Share

bujuk rayu Aline

Penulis: Bunda kembar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aline menatap wajah Hana, ada guratan ke khawatiran dan kesedihan di sana, Aline menggeser tubuhnya mendekat pada Hana lalu megang tangan Hana menggenggamnya erat.

"Hana, aku tau apa yang kamu takutkan, aku tau kekhawatiran mu, aku mengerti akan perasaanmu saat ini, tapi ... Kesempatan tak datang dua kali Hana." Aline mencoba berbicara pada hana meyakinkan gadis itu untuk menerima tawaran dari Bu Rosita.

"Apa kau tak memikirkan Kendra kedepannya? Kau tahu betul dia masih membutuhkan banyak biaya untuk memulihkan kondisinya, ia masih harus cek up ke rumah sakit beberapa kali, untuk memastikan Kesehatannya benar-benar pulih, dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit."

Aline berusaha membujuk hana dengan kata-kata darinya, apa yang dibicarakan Aline tidaklah salah, hana memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk proses penyembuhan anaknya itu.

"hana, perusahan Devan begitu besar, banyak proyek - proyek besar yang akan di kerjakan, terlebih lagi melihat kemampuanmu dalam bidang arsitektur, aku yakin kau akan mendapatkan gaji yang lebih besar nantinya. Semua itu untuk menghidupi dan mencukupi kebutuhan kalian berdua, jangan lupa Kendra sudah waktunya untuk masuk ke sekolah dan kau memerlukan biaya untuk itu juga, apa kau tak ingin kehidupan yang lebih baik untuk mu dan anakmu itu?" Aline memandang wajah sahabatnya itu berusaha untuk meyakinkannya, hana menatap Aline, bola matanya bergerak kesana kemari,seolah ada yang sedang ia fikirkam

Aline terus saja membujuk hana agar wanita itu mau menerima pekerjaan tersebut, ia ingin sahabatnya itu tidak kesusahan lagi dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari ini, Aline tak ingin hana menyia-nyiakan gelar sarjananya.

hana menarik napas dalam sepenuh dada lalu menghembuskannya, apa yang dikatakan Aline semuanya adalah benar, dirinya tak boleh egois hanya karena tak ingin bertemu dengan Devan.

hana harus memikirkan masa depan anaknya, hana pun akhirnya setuju dan menganggukkan kepalanya, Aline senang mendengar itu, Aline terseny.lebar lalu memeluk hana.

"Kau tenang saja ada aku yang selalu menemanimu disana," ujar Aline kembali.

Aline melepas pelukannya, gadis itu beralih mengambil tas, berusaha mencari sesuatu, Aline segera memberitahu nomor Rosita pada hana, dengan memberikan kartu nama milik Rosita padanya.

"hana ini nomor Ibu Rosita Lebih baik kau yang menelepon beliau dan memberitahu jika kau ingin bergabung di perusahaan, kau tenang saja Ibu Rosita itu orang yang baik, beliau akan dengan senang hati menerimamu untuk bekerja di perusahaannya."

Aline menyerahkan kartu nama milik Ibu Rosita pada hana, hana lalu menerimanya Gadis itu melihat ke arah kartu nama tersebut dan membaca yang tertulis di sana. Perasaannya masih ragu.

Mereka berbincang-bincang sebentar sebelum akhirnya Aline berpamitan untuk pulang.

"hana, hari sudah sore aku harus kembali ke rumah," Aline berbicara sambil melihat jam yang melingkar di tangannya. Gadis itu segera berdiri shana melihat ke arah Aline lalu menganggukkan kepalanya tak lupa, hana berterima kasih kepada Aline atas bantuannya selama ini Aline pun pergi meninggalkan rumah hana, hana mengantar sahabatnya itu sampai di depan pintu.

Sebelum pergi dari rumah hana, Aline mengingatkan kembali pada hana untuk segera menelepon Ibu Rosita dan memberi kabar kepadanya.

Selepas kepergian Aline, hana langsung menutup pintu itu dan berjalan kembali ke arah ruang tamu ia mendudukkan dirinya di sofa bersandar disana dan meletakkan kepalanya di sofa itu. Gadis itu menarik nafas dalam lalu menghembuskannya sana melihat kembali kartu nama yang diberikan oleh Aline padanya.

hana masih menimbang-nimbang kembali keputusannya, ia pun mengingat perkataan sahabatnya itu. Aline memang benar, hana harus memikirkan masa depannya dan juga masa depan putra kecilnya. Namun, apakah hana masih mampu bertemu dengan Devan setelah semua yang terjadi?

"Tidak, aku tidak bisa melakukan itu," gumam hana. hana memilih untuk berjuang terlebih dulu. Rasanya dia masih bisa mencoba mencari pekerjaan di perusahaan lain.

hana mengambil laptop dan menyalakannya. Dia ingin mencari lowongan pekerjaan. Setelah laptop di hadapannya menyala, hana langsung mencari iklan lowongan pekerjaan. Dia mencari daftar lowongan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

"Sepertinya yang ini bisa," gumam hana. Dia mencatat beberapa lowongan yang sekiranya sesuai.

Hari itu juga, hana mempersiapkan surat lamaran kerja serta biodata diri dan juga portofolionya. hana langsung mengirimkan melalui email kepada perusahaan-perusahaan yang ditujunya itu.

"Selesai," gumam hana disertai senyum di bibirnya. Perasaannya puas karena sudah mengirimkan surat lamaran kerja ke seluruh perusahaan itu. Slhana merasa optimis kalau salah satu dari perusahaan itu pasti akan menerimanya bekerja. Dia tak membutuhkan pekerjaan dari perusahaan milik Devan.

hana kembali mematikan laptopnya. Dia kemudian melangkah ke kamar Kendra. Dari pintu, hana sudah melihat anak kecil itu terlelap.

hana menghampiri putra kecilnya itu, membetulkan posisi selimut agar menutupi tubuh anak itu. "Ibu sayang sekali padamu, Nak," ujar hana sembari mengecup kening putra kecilnya. Anak kecil itu hanya sedikit bergerak karena terganggu oleh kecupan hana dan itu membuat hana tersenyum lebih lebar.

Setelah puas memandangi putra kecilnya, hana berjalan menuju pintu. Sekali lagi dia melirik pada anak kecil yang sudah tertidur dengan damai itu. hana mematikan lampu kemudian keluar dari kamar Kendra.

Ketika melewati rak di ruang tamu, hana menghentikan langkahnya. Dia kemudian mundur dan menatap pigura foto yang ada di atas rak tersebut. Foto itu adalah foto hana bersama almarhum suami dan juga si kecil Kendra. Saat itu, Kendra masih berusia 3 bulan.

hana tersenyum manis pada foto itu. "Sayang, sekarang Kendra sudah sembuh. Hanya tinggal menanti masa penyembuhannya saja." Perasaan hana terasa larut ketika mencurahkan segala yang telah dilewatinya berdua bersama Kendra. Putra kecil yang didapatkannya dari pernikahannya yang tak berlangsung lama itu.

Sesaat kemudian, pikirannya kembali terarah pada mencari pekerjaan. "Doakan agar aku cepat mendapatkan pekerjaan, Sayang. Agar aku bisa hidup mandiri bersama Kendra," gumam hana pelan.

Selama ini, hana memang hanya bekerja paruh waktu. Gaji dari pekerjaan itu sebenarnya sangat pas-pasan. Beruntung suaminya masih meninggalkan sedikit tabungan yang digunakan hana untuk menyelesaikan kuliahnya. Tapi sekarang, tabungan itu tentu telah kandas. Terlebih setelah Kendra sakit. hana menghabiskan semuanya demi memperoleh kesembuhan bagi Kendra.

Karena itu pulalah, hana memerlukan uang dari Devan untuk membiayai operasi Kendra yang menelan biaya.

Sekali lagi hana tersenyum manis dan membelai foto sang suami dengan jemari tangannya. "Aku mencintaimu, Sayang. Terimakasih karena telah memberikan aku kehidupan yang berbahagia dulu. Terimakasih karena meninggalkan malaikat kecil kita bersamaku," ujar hana pada foto sang suami.

Hana kemudian beranjak untuk masuk ke kamarnya. Kamar yang dulu dia tempati bersama almarhum sang suami. Setidaknya, hana bisa tidur nyenyak untuk malam ini karena Kendra sudah dinyatakan sembuh.

Bab terkait

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 7 - Wawancara Kerja

    Jelas sekali kalau soal pekerjaan tengah menjadi pokok pikiran Hana saat ini. Baru saja Hana membuka matanya di pagi hari, selain mengingat tentang Kendra, Hana langsung memikirkan tentang lamaran pekerjaan yang kemarin dikirimnya.Usai mengurus Kendra di kamarnya, Hana langsung berjalan ke dapur sembari memeriksa email di telepon genggamnya. Hana menarik nafas panjang ketika belum ada satu pun surat elektronik yang masuk ke dalam kotak pesannya."Semoga saja hari ini. Kalau dipikir-pikir, aku memang baru mengirimkan surat lamaran pekerjaan malam tadi. Sudah sepantasnya mereka belum membalas." Hana mendadak terkekeh pelan karena merasa konyol.Ting Tong!Hana terhenyak mendengar bunyi bel pintu. Dia melamun sejak tadi hingga bisa terlonjak seperti itu. Hana segera berjalan ke pintu dan membuka pintunya."Aline, masuklah. Kau tidak bekerja hari ini?" tanya Hana."Tentu saja bekerja. Aku hanya mampir membawakan sarapan. Aku pikir mungkin saja kau sibuk karena Kendra baru pulang dari rum

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 8

    Kini Hana sudah berada di depan rumahnya ia berjalan dengan begitu lunglai perasaannya saat ini menjadi khawatir cemas tak menentu pikirannya berkelana mengingat kembali wawancara pekerjaannya dengan HRD tersebut.Hana berjalan masuk ke dalam rumah, ia sedikit enggan untuk melangkah kemudian duduk di sofa yang ada diruang depan. Menghempaskan tubuhnya begitu saja, Hana menarik nafas dalam sepenuh dada..Hana merasa tak percaya diri, seolah ia tahu jika dirinya tak akan di terima bekerja di sana, "Mana ada perusahaan yang akan mempekerjakan orang yang sudah menikah, terlebih lagi yang sudah memiliki anak sepertiku," gumam Hana.Feni yang saat itu berada tak jauh dari sana saat ini ia sedang berada di ruang makan melihat sana merasa kasihan Ia pun berinisiatif untuk membuatkan untuk majikannya berharap bisa sedikit menenangkan perasaannya saat ini.Feni berjalan mendekati sana dengan dua cangkir teh di tangannya Ia pun tersenyum dan mengarahkan teh itu di depan Shana "Minumlah dulu agar

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Mengingatnya

    Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 namun Devan sepertinya masih enggan untuk beranjak dari tempatnya saat ini, lelaki itu masih saja memikirkan Hana, otaknya saat ini masih di penuhi gadis itu. Entah devpun merasa bingung mengapa dia bisa memikirkan gadis itu terus menerus seolah Hana berada di pelupuk matanya.Devan duduk sambil mengingat kembali momen saat dia mencuri dengar Aline tengah meminjam uang ke bagian HRD. Flash back ...Siang itu Devan tengah berjalan menuju ke ruangan HRD, ia hendak menemui kepala HRD disana, Devan berniat meminta kepala bagian HRD membuka lowongan pekerjaan, karena sebentar lagi perusahaan akan mengajukan tender untuk proyek besar di beberapa perusahaan ternama. Dan perusahaan mereka ikut serta dalam tender tersebut.Saat Devan memegang gagang pintu dan hendak membukanya, langkah kaki Devan terhenti ketika mendengar suara Aline yang tengah memohon, pada bagian HRD."Pak, saya mohon saya sangat butuh uang itu pak, tolong bantu saya untuk kali ini saj

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 10 Rasa bersalah Aline

    Aline begitu terkejut mendengar ucapan Hana, seketika itu juga ia menoleh ke arah Hana, dan menatapnya, mencari kebenaran tentang apa yang dia dengar barusan. Tatapan mata Aline begitu sendu."Hana ... Apa aku tak salah dengar, k-kau mau menerima tawaran Devan?" Aline bertanya pada Hana berharap ia salah mendengar ucapan sahabatnya itu. Lagi dan lagi Aline mempertanyakan ucapan Hana, bahkan dia mengulang kembali pertanyaannya. Yang jawabnya tentu saj akan sama.Hana mengangguk kepalanya, Aline masih tak mempercayai jawaban itu, ia terus menatap ke arah Hana melihat pada matanya mencari kejujuran disana, namun Aline tak melihat kebohongan sama sekali dimata Hana, sorot mata Hana begitu jujur, sepertinya ia sudah memantapkan hati untuk melakukannya. Walau dia sedikit kesedihan yang terpancar."Apa kau yakin Hana, kau sudah memikirkan ini baik-baik?" Aline bertanya sekali lagi seolah ia merasa Hana hanya bergurau saja padanya, ia masih tak bisa mempercayai ucapan sahabatnya itu.Hana men

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 11 - Panggilan Kerja

    Kini Hana tengah berada di pelataran rumahnya, gadis itu menemani Kendra bermain, ia senang melihat Kendra yang saat ini tersenyum bahagia. Hana terus memperhatikan Kendra, namun perhatiannya teralihkan kala mendengar nada dering ponselnya yang berbunyi. Hana melihat ke arah tasnya.Hana segera mengambil ponsel miliknya yang ada di dalam tas, ia meraih tas kecil itu lalu membukanya.'Aline' nama yang tertera dilayar ponsel Hana, gadis itu tersenyum lalu mengangkat televonnya."Hallo Aline.""Hana bagaimana wawancaramu? Maaf aku tak sempat untuk mengunjungimu kemarin," ucap Aline setelah mendengar suara Hana, Aline langsung saja bertanya pada sahabatnya itu. Pasalnya dia benar benar sangat sibuk dengan pekerjaannya kemarin.Hana menghembuskan nafasnya sepenuh dada, Aline mendengar itu sepertinya kabar yang tidak baik, namun dia masih menunggu Hana untuk berbicara. "Hana, apa semua baik-baik saja?""Sepertinya, aku tidak lolos, mereka seolah mencari yang lebih berpengalaman, sedang aku

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 12 - Diterima Kerja

    Setelah puas meneliti penampilan Hana , lelaki itu langsung berjalan kembali ke kursi kerjanya, Hana menghembuskan nafas lega saat lelaki itu berjalan menjauh darinya."Silahkan duduk," masih dengan tersenyum yang penuh arti lelaki itu mempersilahkan Hana untuk duduk. Tatapan matanya selalu ke arah Hana.Hana pun langsung bergegas melangkah ke depan dan menarik kursi yang ada di depan meja kerja lelaki itu, dengan sangat santai ia memperhatikan Hana kembali sambil memegang rahangnya."Apa kau sudah bekerja sebelum ini?""Belum pak, saya baru lulus kuliah satu Minggu yang lalu," jawab Hana berusaha menetralkan rasa gugupnya. Dia berusaha tenang saat ini.Lelaki itu lantas membuka berkas yang ada di hadapannya, ia membaca sekilas nama Hana. "Hana Ilyasa, 25 tahun," lelaki itu membaca nama lengkap Hana beserta umur yang ada di dokumen Hana sambil melihat ke arah Hana."Benar pak," ujar Hana, ia memainkan Jari jemarinya kali ini, saat lelaki itu membaca berkas miliknya."Mahasiswa denga

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 13 - Boss Mesum

    Ravi menatap ke arah Devan dan Aline secara bergantian, selama beberapa saat, Devan langsung mengalihkan pembicaraan, ia tak ingin Ravi tahu apa yang dibahas olehnya dan Aline.Devan merasa Ravi tak perlu tau prihal ini, karena ini hanyalah masalahnya saja, dan tak ada sangkut pautnya dengan Ravi."Sudah waktunya, rapat kita mulai, semua juga sudah berkumpul disini," ujar Devan mengintruksikan pada mereka sambil melihat ke arah jam yang melingkar di tangannya.Ravi langsung menyipitkan pandangannya, ia sebenarnya merasa curiga dengan apa yang mereka bahas. Ravi memandang ke arah Aline, namun Aline seolah tak ingin melihat ke arahnya, wanita itu lebih memilih membuang pandangannya pada berkas yang ada di depan mejanya saat ini, terlihat Aline tengah membuka berkas itu."Kenapa Aline begitu kesal pada Devan, sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan?" Sambil berjalan Ravi bergumam dalam hati, sesekali arah pandangannya menatap pada Devan dan Aline secara bergantian.Namum mereka berdu

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 14 - Bertemu Kembali

    Hana keluar dari ruangan itu, CEO tersebut hanya memperhatikannya saja, melihat Hana berjalan dengan lekukan badannya sudah membuat adik kecil milik CEO itu berdiri.Padahal saat ini Hana tak memakai pakaian yang seksi, ia hanya mengenakan kemeja putih panjang, Dengan rok pendek sepaha, namun bodi Hana yang menggiurkan membuat CEO itu bereaksi, ia terlihat bergairah, libidonya semakin terpacu.Namun dia harus bersabar terlebih dahulu, karena Hana bukan tipe perempuan gampangan yang mudah ia goda, CEO itu berniat mendekati Hana secara perlahan hingga dirinya bisa menikmati setiap lekukan tubuhnya itu.Karena gairahnya yang tak dapat di bendung lagi, dan adik kecilnya harus segera di tidurkan kembali, ia langsung memanggil sekertarisnya untuk datang ke ruangannya."Selfi kamu keruangan ku sekarang," ucap CEO itu memanggil sekertarisnya melalui interkom.Setelah menerima panggilan dari bosnya, Selfi lalu bersiap diri, wanita itu mengambil kaca yang ada di atas mejanya lalu mengaplikasika

Bab terbaru

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 109 - Berakhir Dengan Pernikahan

    Hana sungguh takut saat ini, bisa bisa nya Devan bertingkah seperti itu di depan ibunya. Jangan di tanya bagaimana rasa gugup dan takutnya Hana saat ini. Dia terus sajaelihat ke arah Maya.Wanita itu tersenyum memejamkan matanya sambil mengangguk pelan dan tersenyum. Pertanda Jika dia sudah merestui hubungan mereka.Devan masih berlutut sambil melihat ke arah Hana Devan harap-harap cemas. Dia benar-benar takut saat ini. Dia berharap jika Hana akan menerimanya.Hana melihat ke arah Devan, kemudian melihat ke arah Aline, Maya dan juga anaknya. Mereka bertiga tersenyum ke arah Hana.Hana kembali melihat ke arah Devan dan tersenyum sambil mengangguk. “Iya, aku mau Devan. Aku mau jadi istrimu.” Hana akhirnya menerima DevanSetelah usai acara malam itu Devan mengantar Hana pulang kembali ke rumah. Berhubung waktu sudah malam Devan langsung pulang dan meminta Hana untuk beristirahat. Sedangkan Aline dan Bu Maya mereka pulang bersama-sama.

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 108 Ajakan Makan malam

    “Tentu saja aku serius, mana pernah aku berbohong padamu,” jawab Aline. “Ya sudah aku hanya ingin menyampaikan itu padamu. Aku harus pulang sekarang.” Aline kemudian langsung melajukan mobilnya, meninggalkan apartemen Hana.Devan yang merasa begitu senang, dia langsung berjalan ke arah kamarnya dan bersiap-siap ingin bertemu dengan Hana.“Aku harus pergi menemuinya dan mengajaknya makan malam.”Devan kemudian menelepon Hana dan mengutarakan niatnya dia mengajak sana untuk makan malam bersama hari ini.Tidak menunggu waktu lama kini Devan sudah terlihat rapi dan siap untuk segera pergi ke rumah Hana. Dengan perasaan yang berbunga-bunga dia keluar dari rumahnya dan melajukan mobilnya ke apartemen Hana.Setelah menerima telepon dari Devan, Hana pun bersiap-siap ingin pergi makan malam dengan lelaki itu dia juga merasa sangat senang sekali.Hana lalu meminta pada Mbak Feni untuk menjaga Kendra terlebih dahulu dan menun

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 107 - Meyakinkan kembali

    Rosiana merasa bersalah pada Aline. Entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu teringat pada Aline.“Kamu benar-benar bodoh Ravi. Apa yang kau lakukan? Kamu menghancurkan masa depanmu sendiri. Dan lihat sekarang kamu harus menikah dengannya.” Rosiana benar-benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Ravi. Dia tidak pernah menyangka jika Ravi akan berbuat segegabah itu. Raffi yang selalu memperhitungkan segala sesuatunya entah apa yang membuatnya menjadi begitu ceroboh dan melakukan kesalahan besar.“Aline, bagaimana dengan gadis itu? Pasti dia sudah mendengar berita ini. Aku harus datang menemuinya dan minta maaf padanya. Harusnya aku mendekatkan mereka sejak dulu.” Rosiana benar-benar menyesal dia tahu akan perasaan Aline pada Ravi anaknya.Rosiana langsung keluar dari ruangan Ravi dan berjalan ke arah ruangan kantor Aline. Dia akan menemui gadis itu sekarang. Rosiana tahu pasti kabar Ini sudah terdengar di telinganya. Paling pasti merasa sedih mendengar berita ini Rosiana berniat

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 106 - Kabar menggemparkan

    Pagi ini Aline berangkat ke kantor tidak seperti biasanya suasana kantor kali ini sedikit berbeda. Sebagian besar karyawan tengah bergunjing. Aline hanya mengerutkan keningnya sambil melihat ke sisi kanan dan ke kiri sepanjang dia berjalan memasuki lobby kantor.“Ada apa dengan mereka. Kenapa semua orang bergunjing pagi-pagi. Seperti nggak ada kerjaan aja.” Aline berusaha mengabaikan suasana kantor pagi ini dia kemudian langsung masuk ke dalam lift.Aline naik ke lantai 5 tempat kantornya berada. Saat berjalan melewati koridor lagi-lagi setiap karyawan sedang bergosip.Aline hanya berjalan sambil melihat ke arah mereka. Dia kemudian masuk ke dalam kantornya, dan di dalam sana pun semakin gencar semua orang tengah berbisik-bisik.“Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya topik saat ini begitu menarik hingga seisi kantor membicarakannya.”Jujur saja Aline merasa penasaran Bagaimana bisa dari lantai 1 hingga lantai 5 semua karyawan berbisik dan sibuk bergosip. Bahkan merek

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 105 - Permintaan Maaf

    Maya terdiam dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Maya benar-benar syok dengan kabar yang dia terima. Kakinya terasa lemas wanita paruh baya itu langsung terduduk di kursi. Sungguh Maya tidak menyangka jika Diva sampai hamil seperti ini.Setelah menyampaikan kabar dokter langsung masuk kembali, meninggalkan keluarga Diva.Kedua orang tua Diva yang juga syok mendengar kabar itu mereka langsung duduk dan melihat ke arah Maya.“Bagaimana ini mungkin?” Tanya Maya dia melihat dan menatap tajam ke arah kedua orang tua Diva. “Dengan siapa Diva hamil, anak siapa yang dia kandung?” Maya begitu menuntut dia tidak memberikan celah pada kedua orang tua Diva.Orang tua Diva sendiri juga tidak tahu jika anaknya hamil Mereka sendiri juga terkejut mendengar penuturan dokter.“Kami tidak tahu Bu anak kami itu anak baik-baik, itu pasti anak Devan. Kami tidak pernah melihat anak kami dekat dengan satu lelaki pun yang kami tahu satu-satunya lelaki yang

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 104 – Kecelakaan

    Akhir-akhir ini hubungan Hana dan Devan semakin dekat, mereka sering pergi makan siang bersama. Devan selalu meluangkan waktunya untuk Hana bahkan di hari libur Devan sengaja datang ke rumah Hana dan bermain dengan Kendra.Kali ini Devan benar-benar melakukan apa yang ingin dia lakukan mendekati sana dan menarik simpatinya. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. Tidak hanya dengan Hana Devan pun mempererat hubungannya dengan Kendra. Devan sudah menganggap Kendra seperti anaknya sendiri. Dia menyayangi anak itu tulus walaupun Kendra bukan darah dagingnya.Tidak hanya itu Devan juga memberi proyek untuk membangun gedung kantor baru yang akan didirikan oleh Devan pada Hana.“Hana tolong bantu aku. Aku ingin kamu menangani proyek, membangun gedung kantor yang akan aku dirikan sebagai perusahaanku nanti.“Kamu ingin mendirikan perusahaan sendiri Devan?” Tanyanya dia begitu senang mendengar kabar yang diberitahukan padanya. Devan hanya menga

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 103 – Semakin Dekat

    Diva langsung ketempat Devan saat sudah mengetahui alamatnya. Dia pergi kesana berusaha untuk mendekati lelaki itu seperti yang di perintahkan oleh Maya. Diva berpakaian seksi berharap Devan bisa terpikat dengannya.“Aku yakin dengan begini dia akan tertarik padaku,” ujarnya dengan penuh percaya diri. Diva lalu turun dari dalam mobilnya dia berjalan ke arah pintu dan membunyikan bel rumah Devan.Devan yang saat itu tengah bersiap hendak keluar mengerutkan kedua kuningnya dia merasa bingung siapa yang datang bertamu ke rumahnya. Tidak ada yang tahu alamat rumahnya kecuali Ravi dan juga ibunya bahkan sampai sekarang Devan tidak memberitahu siapapun dan hanya keluarganya dan orang-orang terdekatnya yang tahu.Dia kan kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu dia terkejut melihat Diva yang sudah berada di depan pintu sambil tersenyum kepadanya.“Diva?”“Hay, Dev,” Sapa Diva perempuan itu menyiapkan Devan dengan senyum y

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 102 – Mengadu

    Dari arah belakang sedari tadi Ravi mengikutinya ternyata lelaki itu menguntit. Membuntuti mereka. Bahkan dari Devan dan Aline keluar dari kantor. Ravi terus mengikuti mereka. Ravi melihat Devan mengemudikan mobilnya ke arah sekolahan Kendra. Lalu ke arah kantor baru Hana. Tak hanya itu Ravi pun mengikuti mereka hingga sampai ke restoran tempat di mana mereka saat ini sedang makan siang.“Ternyata Devan pergi makan bareng Aline, Hana dan juga Kendra,” gumamnya dalam mobil sambil terus memperhatikan mereka dari jarak jauh. Ravi kemudian mencari ponselnya membuka layar itu dan menekan kamera dia akan foto mereka sebagai bukti.“Ini akan menjadi bukti, aku akan menyerahkan ini pada Tante Maya.” Ravi mau foto mereka dari dalam mobil. Dia mengambil beberapa foto untuk diberikan pada Maya.Ravi kemudian melihat hasil jepretannya dia terus berpikir sendiri di atas mobilnya. “Apa yang harus aku lakukan dengan ini. Apa yang harus aku katakan pada Tante Maya

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 101- Bisikan Aline

    Ravi terus melihat ke arah Devan. Dia tidak menemukan apapun disana, raut wajah Devan mengatakan yang sebenarnya. “Selamat menikmati.” Ravi hanya berkata seperti itu pada Devan namun dalam hati dia meragukannya. “Apa mungkin Devan punya rencana khusus saat ini?” Mendengar ucapan Ravi. Devan dan Aline langsung pergi meninggalkannya. Ravi masih terus melihat kepergian Devan. “Rasanya tidak mungkin Jika dia begitu senang saat keluar dan menyerahkan posisinya seperti itu pasti ada sesuatu.” Ravi terus berpikir jika Devan memiliki sesuatu yang mungkin sedang direncanakan bersama Aline. “Aku harus mengikutinya.” Ravi pun berniat untuk mengikuti mereka. Devan dan Aline sekarang keluar dari kantor mereka menggunakan mobil Devan. Saat di mobil Devan melihat ke arah Aline. “Aline, coba kamu telepon Hana. Bilang padanya jika kita sudah berada di jalan untuk menjemputnya makan siang.” Karena Devan yang saat ini seda

DMCA.com Protection Status