Share

Mengingatnya

Author: Bunda kembar
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 namun Devan sepertinya masih enggan untuk beranjak dari tempatnya saat ini, lelaki itu masih saja memikirkan Hana, otaknya saat ini masih di penuhi gadis itu. Entah devpun merasa bingung mengapa dia bisa memikirkan gadis itu terus menerus seolah Hana berada di pelupuk matanya.

Devan duduk sambil mengingat kembali momen saat dia mencuri dengar Aline tengah meminjam uang ke bagian HRD.

Flash back ...

Siang itu Devan tengah berjalan menuju ke ruangan HRD, ia hendak menemui kepala HRD disana, Devan berniat meminta kepala bagian HRD membuka lowongan pekerjaan, karena sebentar lagi perusahaan akan mengajukan tender untuk proyek besar di beberapa perusahaan ternama. Dan perusahaan mereka ikut serta dalam tender tersebut.

Saat Devan memegang gagang pintu dan hendak membukanya, langkah kaki Devan terhenti ketika mendengar suara Aline yang tengah memohon, pada bagian HRD.

"Pak, saya mohon saya sangat butuh uang itu pak, tolong bantu saya untuk kali ini saja." Aline terus saja meminta pada HRD di kantornya untuk meminjamkan uang padanya.

HRD itu lalu menghela nafas panjang, "Aku tak bisa meminjamkan uang sebanyak itu Aline, tolong mengertilah, ini sudah menjadi aturan perusahaan."

"Pak tolong kali ini saja, saya janji akan melunasinya dengan mencicilnya." Aline masih tak jera juga ia terus saja memintanya.

"Aku sarankan kau pinjam uang ke bank saja Aline, jika ke bank kau akan mendapatkan pinjaman sesuai yang kau mau." Sambil menatap ke arah aline lelaki setengah baya itu berbicara.

"Tidak pak, kalau saya pinjam ke bank, itu akan ada bunganya, kalau saya pinjem di kantor saya bisa mencicilnya dengan bayaran saya mengerjakan proyek, jadi saya tetap dapat uang dari gaji saya untuk kehidupan saya." Dengan nada memelas Aline berucap demikian. Dia benar benar membutuhkan uang itu saat ini. Dan berharap pihak kantor akan mau membantunya.

Namun tetap saja HRD itu tak bisa melanggar peraturan perusahaan, ia tetap tak bisa memberikan pinjaman sesuai dengan nominal yang Aline minta. Nominal itu cukup besar hingga perusahaan tidak bisa memenuhi permintaan Aline.

Devan mendengar semua percakapan mereka dari balik pintu, Devan mendengar Aline hendak keluar dari sana, Devan segera berjalan mundur menjauh dari balik pintu.

Saat Aline membuka pintu ia melihat ke arah Devan yang sepertinya hendak masuk kedalam ruangan HRD.

"Selamat siang pak Devan." Aline menyapa Devan dengan tersenyum sambil menundukkan kepalanya

Devan hanya menganggukkan kepalanya saja, Aline segera bergegas meninggalkan tempat itu, dan Devan pun langsung masuk keruangan HRD.

Setelah Devan selesai di bagian HRD lelaki itu kembali lagi ke ruangannya, ia duduk di kursi kerjanya, memutar kursi itu ke kanan dan ke kiri, tangannya memegang pulpen dan memainkannya dengan memutar-mutar pulpen itu.

Ia kemudian meminta Aline untuk datang ke ruangannya saat itu juga, tak berselang lama Aline pun datang, gadis itu mengetuk pintu lalu membukanya.

Aline berjalan mendekati Devan, "bapak manggil saya?" Tanyanya tampak ragu, karena dia sudah menyelesaikan pekerjaannya namun tiba-tiba saja Devan memanggilnya.

"Duduklah."

Aline kemudian duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Devan. Tatapannya terus memandang ke arah Devan.

"Untuk apa kau meminjam uang sebanyak itu Aline?" Tanpa basa-basi Devan bertanya pada Aline setelah ia duduk di hadapannya pandangan mata Devan begitu mengintimidasi saat ini.

Aline sempat terkejut mendengar ucapan Devan, ia bingung harus menjawab apa, haruskah ia jujur pada Devan saat ini.

"Maaf Pak saat ini saya ada kebutuhan mendesak yang mengharuskan saya meminjam uang itu." Aline berusaha mengelak dari pertanyaan Devan. Dia tak ingin Devan tau alasan sebenarnya mengapa dia meminjam uang.

Devon terus saja menatap ke arah Aline, ia menangkap gelagat aneh dari wanita itu, Aline terus saja memainkan kedua tangannya terlihat jelas, jika ia kini tengah berbohong karena Devan terus menatapnya itu membuat Aline semakin gugup. Aline tidak berani menatap ke arah Devan Aline hanya bisa menunduk sambil memainkan jari jemarinya.

"Sebaiknya kau berkata jujur, Aline. Siapa tau aku berbaik hati, mau meminjamkan uang itu padamu, namun aku harus mengetahui alasan dibalik itu, aku tak ingin kau berbohong Aline."

Devan terus saja memojokkan Aline untuk berbicara jujur karena Devan tahu Aline tengah berbohong saat ini, karena Devan terus saja bertanya dan mendesaknya akhirnya Aline pun berkata jujur.

"Sebenarnya itu untuk teman saya pak, ia sedang kesusahan saat ini, dan membutuhkan biaya yang cukup banyak," ucap Aline berkata jujur pada Devan. Dia memberanikan diri menatap lelaki itu dengan tatapan yang jujur, namun lagi-lagi Devan tak percaya akan ucapan Aline.

Devan terus saja menatap ke arah Aline, namun ia sulit sekali percaya pada kata-kata wanita itu, ralat bahkan Devan tak akan percaya pada ucapan semua wanita, Devan mengingat lagi kisah kelamnya di masa lalu, dan itu membuatnya trauma tak mempercayai wanita lagi. Dimata Devan semua wanita sama saja penipu ulung, mereka akan berusaha menunjukkan tatapan iba, dan air mata buaya mereka untuk menarik simpati lelaki.

Namun Devan bukan lah orang yang mudah percaya akan tipu muslihat itu, cukup satu kali dia di bodohi oleh wanita dan dia tak ingin terjerumus lagi kedalamnya.

"Apa kau berkata jujur, aku ingin lihat foto temanmu itu, apa hubunganmu dengannya, mengapa kau sampai rela meminjam ke kantor hanya demi dia?" Pertanyaan Devan begitu mengintimidasi Aline.

Paling segera mengeluarkan ponselnya Ia lalu membuka galeri di dalam ponselnya dan menunjukkan foto Hana pada Devan.

"Ini pak, bapak bisa lihat semua foto-foto itu," ujar Alin sambil menyerahkan ponselnya ke arah Devan, Devan pun lalu mengambil ponsel itu ia menatap ke arah Aline sebentar sebelum dirinya melihat semua foto itu.

Terlihat jelas beberapa foto Aline bersama seorang wanita, ia terus saja mengusap layar itu melihat foto-foto mereka berdua.

Aline memperhatikan Devan, ia berharap dengan melihat kedekatannya bersama Hana bisa membuat Devan membantunya untuk dapat pinjaman itu.

Devan Terkesima melihat foto Hana, Gadis itu begitu cantik, senyumannya begitu menawan di matanya, Devan lalu tersenyum menunjukkan seringainya, Devan menatap ke arah Aline lalu menyerahkan ponsel itu kembali pada Aline.

"Aku akan meminjamkan mu uang itu, tapi dengan satu syarat." Devan menjeda ucapannya melihat ke arah Aline.

Aline mengerutkan keningnya mendengar ucapan Devan. "Syarat?" Ulang Aline mengikuti ucapan Devan. Ia ingin memastikan jika pendengarannya tak salah.

"Iya, ada syaratnya, temanmu itu harus mau bermalam denganku, lebih tepatnya menghabiskan malam denganku."

Aline terkejut mendengarnya, ia membelalakkan matanya, ia hampir saja ingin marah karena Devan terlalu melecehkan temannya.

Namun Aline harus meredam amarahnya biar bagaimanapun Devan adalah bosnya tentu saja Aline tak berani menentangnya, Aline tak ingin kehilangan pekerjaan yang saat ini ia jalani, Aline tak ingin dipecat oleh Devan Jika ia meluapkan emosinya.

"Saya bicarakan dulu dengannya pak," ucap Aline sambil mengehela nafas panjang, ia sangat kecewa sekali dengan bosnya, Aline pun pamit untuk keluar dari ruangan itu, dengan perasaan kecewa Aline meninggalkan ruangan Devan.

Jam pulang kantor pun tiba, Aline berniat untuk kerumah sakit menemani Hana, Aline mengemudikan mobilnya keluar dari parkiran kantor dan menuju kerumah sakit tempat Rendra di rawat.

Sesampainya Aline disana, Aline langsung masuk menemui sahabatnya itu, ia tersenyum melihat Hana tengah duduk di sisi Kendra.

Aline memeluk Hana, gadis itu tersenyum ke arah Aline, mereka lalu pindah ke sofa yang ada di ruangan itu Hana ingin anaknya terbangun.

Mereka berdua lalu duduk di sofa, "Bagaimana pekerjaanmu hari ini Aline?" tanya Hana pada sahabatnya itu.

"Aku kesal sekali dengan bos ku hari ini Hana, aku hendak meminjam uang di kantor untuk membantumu, namun pinjaman itu di tolak oleh HRD kemudian bos ku itu memanggilku ke ruangannya, ia mulai bertanya-tanya padaku." Dengan sangat antusias Alin bercerita kepada shana meluapkan kekesalannya.

"Apa kau tau dia berkata apa Hana?" Hana menggelengkan kepalanya, Ia sama sekali tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Aline dan bosnya itu. Bagaiman dia bisa tau sedangkan dia tak bersama mereka saat mereka berbicara.

"Dia berkata akan meminjamkan uang itu jika kau ingin ..., Emmmm jika kau mau bermalam dengannya," ujar Aline begitu emosi. Dia bisa menampakkan ekspresi wajahnya saat ini jika di juga kesal dan marah hanya di depan Hana.

Hana menatap ke arah Aline, ia pun berfikir sejenak sebelum ia mengucapkan sesuatu pada Aline.

"Aline, aku bersedia bermalam dengannya." sambil menggenggam tangan Aline, Hana mengucap kalimat itu tanpa ragu, Aline terkejut mendengar penuturan sahabatnya itu, Aline langsung menatap ke arah Hana.

Related chapters

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 10 Rasa bersalah Aline

    Aline begitu terkejut mendengar ucapan Hana, seketika itu juga ia menoleh ke arah Hana, dan menatapnya, mencari kebenaran tentang apa yang dia dengar barusan. Tatapan mata Aline begitu sendu."Hana ... Apa aku tak salah dengar, k-kau mau menerima tawaran Devan?" Aline bertanya pada Hana berharap ia salah mendengar ucapan sahabatnya itu. Lagi dan lagi Aline mempertanyakan ucapan Hana, bahkan dia mengulang kembali pertanyaannya. Yang jawabnya tentu saj akan sama.Hana mengangguk kepalanya, Aline masih tak mempercayai jawaban itu, ia terus menatap ke arah Hana melihat pada matanya mencari kejujuran disana, namun Aline tak melihat kebohongan sama sekali dimata Hana, sorot mata Hana begitu jujur, sepertinya ia sudah memantapkan hati untuk melakukannya. Walau dia sedikit kesedihan yang terpancar."Apa kau yakin Hana, kau sudah memikirkan ini baik-baik?" Aline bertanya sekali lagi seolah ia merasa Hana hanya bergurau saja padanya, ia masih tak bisa mempercayai ucapan sahabatnya itu.Hana men

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 11 - Panggilan Kerja

    Kini Hana tengah berada di pelataran rumahnya, gadis itu menemani Kendra bermain, ia senang melihat Kendra yang saat ini tersenyum bahagia. Hana terus memperhatikan Kendra, namun perhatiannya teralihkan kala mendengar nada dering ponselnya yang berbunyi. Hana melihat ke arah tasnya.Hana segera mengambil ponsel miliknya yang ada di dalam tas, ia meraih tas kecil itu lalu membukanya.'Aline' nama yang tertera dilayar ponsel Hana, gadis itu tersenyum lalu mengangkat televonnya."Hallo Aline.""Hana bagaimana wawancaramu? Maaf aku tak sempat untuk mengunjungimu kemarin," ucap Aline setelah mendengar suara Hana, Aline langsung saja bertanya pada sahabatnya itu. Pasalnya dia benar benar sangat sibuk dengan pekerjaannya kemarin.Hana menghembuskan nafasnya sepenuh dada, Aline mendengar itu sepertinya kabar yang tidak baik, namun dia masih menunggu Hana untuk berbicara. "Hana, apa semua baik-baik saja?""Sepertinya, aku tidak lolos, mereka seolah mencari yang lebih berpengalaman, sedang aku

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 12 - Diterima Kerja

    Setelah puas meneliti penampilan Hana , lelaki itu langsung berjalan kembali ke kursi kerjanya, Hana menghembuskan nafas lega saat lelaki itu berjalan menjauh darinya."Silahkan duduk," masih dengan tersenyum yang penuh arti lelaki itu mempersilahkan Hana untuk duduk. Tatapan matanya selalu ke arah Hana.Hana pun langsung bergegas melangkah ke depan dan menarik kursi yang ada di depan meja kerja lelaki itu, dengan sangat santai ia memperhatikan Hana kembali sambil memegang rahangnya."Apa kau sudah bekerja sebelum ini?""Belum pak, saya baru lulus kuliah satu Minggu yang lalu," jawab Hana berusaha menetralkan rasa gugupnya. Dia berusaha tenang saat ini.Lelaki itu lantas membuka berkas yang ada di hadapannya, ia membaca sekilas nama Hana. "Hana Ilyasa, 25 tahun," lelaki itu membaca nama lengkap Hana beserta umur yang ada di dokumen Hana sambil melihat ke arah Hana."Benar pak," ujar Hana, ia memainkan Jari jemarinya kali ini, saat lelaki itu membaca berkas miliknya."Mahasiswa denga

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 13 - Boss Mesum

    Ravi menatap ke arah Devan dan Aline secara bergantian, selama beberapa saat, Devan langsung mengalihkan pembicaraan, ia tak ingin Ravi tahu apa yang dibahas olehnya dan Aline.Devan merasa Ravi tak perlu tau prihal ini, karena ini hanyalah masalahnya saja, dan tak ada sangkut pautnya dengan Ravi."Sudah waktunya, rapat kita mulai, semua juga sudah berkumpul disini," ujar Devan mengintruksikan pada mereka sambil melihat ke arah jam yang melingkar di tangannya.Ravi langsung menyipitkan pandangannya, ia sebenarnya merasa curiga dengan apa yang mereka bahas. Ravi memandang ke arah Aline, namun Aline seolah tak ingin melihat ke arahnya, wanita itu lebih memilih membuang pandangannya pada berkas yang ada di depan mejanya saat ini, terlihat Aline tengah membuka berkas itu."Kenapa Aline begitu kesal pada Devan, sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan?" Sambil berjalan Ravi bergumam dalam hati, sesekali arah pandangannya menatap pada Devan dan Aline secara bergantian.Namum mereka berdu

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 14 - Bertemu Kembali

    Hana keluar dari ruangan itu, CEO tersebut hanya memperhatikannya saja, melihat Hana berjalan dengan lekukan badannya sudah membuat adik kecil milik CEO itu berdiri.Padahal saat ini Hana tak memakai pakaian yang seksi, ia hanya mengenakan kemeja putih panjang, Dengan rok pendek sepaha, namun bodi Hana yang menggiurkan membuat CEO itu bereaksi, ia terlihat bergairah, libidonya semakin terpacu.Namun dia harus bersabar terlebih dahulu, karena Hana bukan tipe perempuan gampangan yang mudah ia goda, CEO itu berniat mendekati Hana secara perlahan hingga dirinya bisa menikmati setiap lekukan tubuhnya itu.Karena gairahnya yang tak dapat di bendung lagi, dan adik kecilnya harus segera di tidurkan kembali, ia langsung memanggil sekertarisnya untuk datang ke ruangannya."Selfi kamu keruangan ku sekarang," ucap CEO itu memanggil sekertarisnya melalui interkom.Setelah menerima panggilan dari bosnya, Selfi lalu bersiap diri, wanita itu mengambil kaca yang ada di atas mejanya lalu mengaplikasika

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 15

    Hana tak tahu lagi harus bagaimana, Hana hanya berharap Devan tak melihat wajahnya saat ini. Hana tak pernah mengira jika dirinya akan bertemu kembali dengan Devan, Hana selalu berharap untuk tidak pernah bertemu dengan lelaki itu.Namun sayangnya, keberuntungan tak berpihak padanya, hari ini dirinya harus bertemu lagi dengan Devan, dengan lelaki yang membayarnya untuk satu malam.Devan terus saja melihat ke arah Hana dan Dion, membuat Hana semakin salah tingkah, sepertinya Devan sudah lebih dulu melihatnya tadi hingga pandangannya terus saja terarah padanya.Hana pun tak menyangka jika Dion mengenal Devan, andai mereka tak saling kenal, mungkin merek tak akan bertegur sapa. Namun bagaimana mungkin Dion tak mengenalnya perusahaannya dan Devan sama-sama perusahaan besar dan mereka berdua pembisnis dibidang yang sama.Dion merasa aneh dengan perubahan wajah Hana setelah melihat Devan dan Ravi, dia terus saja memperhatikan wajah Hana yang terlihat agak gelisah. Karena rasa penasarannya D

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 16 - kegelisahan Devan

    Ketika mengendarai mobil sampai ke kantor, Devan kehilangan konsentrasi. Dia berpikir tentang Hana yang tadi bersama Dion. 'Aku harus bertanya kepada Aline lagi. Aku tidak peduli dia akan marah atau kesal.' Devan menyalip mobil yang ada di depannya. Dia ingin cepat sampai."Wow! Bro! Hati-hati, aku belum mau mati muda, aku belum kawin!" Ravi yang duduk di sebelah Devan protes keras ketika Devan mengendarai mobil sportnya secara ugal-ugalan.Sambil berpegangan, Ravi menatap sahabat karib sejak masa kecilnya itu. Wajah Devan tampak serius, terlalu serius untuk sekedar ingin pergi ke kantor. Ravi menaruh rasa curiga."Ada apa sih? Tumben kau tidak mau berlama-lama di jalan." Ravi mencoba mencari tahu. Dia jarang melihat Devan begitu tegang."Tidak ada apa-apa. Kita harus mengurus proyek kan?" Devan menutupi, dia tak mau Ravi tahu apapun yang sekarang sedang memenuhi pikirannya."Ah, kau. Apa kau cemburu pada Dion yang dipuja gadis-gadis? Ingat, Dev! Kita tidak sama dengan Dion. Kau boleh

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 17 - Bisnis Keluar kota

    Pagi hari tepatnya pukul 07.00 pagi, Hana sudah berada di kantor, ia berjalan masuk kedalam gedung itu, Hana langsung saja menuju ke lift dan menekan tombol 5.Ting ... Bunyi lift menandakan ia telah sampai di lantai 5. Hana langsung keluar dari dalam lift, ia berjalan hendak ke meja kerjanya, tanpa sengaja Hana bertemu dengan Selfi, sekertaris Dion yang saat ini tengah berkumpul dan mengobrol dengan karyawan lainnya.Selfi melihat kehadiran Hana, wanita itu melirik dan memandang dengan tatapan tak suka pada Hana, selfie merasa jika Shana adalah ancaman baginya karena Dion saat ini tengah memperhatikan Hana. Hana bisa saja menggeser posisinya di sisi Dion, terlebih lagi Selfi merasa jika Hana lebih cantik darinya hingga Dion mampu terpikat pada wanita itu."Eh kalian tau gag si, kalau karyawan baru di kantor ini, udah dapet fasilitas macem-macem dari kantor, padahal dia baru masuk kemarin!" Seru selfie ia menyunggingkan senyum miring, dengan sebelah sudut bibirnya terangkat ke atas

Latest chapter

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 109 - Berakhir Dengan Pernikahan

    Hana sungguh takut saat ini, bisa bisa nya Devan bertingkah seperti itu di depan ibunya. Jangan di tanya bagaimana rasa gugup dan takutnya Hana saat ini. Dia terus sajaelihat ke arah Maya.Wanita itu tersenyum memejamkan matanya sambil mengangguk pelan dan tersenyum. Pertanda Jika dia sudah merestui hubungan mereka.Devan masih berlutut sambil melihat ke arah Hana Devan harap-harap cemas. Dia benar-benar takut saat ini. Dia berharap jika Hana akan menerimanya.Hana melihat ke arah Devan, kemudian melihat ke arah Aline, Maya dan juga anaknya. Mereka bertiga tersenyum ke arah Hana.Hana kembali melihat ke arah Devan dan tersenyum sambil mengangguk. “Iya, aku mau Devan. Aku mau jadi istrimu.” Hana akhirnya menerima DevanSetelah usai acara malam itu Devan mengantar Hana pulang kembali ke rumah. Berhubung waktu sudah malam Devan langsung pulang dan meminta Hana untuk beristirahat. Sedangkan Aline dan Bu Maya mereka pulang bersama-sama.

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 108 Ajakan Makan malam

    “Tentu saja aku serius, mana pernah aku berbohong padamu,” jawab Aline. “Ya sudah aku hanya ingin menyampaikan itu padamu. Aku harus pulang sekarang.” Aline kemudian langsung melajukan mobilnya, meninggalkan apartemen Hana.Devan yang merasa begitu senang, dia langsung berjalan ke arah kamarnya dan bersiap-siap ingin bertemu dengan Hana.“Aku harus pergi menemuinya dan mengajaknya makan malam.”Devan kemudian menelepon Hana dan mengutarakan niatnya dia mengajak sana untuk makan malam bersama hari ini.Tidak menunggu waktu lama kini Devan sudah terlihat rapi dan siap untuk segera pergi ke rumah Hana. Dengan perasaan yang berbunga-bunga dia keluar dari rumahnya dan melajukan mobilnya ke apartemen Hana.Setelah menerima telepon dari Devan, Hana pun bersiap-siap ingin pergi makan malam dengan lelaki itu dia juga merasa sangat senang sekali.Hana lalu meminta pada Mbak Feni untuk menjaga Kendra terlebih dahulu dan menun

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 107 - Meyakinkan kembali

    Rosiana merasa bersalah pada Aline. Entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu teringat pada Aline.“Kamu benar-benar bodoh Ravi. Apa yang kau lakukan? Kamu menghancurkan masa depanmu sendiri. Dan lihat sekarang kamu harus menikah dengannya.” Rosiana benar-benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Ravi. Dia tidak pernah menyangka jika Ravi akan berbuat segegabah itu. Raffi yang selalu memperhitungkan segala sesuatunya entah apa yang membuatnya menjadi begitu ceroboh dan melakukan kesalahan besar.“Aline, bagaimana dengan gadis itu? Pasti dia sudah mendengar berita ini. Aku harus datang menemuinya dan minta maaf padanya. Harusnya aku mendekatkan mereka sejak dulu.” Rosiana benar-benar menyesal dia tahu akan perasaan Aline pada Ravi anaknya.Rosiana langsung keluar dari ruangan Ravi dan berjalan ke arah ruangan kantor Aline. Dia akan menemui gadis itu sekarang. Rosiana tahu pasti kabar Ini sudah terdengar di telinganya. Paling pasti merasa sedih mendengar berita ini Rosiana berniat

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 106 - Kabar menggemparkan

    Pagi ini Aline berangkat ke kantor tidak seperti biasanya suasana kantor kali ini sedikit berbeda. Sebagian besar karyawan tengah bergunjing. Aline hanya mengerutkan keningnya sambil melihat ke sisi kanan dan ke kiri sepanjang dia berjalan memasuki lobby kantor.“Ada apa dengan mereka. Kenapa semua orang bergunjing pagi-pagi. Seperti nggak ada kerjaan aja.” Aline berusaha mengabaikan suasana kantor pagi ini dia kemudian langsung masuk ke dalam lift.Aline naik ke lantai 5 tempat kantornya berada. Saat berjalan melewati koridor lagi-lagi setiap karyawan sedang bergosip.Aline hanya berjalan sambil melihat ke arah mereka. Dia kemudian masuk ke dalam kantornya, dan di dalam sana pun semakin gencar semua orang tengah berbisik-bisik.“Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya topik saat ini begitu menarik hingga seisi kantor membicarakannya.”Jujur saja Aline merasa penasaran Bagaimana bisa dari lantai 1 hingga lantai 5 semua karyawan berbisik dan sibuk bergosip. Bahkan merek

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 105 - Permintaan Maaf

    Maya terdiam dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Maya benar-benar syok dengan kabar yang dia terima. Kakinya terasa lemas wanita paruh baya itu langsung terduduk di kursi. Sungguh Maya tidak menyangka jika Diva sampai hamil seperti ini.Setelah menyampaikan kabar dokter langsung masuk kembali, meninggalkan keluarga Diva.Kedua orang tua Diva yang juga syok mendengar kabar itu mereka langsung duduk dan melihat ke arah Maya.“Bagaimana ini mungkin?” Tanya Maya dia melihat dan menatap tajam ke arah kedua orang tua Diva. “Dengan siapa Diva hamil, anak siapa yang dia kandung?” Maya begitu menuntut dia tidak memberikan celah pada kedua orang tua Diva.Orang tua Diva sendiri juga tidak tahu jika anaknya hamil Mereka sendiri juga terkejut mendengar penuturan dokter.“Kami tidak tahu Bu anak kami itu anak baik-baik, itu pasti anak Devan. Kami tidak pernah melihat anak kami dekat dengan satu lelaki pun yang kami tahu satu-satunya lelaki yang

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 104 – Kecelakaan

    Akhir-akhir ini hubungan Hana dan Devan semakin dekat, mereka sering pergi makan siang bersama. Devan selalu meluangkan waktunya untuk Hana bahkan di hari libur Devan sengaja datang ke rumah Hana dan bermain dengan Kendra.Kali ini Devan benar-benar melakukan apa yang ingin dia lakukan mendekati sana dan menarik simpatinya. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. Tidak hanya dengan Hana Devan pun mempererat hubungannya dengan Kendra. Devan sudah menganggap Kendra seperti anaknya sendiri. Dia menyayangi anak itu tulus walaupun Kendra bukan darah dagingnya.Tidak hanya itu Devan juga memberi proyek untuk membangun gedung kantor baru yang akan didirikan oleh Devan pada Hana.“Hana tolong bantu aku. Aku ingin kamu menangani proyek, membangun gedung kantor yang akan aku dirikan sebagai perusahaanku nanti.“Kamu ingin mendirikan perusahaan sendiri Devan?” Tanyanya dia begitu senang mendengar kabar yang diberitahukan padanya. Devan hanya menga

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 103 – Semakin Dekat

    Diva langsung ketempat Devan saat sudah mengetahui alamatnya. Dia pergi kesana berusaha untuk mendekati lelaki itu seperti yang di perintahkan oleh Maya. Diva berpakaian seksi berharap Devan bisa terpikat dengannya.“Aku yakin dengan begini dia akan tertarik padaku,” ujarnya dengan penuh percaya diri. Diva lalu turun dari dalam mobilnya dia berjalan ke arah pintu dan membunyikan bel rumah Devan.Devan yang saat itu tengah bersiap hendak keluar mengerutkan kedua kuningnya dia merasa bingung siapa yang datang bertamu ke rumahnya. Tidak ada yang tahu alamat rumahnya kecuali Ravi dan juga ibunya bahkan sampai sekarang Devan tidak memberitahu siapapun dan hanya keluarganya dan orang-orang terdekatnya yang tahu.Dia kan kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu dia terkejut melihat Diva yang sudah berada di depan pintu sambil tersenyum kepadanya.“Diva?”“Hay, Dev,” Sapa Diva perempuan itu menyiapkan Devan dengan senyum y

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 102 – Mengadu

    Dari arah belakang sedari tadi Ravi mengikutinya ternyata lelaki itu menguntit. Membuntuti mereka. Bahkan dari Devan dan Aline keluar dari kantor. Ravi terus mengikuti mereka. Ravi melihat Devan mengemudikan mobilnya ke arah sekolahan Kendra. Lalu ke arah kantor baru Hana. Tak hanya itu Ravi pun mengikuti mereka hingga sampai ke restoran tempat di mana mereka saat ini sedang makan siang.“Ternyata Devan pergi makan bareng Aline, Hana dan juga Kendra,” gumamnya dalam mobil sambil terus memperhatikan mereka dari jarak jauh. Ravi kemudian mencari ponselnya membuka layar itu dan menekan kamera dia akan foto mereka sebagai bukti.“Ini akan menjadi bukti, aku akan menyerahkan ini pada Tante Maya.” Ravi mau foto mereka dari dalam mobil. Dia mengambil beberapa foto untuk diberikan pada Maya.Ravi kemudian melihat hasil jepretannya dia terus berpikir sendiri di atas mobilnya. “Apa yang harus aku lakukan dengan ini. Apa yang harus aku katakan pada Tante Maya

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 101- Bisikan Aline

    Ravi terus melihat ke arah Devan. Dia tidak menemukan apapun disana, raut wajah Devan mengatakan yang sebenarnya. “Selamat menikmati.” Ravi hanya berkata seperti itu pada Devan namun dalam hati dia meragukannya. “Apa mungkin Devan punya rencana khusus saat ini?” Mendengar ucapan Ravi. Devan dan Aline langsung pergi meninggalkannya. Ravi masih terus melihat kepergian Devan. “Rasanya tidak mungkin Jika dia begitu senang saat keluar dan menyerahkan posisinya seperti itu pasti ada sesuatu.” Ravi terus berpikir jika Devan memiliki sesuatu yang mungkin sedang direncanakan bersama Aline. “Aku harus mengikutinya.” Ravi pun berniat untuk mengikuti mereka. Devan dan Aline sekarang keluar dari kantor mereka menggunakan mobil Devan. Saat di mobil Devan melihat ke arah Aline. “Aline, coba kamu telepon Hana. Bilang padanya jika kita sudah berada di jalan untuk menjemputnya makan siang.” Karena Devan yang saat ini seda

DMCA.com Protection Status