sana."Boleh."Mendengar penerimaan dari gadis itu, Marvel memangut bibir mereka dengan penuh kasih sayang. Grace memeluk leher Marvel. Ia juga ketakutan jika dirinya nanti mengelu
Marvel meraup, menghisap, menjilati dan memasukkan lidahnya ke dalam sana sehingga Grace sedikit tersendak menerima serangan lidah Marvel yang runcing itu menggelitiki lidahnya. Grace meremas selimut tebal yang masih menggantung di tubuh Marvel itu. Setelah sekian lama mereka berciuman, barulah Marvel melepaskannya dan melihat bibir Grace sudah membengkak merekah akibat perlakuannya itu."Ih, Om. Tambah bengkak lagi," gerutu gadis itu menutupi bibirnya yang sudah membengkak akibat ciuman Marvel.Marvel tertawa mendengarnya, pria utu mengecupnya singkat sebagai tanda permintaan maafnya itu. Marvel pun beranjak dari ranjang lalu mendudukkan gadis itu di bibir ranjang sementara dirinya masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Grace pun membuka lemari pakaian mereka. Hanya 5 pasang pakaian kantor dan 3 pasang pakaian santai milik Marvel itu.Grace mengambil jas abu-abu mengkilat senada dengan celananya lalu ia mengambil kemeja putih bergaris krem yang senada dengan dasi krem be
"Kamu gak ingat, Sayang? Waktu kamu bantu aku itu, kamu jijikkan sama cairanku? Nah, itu yang membuat para gadis hamil jika cairan itu masuk ke dalam rahim kalian," jawab Marvel menatap gadisnya itu yang bersandar di dada bidangnya sementara Grace hanya ber oh ria."Tapi, kok bentuknya lain, ya? Kok warnamya itu kayak susu? Putih.""Itu tandanya pria sehat, Sayang. Kalo cairannya berwarna lain, kemungkinan dia berpenyakit dan aku gak tahu penyakutnya apa."Grace tak lagi menanyakan hal itu pada Marvel, gadis itu terlanjur menikmati dessertnya yang ia santap dengan angin sepoi yang menyentuh tubuh mereka dan beberapa kali helaian rambut Grace itu menari-nari di wajah Marvel. Pria itu cukup menikmati aroma harum dari rambut gadis itu dan juga suara decapan yang keluar dari bibir Grace karena gadis itu menyantap es krim yogurt."Oh iya Om. Hari Kamis depan sekolahku adain kamping. Bagian tenda dari sekolah, Xella bawa tikar sama tempat tidur, Anggu bawa bantal, aku bawa panci sama tempat
"Aku harus datang ke sana."Lin masuk ke dalam kamarnya dengan langkah yang sangat tergesa-gesa. Wanita itu lebih dahulu merias wajahnya dengan lipstik nude di bibirnya, mascara yang membuat bulu matanya tebal, sedikit sentuhan concelear, sedikit blush on di tulang pipinya dan setting spray agar wajahnya segar. Wanita utu menyambar tas branded di lemari khusus tas miliknya, kunci mobil dan ponsel yang tergeletak di atas ranjang. Wanita itu pun tak mengganti pakaiannya karena ia hanya mengenakan blouse pink setinggi lututnya itu.Wanita itu beberapa kali menelpon Marvel tetapi, nomor Marvel tidak aktif. Lin geram, apakah Marvel mengganti nomor ponselnya setelah ia beralih jabatannya dari kantor milik ayahnya itu dan sekarang menjadi Presdir di sebuah hotel berbintang 5 itu? Pikir Lin dan jawabannya adalah benar. Lin beberapa kali membunyikan klakson mobilnya karena dia terjebak macet. Dilihatnya dari kaca spion, tak bisa lagi mobilnya berjalan mundur ke belakang untuk menyalip macet it
"Aku ke sini mau liat kamu, Marvel. Aku 'kan udah bilang kalo aku mau buka lembar baru lagi sama kamu."Lin menatap Marvel yang kini tinggi mereka sejajar karena Lin mengenakan sepatu hak tinggi di kakinya itu. Sementara Marvel yang mendengarkan ucapan Lin itu tersenyum miring."Aku juga udah bilang buat jangan ganggu hidupku lagi. Terserah kalo kamu cari pria lain, aku gak peduli dan gak mau tahu. Aku punya kehidupanku sendiri, Lin.""Apa karena perempuan itu?""Kalo iya, emangnya kenapa? Itu bukan urusanmu. Urus dirimu sendiri."Marvel membalikkan tubuhnya lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Lin. Sebelum hal itu terjadi, Lin lebuh dahulu menangkap pergelangan tangan Marvel dan membuat langkah pria itu terhenti. Dengan cepat Lin memeluk tubuh kekar Marvel, menghirup aroma mint yang menguar di tubuh pria itu dan menelusupkan kedua tangannya di pinggang Marvel hingga ke punggung. Melihat perlakuan Lin itu pada dirinya, dengan kasar Marvel melepaskan pelukan Lin dengan cepat. Tetapi,
Marvel mencoba untuk mengirim pesan melalu nomor telepon Grace terlebih dahulu. Sudah terkirim, tetapi belum tahu apakah gadis itu sudah membacanya atau tidak karena pesan biasa hanya bisa mendapat balasan atau tertunda karena mungkin saja nomor telepon dituju itu sedang tidak aktif. 5 menit, tak kunjung mendapat balasan dari Grace. Marvel kembali menatap pesan mereka dan Grace belum kunjung online jua."Apa kamu sama sahabat-sahabatmu di sana?" gumama Marvel.Pria itu terlihat gelisah sekali. Marvel masuk ke dalam kamarnya, dia terlebih dahulu meminta staff hotelnya untuk membelikannya beberapa masker hitam untuk ia kenakan saat keluar. Setelah pria itu mendapatinya, Marvel kini berusaha untuk menelepon gadis itu.Tut!Panggilannya masuk, setelah itu operator mengatakan bahwa ponsel Grace tengah sibuk karena gadis itu mematikannya. Mungkin saja dia tak ingin mendengar apa-apa dari Marvel. Tapi, perbuatan Grace itu membuat darah Marvel mendidih. Bisa-bisanya gadis itu mematikan telepo
Kini Marvel dan Grace berada di dalam mobil milik Marvel. Pria itu mengunci pintu mobil yang tak ia hidupkan sementara Grace sedari tadi menyuruh dirinya untuk membuka pintu mobil itu pada Marvel."Sayang, tadi itu-""Gue gak mau dengar apa-apa lagi dari lo!"Grace menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya itu. Marvel yang melihat gadis itu hanya bisa mengembuskan napasnya. Dengan cara apa lagi pria itu menjelaskannya? Ah, Marvel punya ide. Pria itu mengukung gadis itu yang berada di samping kursi kemudinya. Dan sekarang Grace sudah ketakutan dengan Marvel yang berada di depannya. Perlahan, Marvel menurunkan kursi penumpang yang diduduki Grace segara perlahana seiring wajah pria itu mendekat ingin menyambar bibir gadis itu.Setelah merasa tempat itu setengah membaringkan tubuh gadis itu, barulah Marvel mempertemukan birai mereka. Pria itu menyesapnya dengan perlahan, ada perasaan rindu di lubuk hatinya dalam mereka berciuman ini. Marvel menahan kepala Grace dengan memegang bag
Grace mengembuskan napasnya dan ia turun dari motor matic Bryan seraya membuka helm yang membungkus kepalanya itu, memberikan pada Bryan sementara Marvel tersenyum menatap Bryan sambil mengucapkan hati-hati pada pria yang lebih muda darinya itu. Bryan pun pergi dari hadapan Grace dan Marvel. Beberapa detik kemudian, mereka saling diam dan akhirnya Marvel berbicara."Ya udah, ayo naik."Grace mengikuti pria itu dari belakang dan duduk di bangku depan. Grace masih diam saat Marvel sudah naik ke mobilnya dan menjalankan mobilnya itu hingga ke sekolah. Ya, Marvel tak ingin mood gadis itu rusak jika ia mengeluarkan suara entahlah itu dia menanyakan 'tidurmu nyenyak semalam?' 'Apa hari ini tak ada PR?' 'Oh iya, tadi sarapan apa?'.Ingin sekali rasanya Marvel mengetahui semua tentang gadis itu. Apakah tidurnya nyenyak semalam, seperti dia yang harus melamunkan hingga dia tertidur atau Grace langsung tidur karena sudah kecapaian. Lalu sarapannya tadi itu apa mmbuat perut kecilnya itu kenyang
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg