"Kalo foto-foto kamu kayak gini, jangan diupload."
Marvel memperlihatkan foto-foto Grace yang menurutnya tidak harus dipublish. Perempuan itu menganggukkan kepalanya. Dia mengatakan hanya 3 foto yang dia publish dan memperlihatkan foto tersebut di akun instagramnya. Marvel pun kembali mengambil ponsel milik Grace untuk melihat foto pacarnya itu, sementara Grace hanya bisa diam sambil melihat ekspresi Marvel yang tersenyum melihat fotonya di sana."Makanan Anda sudah datang," seru pelayan tersebut.Marvel tidak mengindahkan ucapan mereka, dia lebih memilih untuk melihat lebih banyak lagi hingga para pelayan itu telah pergi dan dia telah selesai melihat foto-foto milik Grace. Dia pun mengembalikan barang tersebut ke pemilik yang duduk di seberangnya. Pria itu mengambil ponselnya yang terletak di atas meja, dia mendapatkan status dari Grace karena mereka memang sudah berteman di sosial media. Marvel memberikan sebuah like di status pacarnya itu. Lalu dia kembali meletakkSeorang wanita bertubuh tinggi semampai itu, tengah duduk di atas sofanya. Dia kini tengah menghitung uang yang ada di dalam dompetnya. Uang itu berjumlah enam puluh satu juta dua ratus tiga puluh ribu rupiah. Perempuan itu kembali menyimpannya ke dalam dompet khusus. Ini akan menjadi kebutuhan hidupnya selama 3 bulan atau lebih. Lin termasuk perempuan yang boros. Dia akan membeli semuanya saja jika sudah berada di mall atau swalayan. Setelahnya, dia masih tetap duduk di sofa itu. Mengambil ponselnya untuk menyibukkan diri. Dia selalu berselancar di aplikasi Instagram. Dia mendapatkan notifikasi dari Marvel, yang mana pria itu tengah memberikan sebuah komentar pada akun Instagram orang lain."Gak biasanya," kata Lin sambil menekan notifikasi tersebut.2 detik kemudian, dia melihat foto seorang perempuan yang jauh lebih muda darinya itu. Itu adalah Grace, pacar dari Marvel. Dia sangat cantik sekarang, bahkan jika wajahnya itu terkena oleh cahaya matahari."Apakah dia m
"Tetap selalu seperti ini, Grace."Marvel pergi dari balik jendela tersebut, dia masuk ke dalam kamar mandinya untuk melakukan ritualnya sendiri sementara Grace dan Luca kini tengah asyik mengobrol sesuka hati mereka. Hingga pada pukul 6 sore, Grace melihat bahwa matahari sudah terbenam. Mereka berdua masuk ke dalam rumah dan Grace langsung menuju kamar Marvel. Perempuan itu berjalan masuk ke kamar sambil bersenandung, tidak menghiraukan Marvel yang tengah duduk di ventilasi kamarnya sambil menyeduh teh hijau yang hangat itu. Suasana hatinya sangat baik hari ini, karena dia dan Luca sempat berbagi cerita mereka, saling menyemangati satu sama lain juga.Setelah selesai, Grace keluar dengan pakaian kimononya dan rambutnya dia gulung tinggi-tinggi. Dia menatap sebentar ke arah Marvel yang tengah menatapnya sambil menyeduh teh itu."Udah baikan?" tanya Grace.Marvel meletakkan cangkir itu di atas piring kecil hingga menimbulkan suara. Marvel pun melangkahkan kakinya
Sungguh pria itu sangat ahli memanjakan dirinya dan kesalahannya yaitu ikut terbuai bahkan entah kapan dia sudah tidak mengenakan pakaian di bagian dadanya. Oh astaga, maki saja dia!"Ah, Dad."Desahan Grace membuat gairah Marvel semakin menggelora. Tangannya tak tinggal diam meremas memijit gumpalan daging itu dengan lembut, sedangkan tangannya yang satu menekan tengkuk kembali melumat bibir perempuan itu. Tanpa melepaskan penyatuan bibir mereka, kedua tangan Marvel beralih memegang paha Grace, mengangkat tubuh kekasihnya itu dengan mudah. Membuat Grace mengangkangi tubuh Marvel, kedua tangan perempuan itu pun melingkar indah di leher Marvel."Bagaimana dengan bercinta di atas meja?"Tubuh Grace bergetar, kembali rasa sadar menghantam dirinya. Tidak, ini sudah keterlaluan, ini salah. Tidak mungkin mereka melakukan hal itu di tempat perbelanjaan elit."Aku mohon lepas, ah."Lagi-lagi suara sialan itu keluar dari bibir indahnya. Marvel sama sekali tidak
"Kamu mabuk, Sayang. Dan kamu tidak lupa bahwa kamu sedang kurang sehat bukan?" katanya menyeringai tipis, wajahnya dia benamkan di ceruk leher Grace, menghirup rakus aroma itu, menjilat leher dan menghisap meninggalkan jejak kemerahan di sana."Enghh."Hanya erangan yang keluar dari bibir tipis itu, saat merasakan daging panasnya yang menggesek-gesek bibir inti tubuh kekasihnya. Marvel sudah tidak dapat menahan lagi, daging panas miliknya yang di bawah sana sudah sangat mengeras dan terasa sakit."You should be punished."Ucapan pria itu membuat darah Grace berdesir, kepala pusing masih pengaruh alkohol, antara sadar atau tidak, dia mendesah kuat kala pria itu meninggalkan kecupan-kecupan basah di sekujur tubuhnya."Dad ...""Yes baby. Say my name."Marvel membungkam bibir Grace dengan bibirnya, menyesap dan mencecap dengan ganas. Aroma alkohol memenuhi bibir Marvel, pria itu turun menghisap leher yang membuatnya candu, tangannya tak tinggal diam
Kini kedua perempuan itu sudah tiba di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di kota ini. Grace dan Lifa ampak berbinar melihat-lihat apa saja yang akan mereka beli. Di mulai dari pakaian, make up, bahkan celana dalam. Sesekali mereka tertawa dengan pembahasan konyol, ya mereka berdua sudah terlihat akrab. Grace merasa senang kini mendapatkan teman ceria seperti Lifa."Non, yakin akan membayarku, Non?""Ya, Kak. Tenang saja, Marvel udah kasih aku ini."Grace merogoh kartu black card membuat Lifa membelalak."Oh astaga. Benarkah? Aku bisa belanja sesuka hatiku?""Ya, Kak. Kita akan menghabiskan uangnya."Grace terkikik geli, sementara Lifa pun tersenyum dengan sumringah."Non, gimana nasib kamu tadi malam? Apa Tuan Marvel marah marah besar sama kamu?"Pipi Grace seketika menjadi bersemu malu, ingatan-ingatan dirinya yang nakal kini berputar di otaknya."Um, tidak. Dia gak marah sama aku."Lifa pun menghela napasnya dengan perasaan lega.
Di sisi lain, Lin sedang duduk manis sedang menunggu, tak jauh dari sana Allizon Avrana Yung memperhatikan dengan jengah. Wanita itu tak ada bosan-bosannya untuk datang ke hotel menanyakan Marvel lagi."Apa yang membawamu datang kemari lagi?" Allizon bertanya berusaha sabar, entah mengapa melihat wajah wanita itu membuatnya sangat muak."Kenapa dengan tatapan kamu yang kayak gitu? Apa kamu keberatan kalo aku yang datang ke sini?""Tentu saja. Ini adalah perintah dari Presdirku, jadi aku memberitahumu segera angkat kaki dari sini.""Apakah di hotel semewah ini gak ada ajaran sopan santun? Dari sekian banyak karyawan di sini, kamu lah yang tidak memiliki tata krama dan sama sekali tidak sopan pada seorang wanita.""Itu hanya berlaku padamu."Kedua alis Allizon menukik tajam."Terserah kamu saja. Aku di sini menunggu Marvel, aku tidak ada urusan dengan asisten tidak tahu sopan santun seperti dirimu."Lin pun membuang wajahnya ke arah lain seraya
"Astaga apa yang terjadi sama kamu?!""Bisakah kita pulang saja?" Marvel berbisik karena dia sudah tak tahan lagi.Grace pun menutup mulutnya dengan telapak tangannya merasa gemas dengan wajah takut milik prianya. Sebenarnya sedari tadi dia sudah menyadari bahwa pria itu takut dengan film tersebut."Cepat banget, filmnya ini juga belum selesai, sabar sedikit dulu.""Um, oke tapi bisa gak--"Marvel berpikir keras."Oh tidak jadi.""Apa Daddy takut?""Tidak.""Hm, baiklah kita pulang saja."Grace beranjak menarik tangan prianya untuk berdiri. Meskipun sedikit kecewa melewatkan film kesukaannya, namun tetap saja dia tidak mau menjadi egois untuk merasa senang sendiri sementara Marvel ketakutan. Keduanya bergandengan tangan keluar dari ruangan. Marvel pun kini bisa mendesah lega, mempererat genggaman tangannya lalu tersenyum melihat kekasihnya itu."Kenapa Daddy gak bilang kalo sebenarnya Daddy itu takut nonton film horor?""Ak
Di pagi hari, Grace mengerjapkan matanya saat cahaya matahari masuk ke s ela-sela tirai jendelanya. Marvel tidak menutup sepenuhnya tirai tersebut. Dia menggeliatkan tubuhnya dan memilih untuk berbaring membelakangi Marvel. Pria itu juga terbangun akibat pergerakan ranjang yang dibuat oleh Grace. Melihat kekasihnya itu yang menukar posisi membelakangi dirinya, Marvel pun mengulurkan tangannya untuk memeluk kekasihnya itu."Ah!"Grace berteriak kaget mendapatkan pergerakan seperti itu. Dia sempat melirik ke arah Marvel bahwa pria itu tertidur, ternyata dia sudah terbangun akibat ulahnya. Grace yang merasakan Marvel memeluk pinggangnya dan salah satu kakinya juga membelit kakinya itu, dia menolehkan kepalanya ke belakang. Namun, dia tidak melihat Marvel di sana. Hanya rambutnya yang menghalangi penglihatannya. Dia merasakan napas Marvel menyentuh perpotongan leher dan bahunya, dan juga bibir Marvel yang menyentuh langsung ke kulit pundaknya.Perempuan itu seketika bergi
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg