Marvel memperbaiki pakaiannya, dia pun kini berjalan menuju pintu utama. Membukanya dan melihat Allizon tengah menunggu kedatangannya.
"Why Manager Allizon?" tanya Marvel."Sorry to disturb your time, Sir. I got a message from Miss Chachie that he handed over this to me and drove it to you, Sir."Allizon memberikan sebuah amplop putih kepada Marvel. Lalu dia pun izin untuk kembali ke ruangannya, mengerjakan pekerjaannya yang sempat ter-handle. Marvel kembali masuk ke dalam kamarnya sambil mengunci kembali pintu kamar mereka. Marvel mengatakan kepada Grace bahwa Allizon datang padanya untuk memberikan sebuah surat padanya. Namun, saat ini Marvel tidak ingin membuka amplop itu dahulu. Dia ingin melanjutkan kegiatan panas mereka yang sempat tertunda. Marvel kembali merangkak di atas tubuh Grace, dia mengatakan bahwa dia menginginkannya lagi dengan wajahnya yang dia buat gemas."Maka lakukanlah."Suaranya dengan begitu percaya diri, begitu kuat, dan begitu indahXella yang tengah menikmati masa-masa santainya dengan memakan es krim dan duduk di taman rumahnya itu melihat ke arah ponselnya yang tergeletak di samping tempat duduknya.Grace[Beib, tolong edit video ini. Aku mau lampirin ke akun YouTube-ku. Mau jadi youtuber juga sama kayak lo.]Xella tak membalas pesan dari sahabatnya. Dia langsung mengedit video tersebut dengan membisikan suara video tersebut yang terdengar masih kurang suara musik dari video tersebut. Xella menggantinya dengan lagu yang sama dan juga mengedit di beberapa bagian awal dan akhir pada video milik Grace. Tak butuh waktu lama, Xella lalu mengirimkan hasil editnya dengan menggunakan nama Grace yang sudah lama dia membuatkan logo untuk sahabatnya terutama Grace dan Anggi. Dia ingin mereka mengikuti jejaknya menjadi seorang youtuber.****Ting!Grace tersenyum saat dia mendapatkan balasan video yang sudah diedit oleh Xella. Dia mengucapkan banyak terima kasih kepada sahabatnya itu lalu d
Marvel menyapa Dhydhan dengan kalimat guyonan membuat Dhydhan tertawa dan sedikit merasa kesal karena Marvel yang tidak bisa mengkondisikan volume suaranya."Enak saja tua! Aku bahkan belum berusia empat puluh tahun" sahut Dhydhan membela diri."Terserahlah! Ini kado untukmu."Marvel menyerahkan sebuah kotak berukuran kecil."Terima kasih. Kamu selalu saja repot membawa kado.""Bukan masalah. Ya sudah, aku akan bergabung dengan yang lain.""Tunggu dulu!""Ada apa?""Tadi Lin sempat menanyakan dirimu.""Oh!""Kamu jangan begitu. Bicaralah dengannya sebentar saja." Dhydhan menasehati."Hei! Aku ke sini untukmu bukan untuk urusan yang lain. Ok? Kalau tidak ada lagi yang ingin kau katakan, aku ingin menyapa teman-teman yang lain."Marvel berlalu pergi meninggalkan Dhydhan yang menatap dirinya sembari menggeleng pelan."Nikmati pestanya!" Dhydhan berseru.Sesaat kemudian Mar El barulah menyadari kalau Grace sudah tidak
Pria itu menahan tawanya saat mendengar rutukkan Grace. Pria itu membuka pakaiannya lalu dia duduk di balkon sambil meminum segelas wine dengan gelas berukuran kecil. Menikmati suasana sunset di balkon hotel sangatlah pas.***Pagi ini, Grace dan temannya ingin bertemu di sebuah cafe. Grace tak sempat memoles dirinya atau memilih milih baju yang bagus karena sedang buru-buru. Hanya kemeja cokelat polos dan celana panjang. Lalu untuk menutupi bibirnya yang agak pucat ia menorehkan Lip tint berwarna coral yang tak terlalu tebal agar tidak menor. Sewaktu Grace sedang menyemprotkan parfumnya ke beberapa titik lehernya dan pergelangan tangannya, ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya dan kini tengah melangkah mendekatinya. Melalui cermin yang terpajang dihadapannya Grace tahu orang itu siapa. Tidak lain dan tidak bukan ialah Marvel. Karenanya Nara segera memutar badannya dan memasang ekspresi seolah terkejut juga heran."Dad?"Grace memang tampak terkejut."K
Rasanya sangat menyesakkan, namun Grace sudah menyukainya dalam hati. Grace berupaya untuk menyeimbangi gerakan dari Marvel yang mulai menusuk inti tubuhnya berkali-kali. Sesekali pria itu mempertemukan bibir mereka ketika Marvel melihat ringisan wajah kesakitan dari Grace.****Pada bulan Juli, Grace, Xella dan Anggi memasukkan surat pendaftaran untuk masuk ke perguruan tinggi yang mereka minati. 2 Minggu terakhir dia sudah berada di rumah Sansan. Dia menginginkannya karena sudah rindu kepada mereka yang sudah lama dia tinggal. Karena Marvel membawanya ke luar negeri untuk melihat hotel yang dia beli beberapa waktu lalu. Mereka bertiga kini sudah berada di dalam mobil milik Anggi. Gadis itu sudah bisa mengendarai mobilnya. Dia mendapatkan mobil tersebut dari orang tuanya saat Anggi menginjak usia ke 19 tahun.Sebelum ke universitas, Anggi terlebih dahulu mengisi bensin mobilnya di Pertamina lalu mereka pun melesat menuju universitas yang dituju. Tempatnya cukup jauh,
Dari atas, Marvel terlihat sangat tampan dan juga sangat seksi di saat yang bersamaan. Namun, karena sudah tidak lama bersua secara langsung. Grace sedikit kaku kembali, apalagi saat melihat postur tubuh Marvel yang sangat menggiurkan, keningnya yang selalu ditutupi oleh poni itu tersikap ke samping."Pake baju sana."Grace berkata sambil mengalihkan pandangannya ke arah ponsel dan juga nada suaranya terdengar sangat ketus. Namun, sebenarnya Grace dibuat grogi sekaligus sedikit terangsang akibat Marvel yang menatapnya seperti itu. Marvel yang mendengarnya tertawa kecil, dia melihat ekspresi malu sekaligus wajah Grace yang memerah itu sangatlah menggemaskan di wajahnya."Kenapa? Apa yang kamu liat selain wajahku?" tanya pria itu.Marvel kembali menggoda dirinya, namun kali ini dia meletakkan ponselnya yang berada di genggamannya itu di atas pangkuannya. Perempuan itu menatap ke layar ponselnya, namun dia kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain. Karena milik
Grace berusaha untuk menghirup oksigen sebanyak mungkin ketika Marvel menyentuh area lehernya dengan menggunakan telapak tangannya yang terasa dingin. Sesungguhnya, entah kenapa hari ini sungguh melelahkan baginya. Padahal dia tidak melakukan hal yang berat dan menguras tenaga. Namun, betisnya terasa sangat pegal. Mungkin saja akibat berjalan-jalan dengan sahabatnya. Grace sepertinya tidak ingin melakukan hal itu malam ini. Dia merasa bahwa kejadian seperti ini kembali De Javu saat mereka pertama kali bertemu.Setelah beberapa menit bercumbu, Marvel melepaskan birai mereka berdua. Dia menatap wajah Grace dengan guratan aneh. Seperti tidak meyakinkan malam ini. Marvel pun mengangkat tubuh kekasihnya itu dan meletakkan di atas ranjang secara perlahan. Saat pria itu menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Grace, perempuan itu menolak untuk bersitatap dengan Marvel."Why?" tanya Marvel."Aku gak bisa malam ini. Kakiku sakit, mungkin karena kebanyakan jalan tadi."
"Dad, aku hari ini pulang ya. Ada yang mau kukerjain sama Xella."Marvel yang tengah membenarkan dasinya menghadap ke arah lemari kacanya itu, terhenti sejenak. Dia memutar kepalanya ke arah Grace yang tengah menyisir rambutnya itu."Kamu baru 2 hari di sini.""Iya, aku ada perlu sama Xella."Marvel mengembuskan napasnya, dia mengiyakan permintaan kekasihnya itu. Sebelum itu, mereka sarapan di villa Marvel, menunggu pria itu menyelesaikan tugasnya di hotel-hotel dan pada pukul 13.30 WIB, Marvel mengantar Grace ke rumah Xella. Di sana, gadis itu sudah menunggu kedatangan sahabatnya. Dia melambaikan tangan ke arah Grace saat sahabatnya sudah keluar dari mobil Marvel. Hingga Xella dan Grace masuk ke dalam rumah Xella, Marvel pun menancap gas keluar dari sana menggunakan aplikasi maps di ponselnya.Sementara Xella dan Grace, kini mereka langsung ke ATM untuk mengambil gaji pertama dari konten YouTube Grace senilai 10 juta rupiah. Ini sangat besar bagi Grace, kar
Grace menganggukkan kepalanya, dia mengerti. Mungkin karena akan kehadirannya, Marvel akan bertambah susah. Memikirkan dirinya dan dirinya saja. Grace mau bagaimana lagi? Dia harus menunggu Marvel pulang pada bulan selanjutnya. Dia akan tetap berdoa kepada Tuhan agar Tuhan menjaga pria yang dia cintai dan menyelamatkan hidupnya hingga saat ini. Pria yang berharga untuk dirinya.Marvel kembali menyelesaikan tugasnya. Dia pun berdiri di hadapan Grace dan memeluk kekasihnya itu dengan sayang dan juga dia akan merindukan Grace di sana. Pria itu juga mengecup kening dan menggigit gemas pipi kekasihnya itu hingga perempuan itu terkejut dan mengadu kesakitan kepada Marvel."Maaf, Sayangku. Habisnya gemas banget."Marvel mengusap bekas gigitannya itu dengan jemarinya karena meninggalkan sisa sedikit salivanya di sana. Setelah dirasa cukup, Marvel pun pergi dari kawasan rumah Grace. Dia langsung pulang ke villanya. Membereskan peralatannya. Kali ini dia membawa 2 koper. Satu k
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg