Sedari tadi Joshua terus memperhatikan gelagat aneh yang Karina tunjukkan. Wanita itu lebih sering melamun dan tidak menyentuh sarapannya. Sendok yang ia pegang hanya digunakan untuk mengaduk tapi tidak ia suapkan ke dalam mulut.Perlahan Joshua beranjak dari tempat duduknya dan mendekati kursi tempat Karina duduk. Ia mengusap kepala Karina lembut, ia tidak pernah meliat Karina melamun sepanjang ini di meja makan.“Kenapa makanannya tidak dimakan?” tanya Joshua dengan saura yang lembut.Karina tersentak dan langsung tersadar dari lamunannya, ia otomatis langsung mengelakkan kepalanya dari sentuhan tangan Joshua. Wanita itu terlihat takut tapi ia mencoba menutupi rasa takutnya dari Joshua.“Hei, ada apa? kenapa kau menghindariku?” Joshua bingung dengan aksi yang Karina tunjukkan.Karina menggaruk tengguknya pelan, “O-O-Oh, maaf, aku kira siapa,” cicit Karina.Joshua menelisik ekspresi Karina yang terlihat sedikit aneh dan mencurigakan, “Katakan! Apa yang kau sembunyikan dariku?” desak
“Kau ini bicara apa?” Cherin berkilah. Vivian berdecak sebal, jelas-jelas ia lihat Cherin dengan sengaja menjulurkan kakinya untuk menyandung kaki Karina agar dia terjatuh. Tapi dia masih berkilah dan tidak mau mengakui kesalahannya.Yang benar saja, kalau seorang penjahat mengakui kesalahannya penjara akan penuh.“Sudahlah, Vivian.” Karina menahan lengan Vivian, ia tidak ingin ada keributan yang terjadi di tempat ini. Semua mata melihat ke arah mereka.“Kau akan diam saja setelah dijatuhkan seperti ini? Dia itu sengaja,” amuk Vivian.Cherin sedikit goyah. Ia tidak menyangka kalau ada orang yang akan membela Karina. Kalau dulu saat di SMA dan di rumah, Karina tidak ada yang membela jadi Cherin bisa melakukan apapun yang ia inginkan terhadap wanita itu. “Caramu menjatuhkan orang lain sangat kuno, kau tau?!” Vivian masih tersulut emosi, ia bahkan sudah memasang kuda-kuda untuk menyerang Cherin. “Kau menuduhku tanpa bukti!” Cherin tidak terima, ia berteriak cukup keras dan menyita pe
“Jadi, kau akan menikah?” Suara rendah Kalista membuat Karina menundukkan kepala karena takut. Sementara Joshua tampak sangat tegas dan bersungguh-sungguh.“Ya, walau ayah sudah tidak ada, setidaknya aku memberitahu mu. Aku tidak sedang meminta izin, hanya memberitahu.” Suara Joshua terdengar sangat tegas.Gigi Kalista saling beradu, ia selalu tidak suka dengan sikap arogan Joshua. Laki-laki itu setiap kali berbicara membuat Kalista sedikit naik darah.“Baiklah, tidak ada masalah dengan itu.” Kalista acuh tak acuh. Walau sebenarnya ia sedikit kecewa dengan keputusan Joshua untuk menikah. “Kau yakin, Nyonya?” Satu alis Joshua naik.“Tentu, aku yakin!” tegas Kalista. Ia kemudian melihat ke arah Karina yang sendiri tadi hanya diam, “Aku hanya kasihan dengan nona itu, dia mendapat laki-laki sepertimu. Dia pasti sudah dijebak olehmu, makannya dia setuju untuk menikah denganmu.” Perkataan Kalista mengundang tawa Joshua. Ia tertawa cukup keras karena ucapan ibu tirinya itu, “Kau harus menj
“Bukannya kau harus membawanya ke dokter gigi? Aku bisa menemaninya,” celetuk Joshua. Kalista menoleh ke arah Joshua. Pria itu sengaja tersenyum menggoda, ia ingin membuat Kalista tidak nyaman dengan kehadirannya. Selalu ingin Kalista merasa dirinya tidak punya power apa-apa untuk melawan laki-laki brengsek ini.“Terima kasih atas tawarannya, tapi Leon akan baik-baik saja!” tegas Kalista. Ia tentu tidak ingin Leon dekat-dekat dengan pria itu.Karina dibuat bingung dengan keadaan saat ini. Joshua tampak ingin terlihat lebih dominan di depan Kalista. Ia sering menekan Kalista dengan kata-kata yang ia lontarkan. Karina hanya bisa diam dan menggaruk belakang lehernya, ia tidak mengerti konsep keluarga ini. Kalista terlihat sangat muda untuk disebut sebagai ibu tirinya Joshua. Karina sendiri hampir keceplosan memanggilnya, Kakak.“Karina, makanannya dimakan, sayang. Jangan melamun!” Joshua menyuapi Karina dengan makanan menggunakan sendoknya.“hmm… Aku bisa sendiri, Josh.” Karina terkejut
“Dia akan menikah katamu?”Rebecca mengenggam erat surat undangan yang ada di tangannya kuat. Pukulan keras yang ia dapatkan di minggu pagi yang cerah. Joshua akan bertindak sejauh ini untuk menendangnya jauh dari kehidupan pria itu. Kesal, marah, merasa dikhianati. Itulah perasaan Rebecca saat ini. “Pernikahannya akan dilangsungkan minggu depan di hotel Valliera. Apakah nona akan hadir?” Sekretaris Rebecca bertanya dengan nada yang tegas.Rebecca kemudian berdiri dari kursinya, “Tentu, aku akan hadir dan memberikan hadiah terindah untuk calon istrinya.” Rebecca meneringai. Tangannya masih menggengam surat undangan itu kuat.***“Saya menemukan sebuah catatan aneh ini di komputer Elliot pagi ini.” DK, seorang juga merupakan bawahan Joshua yang berfokus di bidang keamanan, penyelidikan organisasi dan perusahaan pusat. Ia juga salah satu orang terpercaya Joshua. DK baru menampakkan wajahnya karena ia baru saja kembali dari luar negeri untuk mengurus perusahaan cabang.“Elliot?” dahi J
Elliot berdiri di balik pintu. Matanya menyaksikan dengan jelas bagaimana dua orang itu sedang larut dalam cumbuan nafsu. Elliot menontonnya tanpa berkedip sedikitpun. Ia sungguh benci melihat bagaimana wanita itu mengerang penuh kenikmatan di bawah kungkungan sang tuan. Saat bersamanya, wanita itu sama sekali tidak menunjukkan sikap suka atau pun menikmati.“Aku ingin kau mengerang lagi di bawahku, Karina.” Bibir Elliot berucap pelan. Penuh penekanan, hasrat, dan kegilaan di dalam dirinya.Sungguh tidak bisa Elliot pungkiri, Karina adalah wanita yang cantik dan sempurna. Saat pertama kali melihat Karina, Elliot suka. Akan tetapi, ia menyebunyikan rasa itu karena ia pura-pura menghormati tuannya yang berada di atasnya.Gigi Elliot saling beradu, bunyi gemerutuk itu terdengar jelas di telinga. Kakinya melangkah pergi. Elliot ingin dipuaskan saat ini juga. Melihat kedua orang itu bercinta membuat benda itu menegang sempurna.Elliot mengendarai mobilnya menuju sebuah rumah yang terletak
Napas Joshua ngos-ngosan. Tangannya berpegang kuat pada daun pintu. Matanya melihat tajam ke arah Karina yang sedang berada di meja belajarnya. Bibir Joshua melengkung membentuk senyum. Ia senang, wanitanya ada di sana.Karina tidak menyadari keberadaan Joshua karena masih sibuk dengan tugas-tugas. Walau ia sedang libur menjelang hari pernikahan yang tinggal menghitung hari. Tetap saja, tugas kuliahnya akan terus menumpuk.Perlahan kaki Joshua melangkah mendekat. Tanpa bicara. Joshua memeluk Karina dari samping. Ia menenggelamkan wajahnya di tengkuk Karina. Wanita itu harus tahu, seberapa lelahnya dirinya hari ini karena seharian mengurus artikel-artikel sampah itu. “Kau sudah kembali, Josh?” Tangan Karina menepuk-nepuk lengan Joshua yang melingkar di lehernya. Deru napas Joshua terdengar tergesa-gesa. Degup jantung laki-laki itu sampai bisa ia rasakan. Sangat cepat.“Kamu tidak apa-apa?” Karina melepaskan pelukan Joshua. Mencengkram kedua bahunya. Matanya menelisik wajah Joshua yang
“Hentikan, Elliot! Kau sudah terlalu jauh.” Napas lega berhembus dari mulut Karina karena ada yang menghentikan tindakan Elliot. Kepalanya menoleh ke arah pintu. Karina terkejut dengan kehadiran orang asing di kamarnya—DK.“DK,” desis Elliot.“Maaf mengganggu kenyamanannya, Nona. Saya minta izin untuk bicara dengan anak ini sebentar.” DK terdengar sangat akrab saat berbicara dengan Karina. Ia tidak lupa untuk meminta izin pada Karina karena akan membuat sedikit keributan di sini.“O-Oh…” Karina bingung harus bereaksi apa.“Kau, DK. Mau apa kau?!” Elliot menatap DK tak suka.“aku sudah menduga, semua ini pasti ulahmu.” DK mendekati Elliot. Mata tajamnya terus menatap Elliot penuh kemurkaan. “Ini bukan urusanmu, DK. Enyahlah!” Elliot memandang tak suka ke arah DK. Nada suaranya rendah namun penuh emosi di dalamnya. “Kau salah. Jika ini menyangkut tentang tuan, itu jelas akan berurusan denganku.” tegas DK. Karina bisa melihat ketegangan di antar dua manusia ini. DK menatap tidak suka
Aula terlihat sangat mewah dan meriah. Aula didekorasi dengan bunga warna-warni dan lampu yang berkelap-kelip, menambah suasana ceria, suara musik yang diputar di latar belakang menambah kesal keceriaan yang tidak ada habisnya. Kedua mempelai berdiri di altar, dikelilingi oleh teman dan keluarga, menciptakan rasa romansa dan keakraban yang dirasakan oleh semua yang hadir. Mereka telah mengucapkan janji setia seumur hidup, menyematkan cincin di jari manis masing-masing. Beberapa orang tampak terharu, mereka sangat menikmati acara tersebut dengan penuh suka cita. Bella tidak ada hentinya menggenggam tangan DK, dia tidak ingin berpisah dari pengganti ayahnya itu. Dia selalu berada di sampingnya, ikut merayakan kegembiraan dalam pernikahan yang suci. Karina merasa sangat bangga, karena dia bisa menghantarkan saudaranya ke pernikahan sebelum waktunya di dunia habis. Ia sangat antusias dan gembira saat melihat para tamu yang hadir sangat ramai untuk mengucapkan selamat ke dua mempelai.
Pemandangan di atas bukit terlihat tenang dan indah. Bukit ini ditutupi dengan rumput yang lembut, dan udaranya kental dengan aroma bunga dan dedaunan. Suasananya sangat tenang dan damai, wanita itu berdiri dengan mata terpejam, berdoa untuk dua makam di depannya. Dia mengenakan gaun yang tergerai, dan kepala yang ditutup oleh topi kupluk berwarna senada dengan gaunnya. Perlahan dia membuka matanya dan memandang dua makam itu dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari wajahnya. Walau pun terlihat pucat, dia tetap menunjukkan ekspresi terbaiknya. “Ma, Pa, akhirnya setelah bertahun-tahun berlalu, aku bisa datang ke makam kalian lagi.” Karina tersenyum tipis. Ia sangat senang bisa berkunjung ke tempat ini setelah bertahun-tahun lamanya. Ia merindukan dua sosok yang paling dia cintai itu. Walau pun Karina sudah mengetahui kebenarannya, dia sama sekali tidak memiliki rasa benci, yang ada, dia semakin mencintai keda orang tuanya itu. “Karin sudah tau apa yang terjadi dulu. Kemarin
Satu tahun kemudian... Langit pagi yang cerah hampir terlalu terang untuk dilihat, karena matahari baru saja mulai mengintip di balik cakrawala. Langit berwarna biru cemerlang, nyaris tidak ada awan yang terlihat. Udara terasa sejuk dan segar, dan aroma embun pagi yang segar tercium di udara. Di kejauhan, sebuah pesawat terbang terlihat terbang melintasi langit pagi yang jernih. Pesawat terbang tampak nyaris berkilauan di bawah sinar matahari pagi, sayapnya nyaris tidak terlihat dengan latar belakang langit biru. Suara mesin pesawat terdengar di kejauhan, tampaknya pesawat terbang semakin tinggi, menghilang di langit pagi yang jernih. Suasananya sangat tenang dan jernih, saat matahari pagi menyinari segala sesuatu yang ada di bawahnya. Jelaslah bahwa ini akan menjadi hari yang indah dan jernih, tanpa ada awan yang menghalangi langit biru yang sempurna. “Bagaimana rasanya kembali setelah satu tahun?” Karina menoleh ke arah Vivian yang sedang menyetir di kursi kemudi setelah menerim
“Kembalikan putriku atau kau akan ku bunuh di sini!” Suara Karina meninggi, penuh emosi, dan kemarahan yang menyelimutinya. Ia bukan lagi terlihat seperti wanita lemah yang memiliki penyakit kronis yang memohon untuk mati. Dia adalah seorang ibu yang menuntut putrinya kembali. “Karina, dia juga putriku!” Joshua menatap Karina tajam, kedua orang itu saling menodongkan pistol satu sama lain. Tatapan yang dulu penuh cinta kini berubah menjadi tatapan penuh kebencian. Karina sungguh membenci Joshua sekarang dengan apa yang sudah dia lakukan terhadapnya dan putrinya. “Aku sudah katakan padamu, kau boleh menghabisi ku, tapi jangan sentuh Bella! Kenapa kau sangat keras kepala, sial?!” Karina berteriak. “Karena aku ingin melihatmu menderita,” ucap Joshua dengan senyum menyeringai yang terlukis di bibirnya. “Belum cukup membuatku menderita, huh? Selama bertahun-tahun kau sudah melakukannya, apa itu belum cukup?” “Belum, karena kau milikku, aku akan melakukan apapun untuk memuaskan hasrat
Anak kecil itu terus menangis di dalam mobil, suaranya sangat kecil dan lemah dibandingkan dengan suara mesin yang keras. Dia mengulurkan tangannya ke arah jendela, berusaha keras untuk melarikan diri dan bertemu kembali dengan ibunya.Walau kondisi Bella berbeda dari anak lain, dia tetap punya perasaan dan intuisi yang kuat terhadap sang ibu yang sudah merawatnya penuh kasih sayang dan cinta. Bella ingin kembali ke Ibunya, dia tidak ingin ikut dengan ayahnya yang di matanya sangat berbeda dari yang ia lihat dulu. Tangan kecilnya yang mungil tidak dapat melakukan apa pun selain menggedor-gedor jendela, saat dia menangis sambil memanggil-manggil ibunya membuat perasaan menjadi sangat sakit dan hancur. "Mama!" "Aku ingin Mama!" suara menyayat hati itu memenuhi mobil. Rasa sakit karena perpisahan terlihat jelas, dia terus menangis bahkan sampai tantrum. Dia berteriak kencang, membuat orang-orang yang ada di dalam mobil termasuk Joshua merasa cukup pusing. “Bella, ini papa, kamu sama
“Bella, pergi dengan paman dan Aunty, ya. Mama akan menyusul nanti.” Karina tersenyum, melangkah mendekati Bella lalu mengusap rambutnya sangat lembut. Tatapan mata Karina menyiratkan rasa menyesal yang begitu dalam. Ia tersenyum namun terasa sangat pedih.“Vivian...” Karina memberi isyarat pada Vivian untuk segera pergi.“Karina, aku tidak bisa,”“Cepat!” Dari luar terdengar suara gaduh dari mobil-mobil yang tiba untuk menyergap masuk ke lokasi mereka. Vivian langsung didorong keluar oleh Karina, dia menutup pintu sangat rapat, tidak memberi izin Vivian untuk masuk. “Karina, buka!” Karina menghiraukan suara teriakan Vivian dari luar. Ia menatap Joshua tajam, dia tidak melawan sama sekali. Mereka berdua saling bertukar pandang satu sama lain. “Kau menginginkanku, kan?” tanya Karena pada Joshua dengan suara yang berubah serak. Joshua melihat Karina tidak habis pikir. Dia tertawa, seolah-olah sedang mencemooh wanita yang ada di hadapannya saat ini. “Kau sungguh dermawan, Karina. Me
“Pegangan, ini mungkin sedikit berguncang.”Mobil tiba-tiba berbelok tajam, melaju dengan cepat di jalan raya, mengambil rute pulang yang berbeda. Klakson kendaraan lain bergema. Mobil yang mereka tumpangi terpisah dari mobil para pengawal lainnya.Suara klakson terus memekakkan telinga dan mesin yang berputar memenuhi udara, energi mereka yang kacau menambah ketegangan pemandangan. Mobil mereka memasuki jalanan kecil di tengah pepohonan pinus yang tinggi. Di belakang terlihat ramai yang mengikuti. Mereka terjebak, tidak ada mobil pengawal mereka yang terlihat. Bella menutup telinganya rapat-rapat. Ia takut dan panik, belum pernah dia mengalami hal semengerikan ini. Ia berteriak sambil memeluk ibunya erat. “Gangguan panik Bella kambuh, bagaimana ini?” Karina sungguh ketakutan, ia tidak ingin terjadi sesuatu pada putrinya. Mobil-mobil lain berkerumun di sekeliling mereka, melaju dengan kecepatan tinggi dan menambah suasana yang kacau. Jumlah mobil yang awalnya sedikit tiba-tiba ber
“Kau melihatnya?” Vivian menatap Karina sedikit terkejut. Ia lalu diam untuk berpikir sejenak. Anak buah Kalista tidak mungkin berada di sini tanpa maksud. Seperti yang DK katakan, mereka berdua sudah bekerja sama, mungkin untuk menghancurkan Karina.“Hmm... aku tidak sengaja melihatnya. Waktu itu dia juga melihat ke arah kita cukup lama. Karena aku merasa tidak nyaman, makanya aku mengalihkan perhatianku darinya,” jelas Karina, dia masih mencoba menjahit pecahan-pecahan ingatannya yang belum terlalu sempurna. “Sudah jelas ini perbuatan Joshua, dia sudah mengetahui semuanya. Lebih baik kita bersiap. Aku akan perintahkan para pengawal ku untuk memperketat penjagaan.” Vivian mulai khawatir, sungguh di luar ekspektasinya. “Aku akan kembali mengawas,” celetuk DK. “Tidak, kamu terlalu berbahaya berada di luar. Joshua pasti juga sedang mencari mu. Jangan lakukan apa-apa sampai keadaan membaik. Aku tidak ingin di antara kita ada yang terluka.”“Vivian, kamu terlalu kelelahan, bukannya le
“Kau tau di mana dia?” Dahi Joshua otomatis mengerut, masih tidak percaya kalau Kalista mengetahui di mana Karina berada dan bagaimana dia tau kalau Karina pergi meninggalkan Joshua?“Tunggu, bagaimana kau tau dia pergi?” Joshua menahan tangan Kalista agar dia berhenti mendekat.“Tentu aku tau. Itu karena aku bertemu dengannya di pesawat saat aku pergi ke Amerika minggu lalu. Awalnya aku berpikir, kenapa Karina berada di pesawat itu bersama dengan wanita yang tidak aku kenal, namun mereka terlihat sangat dekat. Ah, aku juga melihat putrimu, di sangat cantik, wajahnya sangat mirip dengan ibunya.”Kalista tersenyum menang, dia sungguh tau kalau Joshua sedang berada dalam posisi yang lemah, dia tidak bisa melakukan apapun sekarang dan sedang menunggu kehancuran selanjutnya mendatanginya. “Jika kau menuruti semua perintahku, aku akan memberikan semuanya untukmu. Aku bisa mempertemukan mu dengannya, lalu aku juga bisa membereskan kekacauan ini. Aku tau, black moon sangat berarti untukmu,