Beberapa bulan sudah Javier dan Isabella lewati sebagai pasangan suami istri. Ditambah Isabella kini berstatus Nyonya Coullard, tidak sedikit yang membicarakan perihal statusnya kini. Banyak yang menduga Javier menikahinya karena adanya kedua anaknya atau Javier dijebak oleh Isabella untuk tidur bersama dan berakhir Javier mau tidak mau menikahnya karena Isabella hamil. Mulut ke mulut sampai rumor tersebut terdegar oleh Javier sendiri. Pria itu tentu murka dan langsung mengadakan pres conference secara terbuka. Dengan tegasnya Javier mengatakan. “Aku diam jika kalian menyebarkan rumor yang tidak benar tentang diriku. Tetapi jika istriku yang menjadi target kalian selanjutnya, aku tidak akan diam. Akanku seret ke jalur hukum, ingat itu.” Setelah mengatakan hal itu di depan banyaknya kamera, Javier bangkit dan menggandeng tangan Isabella. Wartawan pun sigap menghampiri keduanya. “Back off!” Para bodyguard Javier meminta para wartawan untuk mundur memberikan ruang jalan untuk Javie
Satu tahun sudah hubungan pernikahan Javier dan Isabella. Mereka menjalaninya dengan penuh kebahagiaan, apalagi Iriana yang sudah menerima Javier sebagai daddynya. Kedua anaknya pun sudah masuk sekolah tingkat anak-anak. Isabella merasa waktu begitu cepat, hingga ia masih tidak menyangka berakhir menjadi istri dari CEO Italia yang terkenal arogan. Isabella selalu takut jika pernikahannya gagal, sebab ia tidak percaya diri bisa mengelewati status sebagai istri Javier.Saat masyarakat tahu ia adalah istri Javier, banyak pro dan kontra bermunculan. Isabella menerima semua itu. Sebab hidup memanglah begitu. Tidak semua orang menyukainya. "Kenapa melamun, hm? Nanti tangamu keiris."Isabella terlonjak kaget saat merasakan sebuah tangan melingkari pinganggnya dan suara yang berbisik tepat di telinganya. "Astaga, Jav! Kau mengagetiku saja!"“Wangi vanila, kau ingin membuat kue?” Mata Javier melihat banyaknya tepung dan beberapa bahan untuk membuat kue lainnya. “Iya. Iriana mengatakan tem
Sudah beberapa hari Javier pergi ke Russia tetapi Isabella tetap gelisah. Pria itu selalu mengabarinya setiap saat dan mereka juga sering melakukan video call saat malam tiba. Namun, tetap saja perasaan Isabella selalu gelisah. Banyak pikiran negatif menghantuinya. Isabella akui sekertaris Javier yang bernama Victoria iyu sangat cantik dan sexy.Sebenarnya dirinya tidak pernah berlebihan seperti ini memikirkan hal buruk. Dulu juga pernah saat Javier pergi, tetapi itu saat bersama dengan Tayler jadi Isabella tidak terlalu gelisah seperti sekarang. Satu hal yang Isabella takuti, Javier selingkuh.Saat Isabella menunjukan foto Victoria pada Xander untuk memberinya pendapat respon pria itu menyuruhnya tenang dan tidak mungkin Javier seperti itu. “Sayang,” sapa Javier di seberang sana setelah Isabella mengangkat telponnya. “Kenapa mukamu cemberut begitu?” tanya Javier melihat wajah Isabella dibalik layarnya. Kini hari sudah malam, rutinitas mereka sebelum tidur memang selalu melakukan
“Mommy, kapan Daddy pulang?” tanya Jayden.Isabella mengelus rambut anaknya pelan. “Besok Daddy sudah pulang, memangnya kenapa?”“Aku ingin bermain tembak-tembakan bersama Daddy!”“Kalian sungguh menggunakan pistol sungguhan?” “Tentu saja.”Isabella langsung tekejut. “Tidak Mommy izinkan kau bermain hal berbahaya semacam itu. Kau tidak boleh bermain tembak-tembakan lagi.”Alis Jayden menekuk tidak suka. “Itu hanya permainan Mommy!”“Jay, itu berbahaya, sayang. Jika pelurunya mengenai badan, bisa terluka.”Jayden terkikik medengarnya. “Aku bermain tidak menggunakan peluru sungguhan, Mommy. Peluru yang aku gunakan sepeti sebuah karet bulat dan tidak sakit sama sekai jika mengenai badan.”“Tetapi pistolnya sungguhan bukan?”“Itu tidak masalah, Mommy, yang berbahaya adalah peluru aslinya. Jika aku menembak ke kepala Mommy akan berlubah seketika!” Jayden memperagakan seperti sedang menembak kepala Isabella.Isabella memandang Jayden takut. “Jangan berkata seperti itu. Mommy jadi takut tah
Javier mengacak rambutnya, menatap pintu kamar yang masih terkunci. Sudah menjelang pagi Isabella juga belum keluar kamar. Kemarin malam Javier mendengar Isabella menangis berjam-jam hingga suara wanita itu perlahan menghilang.Tentu saja Javier khawatir, ia takut Isabella pingsan karena kelelahan menangis. Kini dirinya terus mengetuk pintu kamar dari tadi sambil memanggil nama Isabella.“Isa, ini sudah pagi sayang. Ayo kita sarapan,” ucap Javier. “Isabella, jika kau masih marah padaku tidak apa. Tetapi kau harus sarapan, sayang. Kau semalam juga melewatkan makan malam, aku tidak mau kau sakit.” Javier terus mengetuk pintu kamarnya. Sedangkan di dalam Isabella sudah bangun sedari tadi. Sebenarnya ia tidak bisa tidur pulas, ia terus terbangun dan kemudian menangis kembali.“Isa, kumohon…”“Saya—“ Javier menghentika ucapannya setelah merasakan tepukan di bahunya. “Tuan, sarapan sudah saya sediakan,” ucap Victoria dengan sopan.Di dalam sana Isabella bisa mendengar suara Victoria den
“Kau sungguh bodoh!” teriak Xander dari seberang sana. Javier terus meminum winenya entah yang keberapa kali. Matanya memandang pemandangan malam hari di kaca ruang kantornya. Seharusnya dirinya sudah pulang sedari tadi, namun ia masih ingin di sini. “Aku akan melakukan pulang secepatnya!”“Pulang? Bukankah kau masih dua bulan di Dubai?” racau Javier yang sudah setengah mabok.“Kau mabok?!” teriak kesal Xander.“Ssst… calm down, man.” Javier menuangkan kembali winenya dan meminum langsung. “Pikiranku sedang kalut, jadi lebih baik aku melupakannya sejenak bukan?” Javier terkekeh. “Lupakan?” kesal Xander. “Kau yang membuat masalah ini, brengsek. Mengapa kau seolah menjadi korban di sini?! dan dengan bodohnya kau berlari ke alkohol bukan pulang ke rumahmu dan memohon maaf dari istrimu itu!” di seberang sana Xander memijat kepalanya pusing karena tingkah kakanya yang kelewatan bodoh. “Hmm?” Javier kian meracau. “Kau tahu? Aku tidak sengaja menampar Isa,” uacp Javier tak sadar. “Apa?!
Cahaya pagi menyinari sebuah kamar yang didominasika berwarna abu-abu. Di sebuah kasur king size, ada seorang pria terbaring dengan posisi terlentang. Javier mengerjapkan matanya saat silau matahari dari jendela mengenai wajahnya. Lantas ia langsung bangun setelah menyadari dirinya sudah di kamar miliknya. Ia menunduk melihat pakaian masih sama saat ia pakai kerja dan sepatunya juga belum lepaskan selama ia tertidur. Javier memegang kepalanya yang masih lumayan pusing. "Apa yang terjadi semalam?" ucap Javier. Tiba-tiba perutnya merasa mual, Javier dengan cepat berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan. "Sepertinya aku terlalu banyak minum." Javier bingung sebab alkohol yang ia minum tidak terlalu tinggi kadar alkoholnya. Ia juga jarang sekali muntah sehabis minum banyak, seperti semalam. Entah berapa banyak botol yang Javier habiskan dan ia baru menyadari dimana Isabella? Apakah wanita itu tidak tidur di kamar ini semalam? Ketukan pintu terdengar keras dan tidak sabaran saat J
Setelah membacanya Isabella langsung mematikan ponselnya. Wanita itu memandang keluar jendela sambil menyeka pelan air matanya yang sudah keluar.Sebenarnya, Isabella masih tidak menyaka semua ini. Pikiran negatifnya tadi sempat ia tepis dengan Javier tidak akan menghianatinya, sebab pria itu pernah mengatakan kalau Isabella adalah wanita satu-satunya yang bisa membuatnya jatuh cinta. Tidak pernah terbayang oleh Isabella bahwa Javier akan seperti ini. Walau tidak ada bukti yang kuat kemarin, namun perasaannya tidak pernah salah. Buktinya pesan yang ia dapatkan membuka kebusukan Javier. Logika saja, pria dan wanita dalam satu ruangan di kamar apalagi itu adalah kamar Isabella dan Javier yang merupakan area privasi mereka.Mengapa dengan mudahnua Javier mengizinkan Victoria masuk ke dalam kamar mereka? Isabella semakin yakin Javier memang mempunyai hubungan dengan Victoria. ***“Woah, udara di sini lebih sejuk dari Italia!” seru Iriana saat mereka sudah berada di New York dengan di d
"Mana mereka? Mengapa tidak membawa sendiri tas mereka? " tanya Isabella pada Grace yang memasuki ruang tengah dengan membawa tas sekolah miliki kedua anaknya. "Mereka langsung pergi ke halaman belakang untuk memindahkan pembibitan tugas sekolah Iriana karena hujan." "Alasan, untuk bisa bermain hujan." Kata Isabella yang ditanggapi senyum oleh Grace pengasuh ketiga anaknya.Isabella menyadari sesuatu, "Apakah Isya tahu?" putri si bungsu yang sudah berusia 3 tahun tentu saja pulang lebih awal dari kedua kakaknya tadi berlari dari dapur untuk menyambut kepulangan kedua kakaknya. "Tadi masih berdiri diteras." Jawab Grace yang juga memiliki pemikiran yang sama. Dia segera memberikan tas sekolah ditangannya pada pelayan yang ada disana dan meminta tolong untuk dibawa keruang belajar sebelum menyusul nyonyanya kedepan. Kelihatannya sesuai dugaannya, si kembar sudah menuruni tangga depan bahkan ketika melihat Isabella datang bukannya berbalik kembali untuk naik, mereka berdua memperc
Kedua anak kecil berlari menyabut kedatangan lsabella, bergantian memeluknya seperti Isabella yang sudah meninggalkan mereka beberapa hari, padahal Isabella hanya pergi beberapa jam lebih tepatnya dia pergi menemani suaminya menghadiri perjamuan makan siang sehingga saat ketiga putranya pulang sekolah dia tidak ada dirumah. "Merindukan mommy?" tanya Isabella. "Tidak boleh, hanya daddy yang boleh merindukan mommy." Kata Jayden. Isabella tertawa, Javier selalu bertingkah sama dengan anak-anaknya jika berhubungan dengan dirinya. "Mom, minggu depan ada acara outbond disekolah, apakah aku boleh ikut?" tanya Iriana. "Mom, ada tugas sekolah yang tidak kumengerti." Kata Jayden. Isabella tersenyum, duduk diantara kedua anaknya, "Kalian bertiga menyambut mommy ternyata ada kepentingan, tapi mana adik kalian?" Isabella baru menyadari kedua putri bungsunya tidak ada, padahal ini adalah jam bermain mereka yang artinya walau si bungsu baru berusia 5 bulan, kedua kakaknya selalu mengajak adi
Javier menatap Isabella yang masih terlelap di depannya. Sudah hampir 7 jam paska operasi caesarnya selesai. Dengkuran halus Isabella terdengar. Matanya juga masih terpejam. Istrinya yang kuat. Isabella baru saja melahirkan anak ketiga merrka.Isabella dan Javier bersyukur sudah dikarunai tiga anak. Mereka mempunyai kembali anak perempuan yang cantik. Permasalahan besar hari itu selesai dan kehidupan Isabella dan Javier berjalan sangat baik. Kehamilan Isabella juga tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dikhawatirkan karena dokter mengatakan fisik Isabella tidak sekuat dulu saat melahirkan kedua anak kembarnya. Mungkin juga karena efek dari kelahiran pertamanya. Kehamilan anak tiga juga terasa sangat berat bagi Isabella. Di bulan kelima, pernah Javier mendapati Isabella yang menangis tiba-tiba di depan pintu rumah mereka. Ia memegang perutnya sambil sesunggukan. Ternyata karena rasa tidak nyaman dan sesak di dadanya. Penderitaan Isabella jauh lebih menyakitkan ketimbang kehamilan
Orang-orang bilang, cinta itu akan hadir karena terbiasa. Dan mungkin Javier pun sudah merasakan cinta tersebut untuk Isabella. Dia tak tahu kapan perasaan itu datang, dan Javier baru sadar akan perasaannya saat melihat Isabella berjuang mati-matian di dalam ruang persalinan saat akan melahirkan anak mereka. Javier gugup, panik, dan takut secara bersamaan. Melihat Isabella yang sudah sangat lemas padahal anak mereka belum lahir. Javier sangat takut Isabella akan kenapa-kenapa. Karena itu dia setia mendampingi Isabella, menggenggam tangannya dengan erat dan mengucapkan kata-kata penyemangat. Setelah perjuangan yang hebat dan melelahkan, akhirnya lahirlah bayi mereka yang berjenis kelamin perempuan. Javier tersenyum penuh haru saat perawat menaruh bayinya di atas tubuh Isabella. "Cantik. Seperti kau," bisik Javier. Isabella tersenyum lemah mendengar itu. Dia menatap bayinya, kemudian air mata menetes dari sudut matanya. Isabella merasa tak percaya dia akan di fase ini dalam waktu
FLASHBACK. ————————“Javier! Jayden!" jeritan Isabella terdengar ketika ia melihat ruang pakaiannya yang berantakan. Tentu saja ini ulah Jayden dan suaminya, Javier, yang selalu menemani putra mereka saat beraksi. Kali ini bukan baju, tas, atau sepatu Isabella yang menjadi korbannya. Tapi alat rias lsabella dan juga perhiasannya. Tak jauh dari tempat kejadian perkara, Isabella bisa mendengar tawa geli yang tertahan. Ia berjalan menuju salah satu ujung lemarinya. Ada kaki mungil yang terlihat mencoba bersembunyi di balik lemari. “Mommy bisa melihat kalian berdua," ujar Isabella. Ia menoleh mendapati Jayden dengan celana pendek dan kaus serta wajah cemong terkena berbagai jenis alat rias Isabella. Beberapa kalung berlian milik Isabella tergantung di tubuh mungil Jayden. Di sampingnya ada Javier yang menutup mulut Jayden agar anak itu tidak menimbulkan tawa berisik. Wajah Javier juga sama kacaunya dengan Jayden dan sebuah ikat rambut kecil di depan kepala Javier yang menyembul s
Senyum Javier merekah ketika ia sibuk melihat ulang hasil foto-foto liburan mereka di ponsel dan kameranya. Kiri dan kanannya ada Jayden serta Iriana yang ikut berfokus pada gambar di kamera sang ayah. Sesekali mereka heboh ketika melihat salah satu yang mengeluarkan ekspresi konyol dalam foto. "Daddy, nanti kita akan liburan lagi? Dengan Mr. Xander bolekah?" tanya Jayden pada sang ayah. Mereka sudah sampai kembali ke Italia dan Javier masih berada di kediaman orang tuanya karena anak-anak memintanya bermain di sana sebentar saja. "Why not? Nanti Daddy tanya dia dahulu." Javier mencubit gemas pipi anak tersebut. Tampaknya memang tidak terelakkan lagi. Kedua anaknya sangat senang bermain dengan Xander. "Aku menyukai Mr. Xander, dia menyenangkan. Karena selama ini Mr. Xander menyebalkan di mataku," ujar Jayden.Javier dengan cepat menoleh pada anak laki lakinya. Oh ayolah. Javier seorang pria. Dia jelas tau jika Jayden menganggap Xander bagaikan kakanya karena itu yang Jayden la
Hari terakhir liburan sekolah Jayden dan Iriana sudah di depan mata. Isabella terbangun dari tidurnya. Ia mengusap mata dan menyadari dirinya berada di kamar utama. Tempat yang seharusnya Javier gunakan. Tapi tidak ada Javier di kamar ini. Seingat Isabella ia tertidur di depan saat menonton bersama Javier. Mungkin Javier memindahkannya.Mereka tidak mungkin melakukan hal-hal aneh seperti malam sebelumnya. Isabella yakin sekali akan hal itu. Ia bangkit dan keluar dari kamar utama. Ruang tengah kosong. Tidak ada tampak kehidupan di sana. Pintu menuju luar pun kosong. Isabella terus berjalan menuju kamar lainnya. Tempat kedua putrinya tidur. Begitu Isabella membuka pembatas ruangan itu, ia mendapati pemandangan konyol di depannya. Javier yang masih terlelap di atas kasur Iriana. Lalu kedua anaknya sibuk mengikat rambut Javier dengan ikat rambut mereka yang Isabella letakkan di meja samping kasur. Seulas senyum Isabella mengembang. Javier tampak tidur sangat lelap sampai tak sadar hasi
Matahari sudah terbit dan menampakkan cahaya pagi yang indah. Sebagian cahaya matahari masuk ke dalam kamar lewat sela-sela gorden. Dan Isabella sudah terbangun sejak beberapa menit yang lalu. Saat bangun dan menyadari kondisi tubuh dia dan Javier yang telanjang, wajah Isabella langsung memerah karena malu. Kejadian semalam saat dia dan Javier melakukan hubungan intim terus terbayang dalam benak Isabella. Dan itu membuat dia semakin malu jadinya. Isabella tidak langsung turun dari ranjang dan memilih tetap berbaring di samping Javier. Tubuhnya menghadap ke arah Javier yang tidur dengan posisi terlentang. Mata Isabella memperhatikan struktur wajah Javier yang sempurna dari jarak yang sangat dekat. Dan baru sekarang Isabella menyadari kalau suaminya tersebut sangat tampan. Isabella lalu kembali mengingat perjalanan dia dan Javier selama dua bulan menjadi pasangan suami istri. Hubungan mereka baik, tak pernah bersitegang ataupun bertengkar.Javier jika dilihat sekilas terlihat seper
Pagi ini, Isabella bangun dengan keadaan yang sehat seperti biasa. Dia tidak merasakan pusing atau mual, bahkan tidak muntah-muntah juga. Dan sampai sekarang, belum ada hal yang aromanya sangat menusuk dan mengganggu Isabella. Semuanya terasa sangat normal. Maka pantas bulan kemarin dia tak sadar dirinya hamil. Haid masih keluar, juga tak ada tanda-tanda hamil yang dia rasakan. Perubahan pertama yang dia sadari adalah perutnya yang sekarang tak sekencang awal. Isabella sudah tahu kalau dengan fakta dirinya hamil, maka suatu saat nanti tubuhnya akan berubah bentuk. Masih untung kalau misal berat badannya naik secara normal dan tidak berlebihan. Dan jujur saja, Isabella belum siap untuk itu. Dia sudah search di internet tentang perubahan tubuh pada wanita hamil. Ada yang tubuhnya hanya sekedar berisi, ada yang benar-benar melebar. Ada juga yang wajahnya rusak karena jerawat atau flek hitam, ada juga yang kulitnya berubah jadi kusam dan tidak cerah lagi. Jujur, Isabella benar-bena