Dalam cerita asli, disebutkan jika terdapat sebuah pusat informasi yang tersembunyi di gudang anggur. Sebuah tempat yang bisa mencarikan segala macam informasi jika diberikan uang dengan nominal memuaskan. Tidak hanya menjual informasi pada kekaisaran, mereka juga menjual informasi mematikan milik kekaisaran pada negara lain.
Setelah perang berakhir, karena melakukan tindakan dua sisi seperti itu, seluruh anggota gilda disingkirkan oleh pembunuh gila yang mendapat perintah langsung dari Kaisar. Pembunuh gila yang dimaksud tentu saja sang Putra Mahkota, karakter utama di dalam cerita. Dia membunuh mereka semua dengan ringan seperti monster yang kelaparan.Namun, ada satu gilda yang masih disisakan, gilda yang memberikan informasi tentang pemberontakan kepada kekaisaran hingga Kaisar pun memberikan izin resmi kepada gilda itu untuk berdiri. Ya, itu adalah gilda yang tersembunyi di dalam gudang anggur, gilda informasi terbaik di benua, Gilda Four Night.'Karena sudah tahu isi ceritanya, aku jadi bisa menemukan tempat ini dengan mudah. Terima kasih banyak kepada ingatanku yang encer di masa lalu,' benak Canna yang masih terdiam di depan pintu gudang anggur.'Beruntung Putra Mahkota yang bodoh itu masih menyisakan satu gilda di dalam cerita. Aku bisa memanfaatkannya agar dicarikan pria yang cocok dengan kriteria idamanku. Hoho, pria tampan, i'm comming!' benaknya lagi yang tak lama dibuyarkan oleh Emma."... Lady, apakah Anda ingin mengoleksi anggur? Saya rasa gudang anggur milik kediaman Duke juga tidak kalah lengkap dengan milik mereka." Emma bertanya-tanya dengan wajah bingung. Sebenarnya, apa yang diinginkan oleh Tuan Putri-nya tersebut. Katanya ingin berburu pria tampan, tetapi mengapa justru berhenti di depan pintu gudang?"Sudahlah, ayo ikut saja." Buru-buru Canna menarik Emma yang hanya bisa pasrah mengikutinya.Benedict, penjaga berpakaian buttler berdiri di balik meja, "Ada yang bisa saya bantu, Nona? Apakah ada jenis anggur yang sedang Anda cari? Tersedia cukup banyak varian dari anggur tua berkualitas tinggi di sini. Saya akan memandu Anda ke etalase."Canna sedikit tersenyum. Bagi orang biasa yang tidak tahu jika ada gilda tersembunyi di sini, mereka memang menjalankan bisnis anggur."Aku datang bukan untuk membeli anggur," katanya dengan ekspresi dingin yang sudah dilatih."Lalu?" Benedict tersenyum dengan sopan, meskipun kerutan di dahinya terlihat samar."Aku datang untuk membuat kesepakatan dengan embrio dalam Telur Emas.""...."Terjadi keheningan untuk sesaat. Yang baru saja dikatakan Canna adalah kata kunci rahasia untuk memasuki gilda.Dengan wajah yang tetap terlihat sopan, Benedict setengah membungkuk seolah sedang mempersilakan, "Mari saya pandu Anda ke dalam."Hanya segelintir orang yang mengetahui markas tersembunyi gilda dan bisa menjadi klien Four Night. Sebagian besar dari mereka adalah para pria yang kebanyakan berprofesi sebagai pejabat penting negara dan bangsawan berpengaruh.Orang-orang berkuasa itu menginginkan informasi politik yang berbahaya dan mematikan. Sejauh ini, memang belum pernah ada klien wanita yang mengetahui keberadaan markas rahasia gilda tersebut. Terlebih, wanita dengan permintaan membagongkan yaitu ingin memiliki pria tampan.Mereka bertiga terus berjalan hingga melewati beberapa etalase yang menyajikan berbagai macam anggur. Ternyata ada pintu lagi di salah satu sisi ruangan yang lain, pintu rahasia yang digunakan untuk memasuki gilda.Benedict berbalik menghadap Emma, "Maaf, hanya ada satu orang yang diperbolehkan masuk.""Apa? Tidak bisa! Saya tidak akan meninggalkan Lady saya sendirian! Yang benar saja!" Emma tiba-tiba bersuara dengan lebih tinggi.Mendadak dia terlihat tegas. Sangat berbeda dengan ekspresi sebelumnya yang mana dia selalu menciut seperti kelinci yang imut. Dayang berhati lembut itu akan berubah menjadi ganas jika menyangkut keselamatan Canna."Anda bisa ikut dengan saya di ruang tunggu.""Tidak!""Kami menyediakan pelayanan ruang tunggu yang eksklusif demi kenyamanan pelanggan.""Tidak!""Kami juga menyediakan anggur koleksi pribadi yang berkualitas tinggi.""Tidak!" Suara Emma sedikit bergetar."Ada kue-kue manis dan lezat yang telah disiapkan oleh koki terkenal di ibu kota, Madam Bonita. Anda juga diperbolehkan membungkus untuk dibawa pulang.""Baiklah, antar saya ke ruang tunggu. Selamat tinggal, Lady. Jaga diri Anda baik-baik." Emma seketika berbalik dan mengikuti Benedict dengan wajah riang.Dia sama sekali tidak merasa bersalah. Ke mana perginya pelayan imut yang setia tadi? Ternyata kesetiaannya tidak sebesar biji ketumbar. Bisa-bisanya Canna dikalahkan oleh makanan lezat.Sebelum pergi, Benedict beralih menatap Canna, "Di dalam, sudah ada ketua gilda yang akan melayani Anda. Dia seseorang yang profesional dan ramah. Anda bisa mempercayakan semua padanya."Canna mengangguk dan menyunggingkan senyum elegan. Bergeming sejenak, dia memandangi punggung Benedict dan Emma yang semakin mengecil.Pada akhirnya, dia pun membuka pintu dan memberanikan diri untuk melangkah masuk. Saat membaca isi cerita, mungkin terasa biasa saja. Namun, saat mengalami secara langsung seperti ini membuatnya berdegup kencang.Setelah melewati pintu, suasana sunyi dan sedikit gelap seketika menyambut dan menemani langkahnya. Sumber penerangan hanya berasal dari cahaya lilin di wadah tembaga kuningan bercabang tiga.Canna memendarkan pandangan dan menangkap bayangan sosok pria berjubah hitam yang sedang duduk di meja kerja. Penutup kepala jubah yang dikenakan pria itu menyembunyikan sebagian wajahnya hingga tidak terlihat."Apa yang kamu inginkan?" Pria itu membuka suara. Meskipun suaranya dalam dan rendah, tetapi terkesan tidak acuh dan bermalas-malasan.Canna mengernyit.Inikah ketua gilda yang dimaksud? Di mana letak profesional dan ramah seperti yang disebutkan Benedict tadi? Berani-beraninya dia menyambut tamu dengan dingin padahal posisinya hanya ketua gilda saja. Rupanya dia tidak tahu jika sosok wanita di hadapannya adalah Putri Duke yang harus dihormati.Berkat itu, Canna membuka tudung jubahnya. Wajah cantiknya kini terekspos. Rambut pirang kemerahannya kini tergerai dengan indah. Semua itu seolah-olah mempesona siapa saja yang melihat.Canna kemudian mengangkat dagu penuh kuasa, "Aku datang tentu saja karena ingin bertransaksi denganmu."Ketua gilda sejenak menekuni wajah wanita di hadapannya. Rambut pirang kemerahan dan mata emerald yang lebih jernih dari permata mana pun. Mirip seperti ...."Putri Duke rupanya," ujarnya dengan suara yang tetap terdengar dingin dan tidak ada aura bermartabat.Bagi pusat informasi, tentu saja mudah mengenali putri tunggal Duke William Shancez yang mana merupakan Perdana Menteri kekaisaran.Terlebih, rumor buruk dari seorang Cannaria Swan sudah tersebar luas. Meskipun memiliki kecantikan yang tak terbantahkan, tetapi rumor tentang sifatnya yang angkuh dan kejam juga cukup terkenal.Canna kembali mengernyit, "Apa Gilda Four Night memang selalu menerima pelanggan dengan cara seperti ini?"Ketua gilda itu justru menarik sudut bibir, menyeringai, "Duduklah! Untuk transaksi pertama, pertanyaan yang gratis hanya tiga kali saja.""Aku tinggal membayarmu, 'kan?" Canna mengambil kantung di dalam saku gaunnya lalu meletakkannya di atas meja, "Isinya seribu keping koin emas."Dengan dagu sedikit terangkat, Canna menghempaskan bokong di kursi yang ada di depan meja. Beruntung dia tidak lupa membawa uang jajan yang diberikan Duke William kepadanya. Bagi keluarga bangsawan Duke sepertinya, seribu keping koin emas bukanlah apa-apa."Lalu apa yang kamu inginkan? Apa kamu menginginkan informasi politik untuk kepentingan Perdana Menteri? Keluarga bangsawan mana yang menjadi incarannya?" Ketua gilda memantik api di gulungan tembakau yang baru diletakkan di mulutnya.Canna tersenyum dengan cerah, secerah sinar matahari, "Tidak. Aku tidak menginginkan hal seperti itu. Aku hanya ingin ... pria tampan. Ah, maksudku bertunangan.""...."Gulungan tembakau yang baru saja menempel di mulut ketua gilda seketika terjun ke bawah.***Ketua gilda tidak bisa berkata-kata. Dia tidak percaya akan mendengar permintaan membagongkan dari klien yang cukup unik di depannya. Dia pikir putri dari Perdana Menteri itu ingin merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan politik atau bahkan siasat untuk mengkhianati kekaisaran."Hm, ya, selain sebagai pusat informasi, gilda ini memang bisa digunakan sebagai pusat perjodohan." Keterkejutan di wajah ketua gilda itu tidak bertahan lama. Kini, dia kembali datar, seolah-olah ingin segera menyudahi permainan anak kecil."Aku harus memiliki tunangan sebelum kembali ke akademi. Mungkin waktuku hanya sekitar satu bulan." Canna berujar yakin.Jika sudah kembali ke akademi, akan sulit bagi Canna mendapatkan tunangan palsu. Rumor buruk tentang Cannaria Swan yang merupakan sang antagonis sudah tersebar luas bahkan di akademi hingga kekaisaran. Dia dikenal sebagai wanita arogan dan suka mem-bully. Akankah dia bisa mendapatkan pria di sana? Sepertinya kemungkinannya hanya sekecil kuman."Mari kit
Ketua gilda kembali duduk di tempatnya, begitu juga dengan Canna. Meskipun telah menutupi rambut dan wajah dengan penutup kepala seperti sebelumnya, tetapi Canna yakin jika di balik tudung sialan itu, ada ekspresi dingin yang semakin terlihat kaku dan sulit diurai.'Apakah sebuah kesalahan menikmati keindahan wajah tanpa persetujuan pemiliknya? Aku 'kan tidak sengaja melihat wajah yang memang sayang jika dilewatkan itu,' benak Canna yang merasa seperti pencuri.Saat menuliskan beberapa ciri dari pria yang dia pesan kepada gilda di dalam buku, Canna sulit berkonsentrasi karena masih belum bisa melupakan ingatan wajah milik pria di hadapannya."Ehem!" Canna tiba-tiba berdeham, "Omong-omong, sangat sia-sia menyembunyikan wajah seperti itu. Bagaimana jika kamu membukanya saja?" Canna menyerah pada konsentrasinya. Dia tersenyum ringan seolah tidak ada kesalahan yang telah dia lakukan. Keterlaluan memang."Jika sudah selesai menulisnya, segeralah kembali ke asalmu. Tempat ini akan segera tu
"Apakah makanannya sesuai dengan seleramu, Sayang?" Ducess Diana menatap Canna dengan intens."Ya, aku menyukainya. Rasanya lezat." Canna tersenyum tipis kepada Ducess yang sejak tadi telah memperhatikannya.Canna sedang menikmati makanan yang disajikan oleh Chevalier, koki Duke William. Saat ini, dia berkumpul bersama Duke dan Ducess untuk melakukan makan siang yang mana sudah menjadi kebiasaan—makan bersama di siang dan malam hari di ruang makan.Pada awalnya, Canna juga merasa canggung jika harus berkomunikasi atau berkumpul bersama mereka. Dia tidak ingin membuat kesalahan dan tidak ingin dicurigai. Bagaimana jika mereka tahu kalau dia bukanlah putri mereka 'yang asli'?Namun, meskipun sering mendapat penolakan darinya, mereka seolah tidak berhenti berupaya untuk terus mendekatinya. Mereka tetap menunjukkan kasih sayang tulus yang membuatnya goyah. Lebih tepatnya, kasih sayang yang sebenarnya ditujukan kepada putri kandung mereka. Berkat semua perilaku itu, dia jadi tahu betapa sa
'Hm, jadi begini ... penampakan Felix Theodore, karakter utama pria kedua. Ternyata wajahnya jauh lebih tampan daripada yang kubayangkan.'Canna melamun dan menekuni garis bibir sensual Felix yang sangat cocok dengan wajahnya yang tampan. Saat dia tersenyum, kedua matanya akan menyipit seperti bulan sabit. Dia seperti berhadapan dengan Leonardo DiCaprio semasa muda, pria yang memerankan tokoh Jack dalam film Titanic.'Bedanya, dia terlihat lebih tinggi dan tubuhnya juga sepertinya lebih oke.'Pandangan Canna beralih pada paha Felix yang terlipat karena dalam posisi duduk. Celana kain yang dia kenakan seolah-olah memberitahukan jika ada otot-otot menakjubkan di sana. Karena dia seorang kstaria, otot-ototnya pasti terbentuk sempurna.Dalam perjalanan, Canna justru sibuk menilai proporsi wajah, tubuh, dada, dan paha Felix seolah-olah dia menjadi juri dalam ajang American Top Model. Otak cantiknya memang luar biasa unik."Apa ada yang salah dengan wajahku? Mengapa kamu terus melihatnya?"
Sepasang kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik terbuka. Canna tidak dapat mengalihkan pandangannya kepada Felix dengan pupil matanya yang mengecil. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat sebelumnya.“Hebat! Apa itu sihir?” Kalimat pertama yang diucapkan Canna setelah kembali ke kenyataan.“Ya, aku melakukan sihir.”Canna terdiam, memaku, dan membisu. Meskipun sejak awal dirinya masuk ke dunia antah berantah ini adalah sebuah ke-irasional-an yang membuatnya tidak habis pikir, melihat hal baru di luar nalar seperti sihir tetap saja membuatnya tidak percaya.“Apa kamu bisa memperlihatkan yang lain? Seperti bagaimana hubungan kedekatanku dengan kedua orangtuaku atau momen bersama teman-teman yang lainnya.”“Tidak bisa. Aku hanya bisa menunjukkan gambaran di mana ada aku di dalamnya. Dalam artian, memori yang kamu lalui saat bersamaku.”“Hm, begitu rupanya, sayang sekali.” Canna bergumam rendah dengan wajah sedikit kecewa sebelum ekspresinya kembali ceria, “Tapi tetap saja
Kereta yang tiba di tujuan akhir, Stasiun Pusat Schwerin, berhenti. Canna buru-buru mengepak barang bawaannya dan meninggalkan kabin di antara para penumpang lainnya.Pita topinya, diikat erat di bawah dagu dan rambutnya yang dikepang rapi bergoyang saat dia mengambil langkah beratnya. Namun, ekspresi optimis itu tidak bertahan lama saat Felix tiba-tiba menggenggam tangannya seperti anak kecil.Kerumunan besar dan suara kesemutan membuat Canna kewalahan untuk sesaat. Dia terjepit dan didorong untuk turun dari kereta hingga koper yang dia jinjing hampir jatuh. Karena itulah Felix menggandeng tangannya dan membawanya menuju pintu keluar dengan selamat.Di sisi lain, hingar bingar penduduk yang ada di stasiun disertai asap hitam yang mengepul di cerobong asap kereta api, menjadi pemandangan unik yang bisa dinikmati.Saat sibuk menikmati keindahan sekitar, dahi Canna tanpa sengaja membentur punggung Felix, “Ah, maaf!”“Tidak masalah.” Bibir Felix melengkung ringan dan kembali berjalan ber
Ellie melonggarkan pelukannya, “Apa kamu sungguh tidak mengingat sedikit saja tentangku, Canna?” lirihnya dengan mata seolah menyimpan kristal bening.Canna menggelengkan kepala, masih dengan sekujur tubuh kaku. Mendapat kontak langsung secara tiba-tiba dengan karakter utama wanita, membuatnya hilang kesadaran untuk beberapa saat.Ellie menundukkan kepala, lapisan kristal bening itu meluruh dan membasahi pipinya yang merah, “Maafkan aku, Canna. Ini adalah mimpi buruk. Kamu jadi tidak bisa mengingatku. Sungguh maafkan aku."Canna mengerutkan kening dengan wajah bingung, "Tenanglah! Ini semua bukan salahmu, jadi berhentilah menangis."Ellie tetap sesenggukan sambil menundukkan kepala."Cup-cup! Sudah jangan menangis."Mendengar hal itu, tangisan Ellie justru semakin pecah. Air matanya berderai semakin deras. Wajahnya benar-benar terlihat kacau dan sedih.Bloody Rose, mulanya menceritakan hubungan kedekatan Cannaria dan Ellie yang merupakan sepasang sahabat. Pada suatu hari, mereka berdu
Para murid berkumpul di aula makan Hoover yang luas. Aula makan itu dipenuhi dengan aroma daging asap yang dipanggang. Meja panjang para murid juga telah terisi dengan daging rusa panggang, babi hutan liar, dan keranjang-keranjang roti yang terbuat dari tepung terbaik.Sedangkan di tengah-tengah meja, terdapat beberapa piring perak besar berisi babi yang masih bayi dan diisi dengan daging burung merpati di dalamnya. Selain itu, terdapat beberapa piring besar salad dan buah-buahan bagi murid vegetarian serta berbagai macam cake dan dessert untuk pencuci mulut.Sekilas, Canna melihat ke arah meja makan murid laki-laki hingga pandangannya bersirobok dengan Felix yang juga sedang menatapnya. Pemuda tampan itu menyapanya dengan senyumnya yang menawan. Canna pun bertukar sapaan ringan dengan tatapan mata dan senyuman.Mengalihkan pandangan, Canna mulai berjalan menuju barisan meja para murid perempuan sebelum melihat sebuah lambaian tangan. Tangan itu milik Ellie.“Kemarilah, Canna! Duduk d
'Aku, merasa mengantuk,' pikir Canna dengan pandangan kosong.Seperti biasa, Canna berjalan di kampus akademi seperti itik yang kesepian, dikucilkan dari kelompok dan dunia sekitarnya.Saat melangkah, dia tidak bisa menguap karena menjaga citranya sebagai wanita antagonis yang elegan. Sebagai gantinya, dia menggigit bibir hingga air matanya keluar.Langkahnya menuju kelas terasa berat, matanya yang merah seperti kelilipan. Namun, dia tak bisa mengabaikan pemandangan yang terjadi di belakang gedung sihir. Di sana, suasana menjadi serius.Troy, didampingi oleh pengikut-pengikutnya, sedang bersenang-senang dengan menyiksa Dimitri. Bajingan gendut itu bahkan tidak menyadari kehadiran Canna di belakang mereka. Mereka sibuk mengejek Dimitri, sementara Canna menyaksikan semuanya dengan dingin."Hei, Tolol! Katakan berapa 12x7, huh?""...."Dimitri hanya menunduk, kacamata tebalnya nyaris terjatuh dari hidungnya."Bukankah selama ini kamu selalu mencari muka di hadapan para guru? Sekarang kat
🔞 Mature content. Bijaklah dalam membaca!__"Aku ingin sekali memasukkannya ke dalam mulutmu, tapi aku yakin itu akan merusak wajah cantik yang menggemaskan ini. Jadi, bagaimana jawabanmu?" Sambil melafalkan kata-kata vulgar itu, Axe meraih pergelangan Canna dan membiarkannya memegang kejantanannya. Terkejut dengan ketebalan yang tidak bisa dipegang dengan satu tangan, Canna mencoba menarik tangannya keluar dari dalam celananya, tetapi itu sia-sia. "Ke mana perginya keberanianmu tadi? Kamu yang melemparkan dirimu padaku, jika kamu lupa." Mata biru keabu-abuan Axe berkilat menggoda sambil menahan tubuh Canna untuk tidak bergerak. Mulanya, Canna memang hanya berniat menggodanya, tetapi kini dia justru terjebak dan tidak bisa lepas dari genggamannya. Dia sering mendengar dirinya disebut 'wanita gila', tetapi tampaknya Axe bukanlah tandingannya. Pria itu lebih gila daripada siapapun."Tapi, aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya." Canna bergumam pelan dan berpura-pura bersikap te
Ellie membawa keranjang buah sambil berjalan menyusuri hutan. Pada sore hari seperti ini, Felix biasanya berlatih pedang di dekat danau, dan Ellie berniat menemuinya.Tepat seperti yang diduga, Felix terlihat begitu serius berlatih hingga keringatnya bercucuran. Gerakannya begitu lihai dalam mengayunkan pedang, disertai mana sihirnya yang kuat membuat aura-nya yang hangat seketika berubah menjadi seperti aura berbahaya.Ellie yang melihat itu semua di balik pohon, tiba-tiba pipinya bersemu merah karena menurutnya Felix terlihat begitu menarik.Felix yang menyadari keberadaan Ellie lantas menghentikan gerakannya dan meletakkan pedangnya, "Apa kamu akan terus bersembunyi di situ?"Ellie terkesiap dan merasa malu. Dengan langkah ragu, dia mendekati Felix dan berusaha mengurangi jarak di antara mereka. "Maaf, aku tahu aku mengganggumu saat latihan. Aku hanya ingin memberimu ini," ucapnya seraya menyodorkan keranjang berisi buah-buahan segar."Sudah kubilang aku tidak membutuhkan sesuatu s
Kelopak mata Canna terbuka hingga mengungkapkan bulu matanya yang lentik. Mengedarkan pandangan, dia mendapati dirinya berada di sebuah rumah klasik yang sederhana. Namun, ini bukanlah kamar asrama Hoover. Apakah dia berada di rumah salah satu penduduk Desa Kacang?"Kamu sudah bangun?" kata Felix sambil membawa makanan dan meletakkannya di atas nakas. "Jangan banyak bergerak, karena lukamu baru diobati.""Terima kasih sudah mengobatiku, Felix.""Bukan aku yang mengobatimu, tetapi Guru Axe. Seperti saat kejadian sebelumnya." Felix membicarakan tentang kejadian racun di Trapple Park dan saat itu Axe juga yang mengobati Canna. "Tapi mengapa kejadian buruk selalu menimpa kamu? Aku khawatir setiap kali," tambahnya sambil menghela nafas."Maaf, aku juga tidak menginginkannya," ujar Canna dengan lesu. "Tapi seseorang memukulku dari belakang. Meskipun tidak seberapa terlihat jelas, aku yakin dia adalah seorang gadis berambut pirang keemasan. Aku benar-benar tidak berbohong. Sungguh!" imbuhnya
Puluhan murid yang berada di Desa Kacang tidak pernah menyangka akan dihadapkan dengan situasi mencekam seperti ini. Sekumpulan prajurit tiba-tiba muncul dan mengelilingi desa, tepat setelah Canna terjatuh dengan kepala berlumuran darah.Beberapa jam sebelum kejadian mengejutkan itu, seorang murid berteriak histeris saat menemukan Canna terbaring tak sadarkan diri di samping sebuah nisan dengan kepala bercucuran darah.Axe mendengar jeritan itu dan segera berlari ke tempat kejadian. Wajah yang biasanya dingin dan tanpa ekspresi langsung mencerminkan kekhawatiran dan kemarahan.Dengan hati-hati, tangannya yang besar mengangkat tubuh Canna, membawa gadis itu ke tempat yang lebih aman.Ketika Canna berada dalam pelukannya, Axe merasa ada sesuatu yang lemah terlontar dari bibir gadis itu, "Dia ... gadis berambut pirang itu berlari," gumamnya sebelum akhirnya benar-benar kehilangan kesadaran.Berkat itu, puluhan murid perempuan dengan rambut pirang keemasan kini dipaksa untuk menjalani pem
Joanne yang menikmati waktu santainya dengan membaca novel di tempat tidur, harus gagal fokus saat melihat Canna yang sejak tadi tersenyum-senyum sendiri, "Apa sih yang sedang kamu lakukan?"Canna sontak menutupi wajahnya dengan bantal dilengkapi bibirnya yang masih berkedut, "Tidak ada yang kulakukan," katanya sambil mengulum senyum."Lalu ada apa dengan ekspresi menakutkan itu? Apa kamu habis memenangkan lotre?" Pandangan Joanne kembali fokus kepada bukunya. Diam-diam tubuhnya bergidik ngeri karena melihat senyuman Canna yang tidak berhenti."Kamu tahu sendiri keberuntunganku dalam bermain lotre tidak bisa diandalkan.""Lalu? Kamu biasanya memang sedikit gila, tetapi kali ini sepertinya jadi lebih gila," seloroh Joanne dengan ekspresi lempeng sebelum mendapat lemparan bantal dari Canna, "akh!" ringisnya lalu balik melempar bantal itu lagi.Canna mendesah dan menatap kosong langit-langit kamarnya yang tidak estetik. Perkataan Joanne tentang 'wanita gila' kembali mengingatkannya kepad
Canna berjungkit terkesiap saat melihat Axe yang tiba-tiba muncul di belakangnya, "Ehm, sejak kapan guru datang?""Sejak kamu terus melamun sambil mengumpat. Apa ada yang mengganggumu?"Ekor mata Canna berusaha menghindar dari Axe, "Ehm, tidak ada. Dan jika ada, memangnya apa yang akan dilakukan oleh guru?" Dia mulai menunjukkan ekspresi penasaran."Mungkin aku akan memberinya sedikit pelajaran.""Pelajaran apa yang guru maksud? Apakah guru akan memberinya pelajaran alchemist?" seloroh Canna dengan tersenyum kecil.Axe menyeringai, "Sepertinya pelajaran yang akan sulit untuk dilupakan." Masih berdiri di belakang Canna, Axe sedikit mencondongkan tubuh dan mendekatkan bibir untuk berbisik lirih di telinganya, "Sebenarnya, aku sangat pandai dalam memotong."Senyuman yang sejak awal melekat di bibir Canna perlahan berubah menjadi senyuman pias. Anehnya, tubuhnya tiba-tiba merinding karena hawa dingin yang entah darimana datangnya.Dilirikkan ekor matanya ke belakang dan melihat wajah Axe
"... Felix, jujur aku sangat lelah." Ellie berkata lirih dengan kepala menunduk. Wajah cantik yang biasanya bersinar cerah kini terlihat gelap dan suram. Dia duduk di ruang investigasi bersama Felix dan Joanne.Ya, mereka bertiga masih saja menjalani proses penyelidikan. Meskipun sudah lima belas hari berlalu sejak kedatangan Perdana Menteri yang membuat kegemparan di Hoover, belum juga ditemukan titik terang."Kelelahanmu tidak ada urusannya denganku." Felix menjawab datar, tanpa ekspresi.Mendengar jawaban dingin yang selalu keluar dari mulut Felix, air mata mulai menetes di pipi merah Ellie. Dadanya terasa sesak dan nyeri. Di mana Felix yang selalu hangat kepadanya? Kini, hanya ada tembok besar di antara mereka."Mengapa kita semua menjadi seperti ini? Mengapa kita harus saling mencurigai satu sama lain?" Tersirat keputusasaan dari riak-riak mata Ellie. Dia sungguh tidak suka dengan hubungan mereka yang sebelumnya hangat berubah menjadi dingin seperti sekarang."Karena belum ditemu
Canna mengerutkan kening saat mendengar suara yang begitu familiar. Suara dalam dan rendah, yang terkesan tidak acuh dan bermalas-malasan. Itu adalah suara terseksi yang pernah dia dengar. Mirip seperti suara ...."Axe?" Canna sontak melebarkan mata.Tersenyum menyeringai, Axe membuka tudung jubahnya sehingga wajahnya yang rupawan terlihat sempurna."Bagaimana dengan suara yang kudengar tadi?" Canna membicarakan tentang suara Axe yang berbeda saat di acara pelelangan."Aku menggunakan sihir pengubah suara."Kening Canna semakin berkerut, "Apa guru senang telah bermain-main denganku? Karena guru uangku jadi melayang begitu saja. Haish! Dasar penipu!" Canna melampiaskan kekesalan dengan wajah cemberutnya yang lucu.Axe terkekeh, "Bukankah kamu juga melakukannya? Kamu melakukan penipuan dengan sihir ilusimu jika kamu lupa."Canna terdiam, tanpa membalasnya. Meskipun menyebalkan, ucapan pria itu memang seringkali benar. "Hah! Karena guru tampan, maka akan kumaafkan." Canna bergumam renda