“Nona--”
“Sssh!” Devanda menghentikan Mayja agar tidak bergerak dulu. Sejujurnya ini kali pertama Devanda mendengarkan rumor buruk terkait Andriyan. Selama ini dia selalu tau yang baik-baik saja terkait pria itu. Jadi ketika tiba-tiba mendengar hal buruk yang berkaitan dengannya rasanya cukup aneh.
“Saya tidak percaya bahwa pria yang tidak mewarisi apa pun dari Keluarga Prakarsastra berani menginjakkan kaki di pertemuan elit ini.”
“Aku berani bertaruh kalau dia memohon pada pemilik hotel agar tampak keren di mata istrinya, hahaha! Mana mungkin dia memiliki kenalan orang elit begini kalau tidak ada backingan keluarga.”
“Keluarga Prakarsastra saja katanya sudah muak dengannya!”
“Astaga, benarkah? Memalukan sekali. Kalau begitu biar kuhubungi istriku agar tidak mendekati istrinya. Aku khawatir akan muncul rumor buruk jika aku berada di pihak mereka.”
Dia mungkin terlahir dalam keluarga yang cukup berpengaruh, apalagi dia sangat dekat dengan Jonathan. Tapi daripada Andriyan, dialah yang harus lebih fokus pada karirnya, mengingat dia selalu mengandalkan kekayaan dan kekuasaan orang tua. Sangat berbeda dengan Andriyan yang mengabaikan kekuasaan Keluarga Prakarsastra dan memilih merintis bisnis sendiri ….Andriyan juga menjalani kehidupan yang sama dengan menempa jalan hidupnya sendiri daripada membiarkan nama keluarganya menentukan nasib dirinya. Dia pebisnis yang baik, itulah sebabnya kini dia memanen apa yang dia usahakan dari awal.Rasanya, tidak ada siapa pun yang berhak menilai suamiku seperti itu.“Saya rasa sudah cukup membicarakan suami saya ketika dia bahkan tidak ada di sini. Ah ya, ngomong-ngomong, saya jadi teringat tentang orang-orang di sana tadi. Apakah Anda tau nama mereka atau dari perusahaan mana mereka be
Berkat bantuan Peter, akhirnya Devanda dapat menjauhi kerumunan pria yang berebut perhatiannya itu. Ternyata para karyawan Andriyan sangat aneh. Mereka memiliki obsesi berlebihan pada Devanda. Sebenarnya bagaimana Andriyan menceritakan dirinya kepada para karyawan?“Saya pikir Anda sudah pergi mencari tuan,” ucap Peter yang melihat Devanda kembali dari lorong.Sebenarnya Devanda baru saja dari kamar mandi untuk memperbaiki riasannya. “Ah, saya hanya merapikan diri sebentar. Ngomong-ngomong, saya bersyukur atas sambutan antusias para karyawan, tapi saya sedikit lelah. Terima kasih atas bantuannya barusan.”Devanda memperhatikan sarung tangannya yang berwarna senada dengan gaun ungunya hari ini. Sarung tanganku terasa kotor setelah dicium belasan kali. Rasanya seperti aku adalah ibu mereka yang sedang mereka mintai restu, batin Devanda.“Sepertinya rekan-rekan saya telah menyinggung Anda.
Devanda membulatkan matanya. Andriyan menyerangnya dengan tiba-tiba. Tangan pria itu menarik tengkuk leher Devanda agar pagutan mereka semakin dalam dan tangan yang lain menahan pinggang Devanda agar senantiasa dekat dengan tubuhnya. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa pria ini kalap begitu saja?Berbeda dengan biasanya, pria itu lebih brutal. Atau biasanya dia memang selalu brutal? Seperti, sesuatu dalam diri Andriyan bangkit setiap merasakan hasrat pada Devanda. Lidahnya bergerak, merasakan seluruh lapisan lidah Devanda. Sembari memainkan lidah perempuan itu, dia melepas kaitan rambut perempuan itu hingga rambutnya berubah terurai. Rambut cantiknya jadi bergerak bebas mengikuti arah angin.Orang gila ini benar-benar tidak memberiku celah! batin Devanda yang sudah berusaha mendorong Andriyan.Tubuh Devanda semakin mundur dan menghimpit dinding di belakangnya. Padahal dia merasa gebrakannya keras, tapi punggungnya tidak me
Keesokan harinya, Devanda dan Andriyan sudah kembali pada aktivitas masing-masing. Andriyan yang bekerja dan Devanda yang mengurus beberapa permasalahan rumah tangga. Seperti saat ini Devanda sedang merekap dana yang keluar masuk bulan ini. Dia harus mengatur dengan benar uang Andriyan agar dapat membagi rata gaji para pelayan dan kebutuhan rumah.Kali ini Mayja tidak membantu karena ada perintah yang harus dia selesaikan dari Devanda. Di tengah menghitung anggaran, pintu ruang perpustakaan dibuka dari luar. Devanda mendongak, melihat suaminya berjalan masuk dengan ekspresi datar.“Iyan?” Devanda menaikkan kacamatanya lagi untuk melihat jelas apakah yang ada di depannya sungguh sang suami. “Kenapa jam segini sudah pulang? Apa ada yang tertinggal?”Tidak biasanya dia melihat Andriyan kembali siang hari setelah berangkat kerja. Mungkin pernah kalau Devanda sakit, tapi saat ini tidak ada yang sakit dan tidak ad
“Apa kamu pikir aku berencana melarikan dengan laki-laki yang pernah kupacari?”Dunia Andriyan terasa berhenti. Saat ini satu-satunya yang bisa dia rasakan dari indranya hanyalah Devanda. “Kamu … ingin melarikan diri?”Devanda mengubah ekspresinya menjadi lebih serius, tatapannya pun tampak dingin seperti saat perempuan itu menunjuk Andriyan di awal pertemuan mereka. “Untuk apa aku harus melakukan hal yang tidak berguna begitu? Kalau aku benar-benar ingin pergi, aku kan cukup menceraikanmu secara legal dan semuanya selesai. Untuk apa aku membuang-buang waktuku?”Devanda membalik tubuhnya, membereskan dokumen-dokumen yang terbuka di atas mejanya. “Kalau ada sesuatu yang ingin kamu katakan, katakan saja. Kamu ingin bertanya padaku tentang apakah aku akan menceraikanmu dan menikah lagi dengan kekasih masa laluku yang ada dalam bayanganmu ini, kan?”“Tidak. Itu tidak--
“Seperti yang Anda tahu, Nona. Saya selalu berharap Anda bahagia, sungguh.”“Memangnya apa yang membuatku bahagia?” tanya Devanda, menguji kemampuan Mayja dalam memahami dirinya. Sebab dari tadi wanita itu terus saja mengunggul-unggulkan Andriyan.“Saya bukan seorang peramal yang bisa menerawang keinginan dan kebutuhan manusia, sekali pun saya sangat dekat dengannya dan selalu berada di sisinya. Tapi, Nona, saya sering melihat Anda tersenyum selama tinggal di sini. Itulah mengapa saya senang melihat Anda berdua bersama karena tuan dapat membuat Anda tersenyum.” Mayja mengatakannya dengan sangat antusias karena sebagai seseorang yang selalu berada di sisi Devanda, baru kali ini perempuan itu seperti lebih bebas dan menjalani hidup menjadi dirinya tanpa terbeban apa pun. “Maka dari itu, saya dengan tulus berharap Anda akan selalu bersama dengan beliau, Nona. Harapan terbesar saya adalah agar Anda bi
Di dalam sisi redup kalam, hampa bersua dengan duka lara. Kendati hampa tercipta, panggil namaku, relung hati terdalam. Gemintang menari di keheningan, mendalami setiap langkah haru. Meski hening terasa, aku di sana, menganyam doa di gulita angkasa. Jauh di lipatan jalan yang tak terjangkau, terbaca tiap jejak yang kau pijak. Garis ketulusan memayungi langit, dan sapaan doa, menjelma pada titian rindu.Bila beban hidup mencengkram, tak ragu untuk memanggil senandung. Walau rentang waktu memisahkan, sisi batin bersatu mendukungmu.Pura-pura kukuh adalah dramatisasi. Ijinkanku menyaksikan kerapuhan hati, sebab di sana tersembunyi keberanian abadi.Bukan rambut yang kau susuri sendiri, biarkanlah jemari ini menjelma penuntun. Agar tak terlunta-lunta dalam kesendirian, walau malam menghujam kegelapan.Mayja mengusap ibu jarinya pada secarik kertas yang tadi di
Andriyan berjalan menyusuri lorong rumahnya menuju ruang perpustakaan. Di tengah jalan dia bertemu dengan Senorita yang hendak menyapa tapi segera Andriyan memberikan isyarat agar perempuan itu tidak membuka suara. Andriyan tidak ingin mengganggu pertemuan Devanda dengan menyadari keberadaannya di tempat itu. Pasti para tamu akan merasa segan dan canggung kalau Andriyan datang. Tujuannya menghampiri ruangan ini hanya untuk mengintip sebentar istrinya karena tidak dapat menghilangkan rasa rindu yang meluap-luap.Andriyan menempelkan telinganya di pintu, terdengar suara beberapa orang di dalamnya. Lantas ia pun menggerakkan knop pintu dan membukanya sedikit. Syukurlah tidak ada yang menyadari suara pintu karena pusat perhatian mereka tertuju pada Devanda yang asik bercerita. Tawa Devanda yang jarang bisa Andriyan lihat akhirnya bisa ia lihat. Kesempatan ini sangat langka, sehingga Andriyan ingin menikmatinya. Perempuan itu benar-benar sangat canti
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Tidak! Kumohon! Kumohon jangan!” Mayja terus mencoba membuka ikatan tangannya. Dia tidak bisa mati begitu saja. Rasel pun memintanya untuk tetap hidup. Jadi Mayja tidak boleh mati.“Jika tak bersamaku lagi, ingat warna langit favoritku. Jika memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Jika tiba waktunya nanti, yang tak dipaksa yang kan terjadi. Walau memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Sampai bertemu di lain bumi … sampai bertemu di lain hari ….”Mendadak lagu itu terngiang di dalam telinga Mayja. Lagu ini adalah lagu yang Mayja dengar di dalam mimpinya ketika bertemu Rasel. Apa Rasel ada di sini? Apa Rasel akan membantunya? Pandangan Mayja terus mengedar, sedangkan langkah Sandy semakin maju untuk menjatuhkan mereka bersama.Air mata sudah berlinangan di pipi Mayja. Di saat begini dia paling merindukan Rasel yang tidak akan ragu untuk datang setiap dirinya berada dalam bahaya. Namun Mayja sama sekali tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Ini bod
“Maafkan aku, tapi hasilnya menunjukkan adanya tumor di dalam otakmu, Andriyan. Tumor ini cukup besar dan sudah mencapai stadium akhir. Berdasarkan kondisi tumor yang sudah mencapai stadium akhir dan ukurannya yang cukup besar, prognosisnya memang tidak menggembirakan.”Akhir-akhir ini Andriyan lebih sering melamun jika tidak diajak bicara. Seolah ada banyak hal yang sedang dia pikirkan. Bio yang kini menggantikan posisi Rasel sebagai asisten pribadinya mulai menyadari beberapa keanehan itu.Ia pun meletakkan tangannya di bahu Andriyan. “Ada masalah, Tuan?”“Kapan kita bisa menemukan Sandy?” tanya Andriyan yang pandangannya sama sekali tidak beralih dan masih melamun.“Tuan!”Sontak Andriyan tersentak mendengar teriakan itu. Dia segera menoleh ke arah Bio dengan raut marah. “Kenapa kamu berteriak?!”“Saya hanya khawatir pada Anda yang akhir-akhir ini sering tidak fokus. Padahal baru beberapa waktu lalu saya melaporkan bahwa kami menerima kabar bahwa kini dia berada di Bali. Ada orang
“Takdir sedang berulang. Akan ada konsekuensi dibalik pengulangan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.”Konsekuensi, tampaknya itu yang sedang Andriyan hadapi saat ini. Kejadian di kehidupan kali ini memang banyak mirip di kehidupan pertama, tapi bedanya Devanda yang diserang oleh penyakit mematikan. Entah mengapa rasanya Andriyan lebih tenang jika memikirkan bahwa orang yang diberi penyakit adalah Devanda, bukan dirinya. Sehingga Andriyan hanya perlu menemukan Sandy Gautama agar Devanda tidak lagi dalam bahaya.Tubuh Andriyan terjatuh lemas di bangku tunggu rumah sakit. Dari banyaknya orang yang berlalu-lalang, dia merasa seperti hanya dirinya yang memiliki waktu singkat dan terhenti di tempat. Dia tidak bisa memikirkan apa pun. Mengetahui kabar bahwa akan mati ternyata tidak terlalu menyenangkan saat memiliki seseorang yang berharga. Bukankah tangis Devanda akan begitu kencang berhari-hari setelah kepergiannya nanti?Berbagai hal indah yang masih ingin dibagikan Andriyan pada D
“Anak dan wanita? Kalau melihat dari situasi di sekitarnya, kemarin saat diperiksa Moana itu sedang hamil … hah?!” Devanda langsung menutup mulutnya. Tidak percaya jika apa yang dikatakan Andriyan waktu itu memiliki kemungkinan untuk benar. “Ti—tidak mungkin, kan?”Andriyan mengedikkan kedua bahunya sembari bersedekap dada. Sebenarnya dia mendatangi Jonathan atas permintaan istrinya itu. Padahal berbincang dengan pria itu terasa sangat menyebalkan. Meski Andriyan memang merasakan perubahan yang signifikan darinya.Di lain sisi, Devanda merasa tenang karena Jonathan di penjara. Sehingga ancaman terbesarnya dalam kehidupan ketiga ini bisa dia hindari sejauh-jauhnya. Satu-satunya masalah yang harus Devanda tuntaskan hanya tentang Sandy Gautama yang posisinya masih berkeliaran di luar sana. Kapan pun dia bisa mendatangi Mayja lagi. Itu sebabnya Devanda masih belum bisa merasa sepenuhnya tenang.“Siapa pun wanita dan anak yang Jonathan maksud, semoga saja dia baik-baik saja. Karena tidak a