"Aamiin, semoga kita terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan," kata Gio.
Mereka menganggukkan kepalanya lalu mereka bercerita mengenai kuliah sekarang. Ada yang mengatakan bahwa dia mengalami kesulitan di bagian waktu karena mereka semua adalah kuliah sambil kerja. Sementara Gio tidak, pria itu tidak diperbolehkan oleh Retirado untuk bekerja karena dia masih sanggup untuk membiayai Gio. Sementara Marvel sudah lepas dari genggamannya.Tetapi, Marvel juga memberikan beberapa juta uang untuk pegangan Gio. Pria itu mengatakan bahwa Gio juga harus berhemat dan mencari pekerjaan juga dari ponselnya. Agar tidak memakan waktu dan tenaga supaya dia tidak keteteran dalam kuliahnya.Walaupun mereka juga bekerja di bawah naungan orang tuanya. Setidaknya, mereka sudah berusaha sendiri untuk mencari uang untuk jajan dan uang semester.3 jam mereka berkumpul, hari sudah semakin sore. Mereka pun kini pulang ke rumah masing-masing. Di perjalanan, Gio mendapatkan telepon dari pPukul 9 pagi, Grace dan Marvel sarapan bersama dengan maid-nya di meja makan. Mereka memasak menu yang enak untuk menyambut kepergian Marvel dan Grace. Tadi pagi, Marvel mendapatkan sebuah foto paspor dan visa keberangkatan mereka menuju Rusia. Sembari menunggu Marvel mandi, Grace sempat men-searching tempat Rusia. Dia bahkan tidak pernah ke sana. Dia hanya ingin tahu bagaimana negara itu.Levi menatap Grace dengan sinis, lalu Marvel menyuruh Rae dan Luca untuk ke atas bersama mereka membantu menurunkan koper ke mobil. Luca membantu membawakan koper milik Grace, sementara Rae membantu membawakan koper milik Marvel. Marvel juga membawa tiga buah koper kosong. Karena mereka pasti akan berbelanja. Marvel adalah orang yang royal jika bersama Grace, ada saja pastinya yang pria itu beli."Kami pergi dulu ya, Kak."Grace memeluk tubuh Luca dan Rae."Hati-hati di sana ya, Non, Tuan."Marvel menganggukkan kepalanya, dia menarik tangan Grace untuk masuk ke dalam mobil
Grace berusaha untuk menghindari Marvel dengan menggerakkan kakinya namun pria itu sudah memenjarakan tubuhnya dengan kedua tangannya yang kekar. Tidak bisa ke mana-mana lagi sekarang. Semakin dia menahan, Marvel semakin gencar menjamah tubuhnya hingga pria itu berhasil meloloskan roknya. Kini hanya menyisakan hotpants di kakinya dan Marvel bangun untuk membuka pakaian atas milik Grace."Nanti aja deh, 'kan bisa besok juga."Grace berusaha untuk menolak, namun Marvel sudah diambang hasratnya. Grace juga tadi menggoda dirinya dan kini dia sudah tidak tahan untuk membuat gadis itu merasakan apa yang dia rasakan sekarang. Saat Grace duduk di ranjang, pria itu kini mengangkat sedikit kedua kaki Grace dan dia menarik kaki tersebut ke bibir ranjang untuk meloloskan hotpants tersebut.Setelahnya pria itu turun dari ranjang dan menyuruh kekasihnya itu untuk kembali berbaring. Marvel menyatukan bibirnya dengan aset Grace itu, Grace pasti tidak akan tahan untuk tidak mendesah j
"Thank you very much the president, Jayar. Already gave us a banquet, we were so happy to get gifts like this. But, my lover never drank this vodka drink. I will introduce it a little, because I'm afraid he will be drunk later," kata Marvel seraya mengucapkan terima kasih kepada Presdir Jayar atas jamuannya dan dia juga mengatakan karena Grace tidak pernah meminum minuman Vodka ini, dia akan memperkenalkan sedikit saja cairan itu pada lidahnya."Wow, I'm really sorry Mrvel. Here, the air is pretty cold. The wind is also tight, so I serve this drink so that your body keeps warm even though you drink it no more than half a bottle of both."Jayar menangkupkan kedua tangannya di depan dada seraya meminta maaf kepada Marvel bahwa dia tidak mengetahui hal itu. Dia ingin menghidangkan minuman itu karena cuaca di Rusia sekarang sedang berangin kencang dan juga hujan berpetir. Itulah mengapa Jayar menyajikan minuman tersebut untuk menghangatkan tubuh mereka walaupun nantinya Marvel
Marvel berjalan ke arahnya, dia pun berdiri di belakang Grace yang tengah duduk itu. Lalu dia pun memajukan tubuhnya ke depan. Grace langsung menjauhkan tubuhnya dengan menundukkan tubuhnya ke depan juga agar tubuh mereka tidak bersentuhan. Marvel pun mengambil cologne dan deodorannya itu. Sebenarnya ini adalah akal-akalan dari pria itu saja."Dad, 'kan bisa ambil ke tempat yang lain.""Aku maunya di situ, gimana dong?"Marvel membuka cologne-nya lalu dia menuangkan ke telapak tangannya dan dia pun membaurkannya ke kulit tubuhnya itu. Saat Marvel menuangkan ke tubuhnya itu, kulit Marvel terlihat mengkilat dan aroma cytrus itu langsung semerbak hingga ke Indra penciuman Grace.Marvel melakukannya tepat di belakang Grace. Gadis itu meneguk salivanya saat melihat tubuh Marvel yang mengkilat itu, setelahnya pria itu meletakkan cologne-nya di meja rias dan melanjutkan untuk memakai deodorannya di ketiaknya itu. Setelahnya Marvel pun memakai pakaiannya. Grace yang meli
Marvel melakukannya lagi di pagi hari, hingga pada akhirnya Grace kembali tertidur bersama Marvel setelah mereka usai melakukannya. Pukul 11 siang, Grace terlebih dahulu terbangun karena perutnya terasa sangat lapar dan dia pun mengenakan pakaiannya. Membersihkan tubuhnya dan juga wajahnya. Memakai perawatan wajah dan juga hair care setelahnya Grace membangunkan Marvel."Masih ngantuk," ujar Marvel seraya memejamkan kembali matanya."Aku lapar, pesanin aku makanan," pinta Grace sambil terus menepuk bahu Marvel.Marvel pun mendudukkan dirinya namun matanya masih terasa lengket dan tidak mau dibuka. Beberapa detik kemudian, Marvel mengucek matanya dan dia pun bangkit dari ranjang. Pastinya dia membersihkan tubuhnya dahulu dan setelahnya dia menyetel penampilannya. Marvel menyuruh Allizon kepada karyawan hotelnya untuk menyiapkan menu mereka di lantai bawah karena mereka akan melaksanakan makan siang."Aku cek Denver dulu di kamarnya sama yang lain."Marvel men
"Mendesah Sayang. Jangan ditahan."Grace sebenarnya malu jika harus mendesah. Dan itu membuatnya menggigit bibir bawahnya. Dia tidak mau mendesah. Suaranya menjijikkan."Uhm! Ah!"Marvel lalu meraup bibir kekasihnya dalam cumbuan panas, melumatnya kasar dan Grace yakin bibirnya akan bengkak karena gigitannya. Pria ini benar-benar. Dia lalu mendorong dada Marvel saat pasokan oksigen semakin menipis dalam tubuhnya, dan sialnya Marvel malah tidak bergerak. Karena kesal akhirnya Grace pun menggigit bibirnya. Dia memekik dan gadis itu tidak peduli. Salah sendiri tidak melepaskan cumbuannya."Kamu nakal!"Grace mendesis dan menatap horor kearahnya. Dia hanya tersenyum tipis dan semakin mempercepat gerakan tubuhnya. Sial ini lebih nikmat dari sebelumnya."Wajahmu seperti tomat."Mustahil Grace tidak mendesah. Marvel terlalu kuat menyentak tubuh mereka berdua dan akhirnya dia pun mendesah. Kuat dan keras. Marvel sialan."Tidak, tunggu aku."Otot
3 hari kemudian, Marvel, Denver dan Grace kini terbang menuju Italia dari Hotel Carligan Montales yang berada di Rusia, Marvel mengganti nama tersebut. Selanjutnya dia akan pergi ke Italia sekitar 6.146 km, dengan kecepatan700 kilo meter per jam dan waktu yang dihabiskan adalah 8 jam 46 menit. Mereka berangkat pada malam hari, di pukul 10 malam dan akan sampai di pukul 6 pagi 46 menit.Saat jet milik Marvel sudah berada di atas awan, mereka langsung mengistirahatkan tubuh di dalam kamar. Tidak ada waktu untuk bermain bagi mereka berdua, Grace sudah keletihan dan Marvel akan menyiapkan bahan untuk konferensi pers selanjutnya saat mereka berada di Italia. Dengan Nyonya Chachie Chestie Vigliangco. Dia sudah mengatakan kepada Nyonya Chachie bahwa mereka akan berangkat beberapa jam lagi sebelum mereka akan masuk ke dalam jet.Seusai Grace tertidur, Marvel mendudukkan dirinya dan dia melepaskan pergelangan tangannya yang berada di bawah leher kekasihnya itu. Marvel menghidupkan
Marvel memperbaiki pakaiannya, dia pun kini berjalan menuju pintu utama. Membukanya dan melihat Allizon tengah menunggu kedatangannya."Why Manager Allizon?" tanya Marvel."Sorry to disturb your time, Sir. I got a message from Miss Chachie that he handed over this to me and drove it to you, Sir."Allizon memberikan sebuah amplop putih kepada Marvel. Lalu dia pun izin untuk kembali ke ruangannya, mengerjakan pekerjaannya yang sempat ter-handle. Marvel kembali masuk ke dalam kamarnya sambil mengunci kembali pintu kamar mereka. Marvel mengatakan kepada Grace bahwa Allizon datang padanya untuk memberikan sebuah surat padanya. Namun, saat ini Marvel tidak ingin membuka amplop itu dahulu. Dia ingin melanjutkan kegiatan panas mereka yang sempat tertunda. Marvel kembali merangkak di atas tubuh Grace, dia mengatakan bahwa dia menginginkannya lagi dengan wajahnya yang dia buat gemas."Maka lakukanlah."Suaranya dengan begitu percaya diri, begitu kuat, dan begitu indah
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg