Setelah membacanya Isabella langsung mematikan ponselnya. Wanita itu memandang keluar jendela sambil menyeka pelan air matanya yang sudah keluar.Sebenarnya, Isabella masih tidak menyaka semua ini. Pikiran negatifnya tadi sempat ia tepis dengan Javier tidak akan menghianatinya, sebab pria itu pernah mengatakan kalau Isabella adalah wanita satu-satunya yang bisa membuatnya jatuh cinta. Tidak pernah terbayang oleh Isabella bahwa Javier akan seperti ini. Walau tidak ada bukti yang kuat kemarin, namun perasaannya tidak pernah salah. Buktinya pesan yang ia dapatkan membuka kebusukan Javier. Logika saja, pria dan wanita dalam satu ruangan di kamar apalagi itu adalah kamar Isabella dan Javier yang merupakan area privasi mereka.Mengapa dengan mudahnua Javier mengizinkan Victoria masuk ke dalam kamar mereka? Isabella semakin yakin Javier memang mempunyai hubungan dengan Victoria. ***“Woah, udara di sini lebih sejuk dari Italia!” seru Iriana saat mereka sudah berada di New York dengan di d
Jika kalian pikir Isabella akan langsung panik dan mengemasi barangnya setelah membaca pesan dari Xander, ia hanya mematikan ponselnya dan merebahkan diri di kasur untuk tidur. Pagi menjelang, Isabella hanya memandang ponselnya yang bergetar dari tadi, banyak panggilan dari Mom Javier dan Xander. Berita kecelakaan Javier, sebenarnya membuat Isabella khawatir terhadap pria itu. Namun, Isabella selalu terbayang Javier dan Victoria bermesraan di kamarnya. Sakit hatinya belum semakin bertambah hingga Isabella memutuskan untuk mengabaikan dering telpon yang terus berbunyi. Isabella pikir mungkin itu karma Javier yang sudah berselingkuh di belakangnya.Baru saja ingin meletakan ponselnya, sebuah pesan menarik atensinya. Dengan ragu ia membuka pesan dari Gia sang pelayang. Isabela tidak siap apa informasi yang pelayan itu dapatkan. Gia: Selamat pagi, Nyonya. Saya di beri tugas oleh Nyonya Lauren untuk mengantarkan makanan pada Tuan Javier yang sedang dirawat di rumah sakit. Saya memotre
"Xander?!" kaget Isabella.Xander tersenyum lebar. "Surprise!" Bukannya senang, Isabella memandang keasl Xander dengan wajah kesal. "Sedang apa kau di sini?! Mengapa kau tidak memberitahuku dulu kalau kau ingin datang?!""Tenang, tenang, okey? Bagaimana aku memeritahumu kalau kau saja tidak mengangkat teleponku," jelas Xander membuat Isabella terdiam. "Kau pasti sudah tahu mengenai suamimu yang mengelami kecelakaan. Sebab, aku tahu kau membaca pesanku," lanjut Xander. Reaksi Isabella yang hanya memangguk santai membuat Xander bertanya-tanya."Kau tidak khawatir dengan suamimu itu?" heran Xander."Tidak, untuk apa?" Isabella memutar matanya."Serius, Bella? Kalau kau sedang marah dengan Javier, jangan sampai seperti ini. Dia mengalami kecelakaan yang cukup parah sampai sekaran pun masih dirawat di rumah sakit." Xander menatap Isabella tidak percaya."Lalu?""Isabella! Bisakah kau serius padaku?" Pandangan Isabella tertuju pada ponselnya yang bergetar menandakan adanya sebuah pesan
Xander pulang kembali ke Italia setelah Isabella mengusirnya. Padahal ia belum satu hari di New York. Memang wanita itu kejam sekali.Kini Xander sedang berada di rumah sakit untuk menemui Javier. Javier tidak tahu kalau Xander menemui Isabella, tentu saja Xander tidak memberitahu, kalau Javier tahu pasti pria itu akan curiga padanya. Xander akui ia memang masih menaruh perasaannya pada Isabella, namun ia cukup tahu diri dan mengetahui batasannya. Saat ingin membelokan diri, mata Xander tak sengaja melihat seseorang yang tidak asing baginya.“Bukankah itu mata-mata Bella,” gumam Xander saat pelayan yang bernama Gia tersebut masuk ke dalam ruangan dokter specialis kandungan. Pikir Xander mungkin pelayan itu sedang memata-matai Javier dan Victoria sembari memeriksa kandungannya, mungkin pelayan itu sedang mengandung. “Kau ingin makan apa lagi?” Suara wanita terdengar setelah Xander baru saja membuka pintu kamar inap Javier. Saat melihat siapakah wanita itu, Xander memutar matanya m
"Apa-apaan ini, Javier?!" Lauren memandang tidak suka pada Victoria. "Mom?!" kaget Javier. Lauren melangkah mendekati Javier. "Siapa wanita ini?" "Dia sekertarisku, Mom," jelas Javier. Namun, Lauren masih tidak puas mendengarnya. "Isabella tahu sekertarismu ada di sini malam-malam begini?" Lauren menekan kata malamnya. Javier yang tahu Lauren sedang curiga kepadanya pun menghela nafas. "Isa, belum ada kabar." "Apa maksudmu, Bella tidak ada kabar?" tanya Lauren. Namun, sebelum Javier menjawab Lauren berkata pada Victoria. "Kau silahkan keluar," perintahnya memandang tidak suka pada Victoria. Victoria mengumpat dalam hati, padahal ia ingin menguping pembicaraan mereka. "Sialan, nenek tua itu!" Umpat Victoria dalam hati. Setelah Victoria keluar, Lauren kembali menatap Javier dengan pandangan serius. "Mom sekarang mengerti mengapa hubunganmu dengan Bella semakin merenggang."Javier kaget. Seolah tahu ekspresi dari Javier, Lauren berkata kembali. "Tentu saja aku tahu. Mata-mataku
Selain mengunjungi kedua orang tuanya, salah satu alasan Isabella ke New York adalah untuk memeriksa kandungan. New York mempunyai banyak rumah sakit terbaik, disalah satunya kebetulan Isabella mengenal dokter spesialis kandungan. Tidak berani mengambil resiko jika memeriksa kandungannya di Italia, mata-mata Javier ada dimana-mana. Maka itu kemarin ia menyempatkan diam-diam mendatangi dokter kenalannya dan ingin juga USG kandungannya. Salah Isabella yang menaruh foto hasil USG sembarangan. Kalau saja semalam ia menyembunyikannya mungkin foto tersebut sekarang tidak ada di tangan Diana. Mau bagaimana lagi, Isabella hanya memilih pasrah dan membenarkan kecurigaan Diana kepadanya. Diana tertegun. “Sudah berapa minggu?” Seraya mendekati Isabella kemudian mengelus perutnya.“Sudah mau hampir tiga minggu.”“Aku tidak sabar menunggu.” Diana antusia menunggu cucu ketiganya. “Sampai kapan kau akan merahasiakan kehamilanmu?” “Entalah.”Mungkin sampai masalahnya dengan Javier membaik. Seben
“Tuan, Tuan!”Pintu ruangan terbanting kencang hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring. Mata tajam Javier langsung memandang Tayler yang sedang mengatur nafasnya. “Tuan…maafkan saya lancang langsung masuk ke ruangan anda.” Tayler membungkukan badannya lalu berkata kembali dengan gugup. “Saya ingin menyampaikan bahwa Nyonya Isabella tidak kembali lagi setelah mendatangi taman tersebut.” Alangkah tekerjutnya Javier. “Maksudmu istriku hilang?” desis Javier. Tayler menangguk takut. “Dari informasi orang suruhan anda, Nyonya pergi bersama dengan Tuan muda Jayden.” Javier menggebrak mejanya. “Sialan! Bagaimana bisa kalian bodoh sekali hah?! Aku sudah mengirim beberapa penjagaan untuk keluargaku, tetapi masih saja kalian tidak bisa menjaga mereka dengan benar!” Teriakan Javier menggema di ruang kerjannya. Setelah dinyatakan sembuh walau tangannya masih diperban, Javier melakukan aktifitas pekerjaannya kembali. Tayler yang memang mengatur semua penjagaan Isabella dan kedua anaknya s
“Oh, Nyonya yang terhomat sudah bangun rupanya.”Munculah seorang yang amat Isabella kenal. Pelayan yang selama ini berpihak padanya tengah menatapnya mengejek. Gia berpenampilan berbeda. Sebelumnya selalu memakai seragam maid, kini dress minim melekat di tubuhnya. “Kenapa terkejut? Kalian itu emang benar pasangan yang bodoh. Mudah sekali ditertipu.” Gia tertawa sembari melangkah mendekati Jayden. “Anakmu tampan sekali…”“Jangan beraninya kau sentuh!” teriak Isabella.Sayangnya Gia sudah berjongkok di hadapan Jayden dan menyentuh rambut halusnya, sedangkan Jayden hanya menangis, disisa kebernaniannya Jayden menjambak cepat rambut Gia. “Menjauhlah nenek sihir!” “Aw! Sakit sialan!” bentak Gia seraya menampar Jayden hingga anak itu kembali menangis. “Jalang! Beraninya kau!!!” Hati Isabella membara ketika melihat anaknya disakiti di depan matanya. Jayden tidak diam saja, ia membalaskan dendamnya dengan menampar pipi Gia dan menendang perut wanita itu kencang, walaupun badan ia kecil n
"Mana mereka? Mengapa tidak membawa sendiri tas mereka? " tanya Isabella pada Grace yang memasuki ruang tengah dengan membawa tas sekolah miliki kedua anaknya. "Mereka langsung pergi ke halaman belakang untuk memindahkan pembibitan tugas sekolah Iriana karena hujan." "Alasan, untuk bisa bermain hujan." Kata Isabella yang ditanggapi senyum oleh Grace pengasuh ketiga anaknya.Isabella menyadari sesuatu, "Apakah Isya tahu?" putri si bungsu yang sudah berusia 3 tahun tentu saja pulang lebih awal dari kedua kakaknya tadi berlari dari dapur untuk menyambut kepulangan kedua kakaknya. "Tadi masih berdiri diteras." Jawab Grace yang juga memiliki pemikiran yang sama. Dia segera memberikan tas sekolah ditangannya pada pelayan yang ada disana dan meminta tolong untuk dibawa keruang belajar sebelum menyusul nyonyanya kedepan. Kelihatannya sesuai dugaannya, si kembar sudah menuruni tangga depan bahkan ketika melihat Isabella datang bukannya berbalik kembali untuk naik, mereka berdua memperc
Kedua anak kecil berlari menyabut kedatangan lsabella, bergantian memeluknya seperti Isabella yang sudah meninggalkan mereka beberapa hari, padahal Isabella hanya pergi beberapa jam lebih tepatnya dia pergi menemani suaminya menghadiri perjamuan makan siang sehingga saat ketiga putranya pulang sekolah dia tidak ada dirumah. "Merindukan mommy?" tanya Isabella. "Tidak boleh, hanya daddy yang boleh merindukan mommy." Kata Jayden. Isabella tertawa, Javier selalu bertingkah sama dengan anak-anaknya jika berhubungan dengan dirinya. "Mom, minggu depan ada acara outbond disekolah, apakah aku boleh ikut?" tanya Iriana. "Mom, ada tugas sekolah yang tidak kumengerti." Kata Jayden. Isabella tersenyum, duduk diantara kedua anaknya, "Kalian bertiga menyambut mommy ternyata ada kepentingan, tapi mana adik kalian?" Isabella baru menyadari kedua putri bungsunya tidak ada, padahal ini adalah jam bermain mereka yang artinya walau si bungsu baru berusia 5 bulan, kedua kakaknya selalu mengajak adi
Javier menatap Isabella yang masih terlelap di depannya. Sudah hampir 7 jam paska operasi caesarnya selesai. Dengkuran halus Isabella terdengar. Matanya juga masih terpejam. Istrinya yang kuat. Isabella baru saja melahirkan anak ketiga merrka.Isabella dan Javier bersyukur sudah dikarunai tiga anak. Mereka mempunyai kembali anak perempuan yang cantik. Permasalahan besar hari itu selesai dan kehidupan Isabella dan Javier berjalan sangat baik. Kehamilan Isabella juga tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dikhawatirkan karena dokter mengatakan fisik Isabella tidak sekuat dulu saat melahirkan kedua anak kembarnya. Mungkin juga karena efek dari kelahiran pertamanya. Kehamilan anak tiga juga terasa sangat berat bagi Isabella. Di bulan kelima, pernah Javier mendapati Isabella yang menangis tiba-tiba di depan pintu rumah mereka. Ia memegang perutnya sambil sesunggukan. Ternyata karena rasa tidak nyaman dan sesak di dadanya. Penderitaan Isabella jauh lebih menyakitkan ketimbang kehamilan
Orang-orang bilang, cinta itu akan hadir karena terbiasa. Dan mungkin Javier pun sudah merasakan cinta tersebut untuk Isabella. Dia tak tahu kapan perasaan itu datang, dan Javier baru sadar akan perasaannya saat melihat Isabella berjuang mati-matian di dalam ruang persalinan saat akan melahirkan anak mereka. Javier gugup, panik, dan takut secara bersamaan. Melihat Isabella yang sudah sangat lemas padahal anak mereka belum lahir. Javier sangat takut Isabella akan kenapa-kenapa. Karena itu dia setia mendampingi Isabella, menggenggam tangannya dengan erat dan mengucapkan kata-kata penyemangat. Setelah perjuangan yang hebat dan melelahkan, akhirnya lahirlah bayi mereka yang berjenis kelamin perempuan. Javier tersenyum penuh haru saat perawat menaruh bayinya di atas tubuh Isabella. "Cantik. Seperti kau," bisik Javier. Isabella tersenyum lemah mendengar itu. Dia menatap bayinya, kemudian air mata menetes dari sudut matanya. Isabella merasa tak percaya dia akan di fase ini dalam waktu
FLASHBACK. ————————“Javier! Jayden!" jeritan Isabella terdengar ketika ia melihat ruang pakaiannya yang berantakan. Tentu saja ini ulah Jayden dan suaminya, Javier, yang selalu menemani putra mereka saat beraksi. Kali ini bukan baju, tas, atau sepatu Isabella yang menjadi korbannya. Tapi alat rias lsabella dan juga perhiasannya. Tak jauh dari tempat kejadian perkara, Isabella bisa mendengar tawa geli yang tertahan. Ia berjalan menuju salah satu ujung lemarinya. Ada kaki mungil yang terlihat mencoba bersembunyi di balik lemari. “Mommy bisa melihat kalian berdua," ujar Isabella. Ia menoleh mendapati Jayden dengan celana pendek dan kaus serta wajah cemong terkena berbagai jenis alat rias Isabella. Beberapa kalung berlian milik Isabella tergantung di tubuh mungil Jayden. Di sampingnya ada Javier yang menutup mulut Jayden agar anak itu tidak menimbulkan tawa berisik. Wajah Javier juga sama kacaunya dengan Jayden dan sebuah ikat rambut kecil di depan kepala Javier yang menyembul s
Senyum Javier merekah ketika ia sibuk melihat ulang hasil foto-foto liburan mereka di ponsel dan kameranya. Kiri dan kanannya ada Jayden serta Iriana yang ikut berfokus pada gambar di kamera sang ayah. Sesekali mereka heboh ketika melihat salah satu yang mengeluarkan ekspresi konyol dalam foto. "Daddy, nanti kita akan liburan lagi? Dengan Mr. Xander bolekah?" tanya Jayden pada sang ayah. Mereka sudah sampai kembali ke Italia dan Javier masih berada di kediaman orang tuanya karena anak-anak memintanya bermain di sana sebentar saja. "Why not? Nanti Daddy tanya dia dahulu." Javier mencubit gemas pipi anak tersebut. Tampaknya memang tidak terelakkan lagi. Kedua anaknya sangat senang bermain dengan Xander. "Aku menyukai Mr. Xander, dia menyenangkan. Karena selama ini Mr. Xander menyebalkan di mataku," ujar Jayden.Javier dengan cepat menoleh pada anak laki lakinya. Oh ayolah. Javier seorang pria. Dia jelas tau jika Jayden menganggap Xander bagaikan kakanya karena itu yang Jayden la
Hari terakhir liburan sekolah Jayden dan Iriana sudah di depan mata. Isabella terbangun dari tidurnya. Ia mengusap mata dan menyadari dirinya berada di kamar utama. Tempat yang seharusnya Javier gunakan. Tapi tidak ada Javier di kamar ini. Seingat Isabella ia tertidur di depan saat menonton bersama Javier. Mungkin Javier memindahkannya.Mereka tidak mungkin melakukan hal-hal aneh seperti malam sebelumnya. Isabella yakin sekali akan hal itu. Ia bangkit dan keluar dari kamar utama. Ruang tengah kosong. Tidak ada tampak kehidupan di sana. Pintu menuju luar pun kosong. Isabella terus berjalan menuju kamar lainnya. Tempat kedua putrinya tidur. Begitu Isabella membuka pembatas ruangan itu, ia mendapati pemandangan konyol di depannya. Javier yang masih terlelap di atas kasur Iriana. Lalu kedua anaknya sibuk mengikat rambut Javier dengan ikat rambut mereka yang Isabella letakkan di meja samping kasur. Seulas senyum Isabella mengembang. Javier tampak tidur sangat lelap sampai tak sadar hasi
Matahari sudah terbit dan menampakkan cahaya pagi yang indah. Sebagian cahaya matahari masuk ke dalam kamar lewat sela-sela gorden. Dan Isabella sudah terbangun sejak beberapa menit yang lalu. Saat bangun dan menyadari kondisi tubuh dia dan Javier yang telanjang, wajah Isabella langsung memerah karena malu. Kejadian semalam saat dia dan Javier melakukan hubungan intim terus terbayang dalam benak Isabella. Dan itu membuat dia semakin malu jadinya. Isabella tidak langsung turun dari ranjang dan memilih tetap berbaring di samping Javier. Tubuhnya menghadap ke arah Javier yang tidur dengan posisi terlentang. Mata Isabella memperhatikan struktur wajah Javier yang sempurna dari jarak yang sangat dekat. Dan baru sekarang Isabella menyadari kalau suaminya tersebut sangat tampan. Isabella lalu kembali mengingat perjalanan dia dan Javier selama dua bulan menjadi pasangan suami istri. Hubungan mereka baik, tak pernah bersitegang ataupun bertengkar.Javier jika dilihat sekilas terlihat seper
Pagi ini, Isabella bangun dengan keadaan yang sehat seperti biasa. Dia tidak merasakan pusing atau mual, bahkan tidak muntah-muntah juga. Dan sampai sekarang, belum ada hal yang aromanya sangat menusuk dan mengganggu Isabella. Semuanya terasa sangat normal. Maka pantas bulan kemarin dia tak sadar dirinya hamil. Haid masih keluar, juga tak ada tanda-tanda hamil yang dia rasakan. Perubahan pertama yang dia sadari adalah perutnya yang sekarang tak sekencang awal. Isabella sudah tahu kalau dengan fakta dirinya hamil, maka suatu saat nanti tubuhnya akan berubah bentuk. Masih untung kalau misal berat badannya naik secara normal dan tidak berlebihan. Dan jujur saja, Isabella belum siap untuk itu. Dia sudah search di internet tentang perubahan tubuh pada wanita hamil. Ada yang tubuhnya hanya sekedar berisi, ada yang benar-benar melebar. Ada juga yang wajahnya rusak karena jerawat atau flek hitam, ada juga yang kulitnya berubah jadi kusam dan tidak cerah lagi. Jujur, Isabella benar-bena