Cukup lama Aldrian duduk tepekur di atas sofa di dalam rusun Mischa setelah apa yang dikatakan Mischa padanya.
Hadir sebersit rasa bersalah di dalam hatinya, meski hal itu tak begitu mendominasi seperti halnya rasa benci yang dia rasakan terhadap Xander. Kebencian itu sepertinya sudah mendarah daging dalam diri Aldrian dan menjadi sebuah kesulitan yang besar bagi Aldrian jika dirinya kini harus mengakui bahwa sejatinya Xander tidak seburuk apa yang dia pikir selama ini.
Karena apa yang dikatakan Mischa bisa jadi hanya bualan semata agar dirinya luluh. Aldrian tidak akan terkecoh.
Jika kenyataannya Xander memang berniat untuk mengembalikan Butterfly kepadanya, Aldrian akan menunggu. Namun jika hal itu ternyata tidak terbukti, Aldrian tidak akan segan-segan untuk kembali menghancurkan kebahagiaan Xander.
"Kamu mau teh lagi, Al?" tanya Mischa setelah cukup lama Aldrian terdiam dalam duduknya, larut dengan
Xander udah ngebet bgt ya kayaknya... Just info, untuk para pembaca, sambil menunggu ONS update, mampir yuk ke storyku yang lain... Di jamin ga kalah seru dari kisah Mischa dan Xander.. Cus mampir. Aku tunggu cuap-cuap dan votenya ya...
Mischa sudah selesai dengan masakannya. Dia menyuguhkannya di meja depan sofa di mana Xander sedang duduk sambil menonton Tv. "Makan dulu, mudah-mudahan sih enak," canda Mischa diiringi tawa renyahnya. Xander mengambil piring kosong dan menyendok secentong nasi lalu mengambil mie spesial buatan Mischa sebagai lauknya. Sebuah menu yang sangat sederhana tapi terasa istimewa bagi Xander. Mischa duduk di sebelah Xander dengan hati yang harap-harap cemas. Dia takut Xander tidak menyukai masakannya. Tapi saat dia melihat betapa lahapnya Xander menyantap masakan itu, Mischa jadi bisa tersenyum lega. "Rasanya enak tidak?" tanya Mischa hati-hati. "Di bilang enak tidak, tapi dibilang tidak enak juga tidak, berhubung aku lapar dan karena kamu sudah membuatkannya khusus untukku, mau tidak mau harus aku makankan?" "Jadi kamu terpaksa memakannya?" wajah Mischa kembali cemberut.
Sebuah mobil berhenti di tepi jalanan yang sangat sepi ketika waktu tengah malam sudah lewat. Seorang wanita dengan kaki dan tangan yang terikat bahkan dengan mulut yang tertutup lakban dikeluarkan dari bagasi mobil oleh sekelompok orang bersebo hitam. Mereka membawa tubuh tak berdaya wanita itu menuju sebuah lahan kosong terbengkalai dimana di sana ada orang lain yang sudah menunggu kedatangan mereka. "Maaf Nyonya kami terlambat, wanita ini sempat melawan ketika kami hendak meringkusnya tadi," jelas salah satu laki-laki yang baru saja melempar wanita dalam keadaan terikat tadi kehadapan seorang wanita lain yang merupakan atasan mereka. Tubuh wanita dalam keadaan terikat itu kini terseok di tanah bermandikan lumpur basah. Dia menangis dalam erangannya yang tertahan. Seorang wanita
Setelah berlangsungnya sedikit adegan drama cek cok mulut antara Mischa dan Xander di video call, akhirnya video itu pun terpaksa diakhiri Xander secara sepihak ketika Mischa memberi tahunya bahwa ada tamu yang datang. Xander yang memang sudah terlanjur emosi tak lagi banyak bicara melainkan langsung memutus sambungan video callnya dengan Mischa terlebih setelah dia tahu bahwa tamu yang berkunjung itu adalah Aldrian. Saking frustasi, Xander melempar ponselnya asal dan langsung beranjak untuk tidur. Meski, malam itu, Xander sama sekali tak mampu memejamkan mata sedikit pun. Pikirannya benar-benar tertuju pada Mischa dan Aldrian yang kini sedang bersama di rusun. Apa yang ingin dilakukan Aldrian hingga dia sampai bertamu malam-malam begini ke kediaman Mischa? Apa saja yang mereka bicarakan? Sial! Xander han
Sebuah ruangan megah di salah satu aula gedung hotel berbintang lima terlihat ramai oleh khalayak. Acara akbar pesta yang digelar oleh perusahaan Adhiguna tampak berjalan dengan sangat lancar dan meriah. Para tamu undangan terlihat asik menikmati hidangan yang tersedia. Mendengarkan alunan musik syahdu yang terdengar memanjakan telinga serta saling bercengkrama atau sekedar mengobrol dengan para rekan sesama pebisnis dan konglomerat. Beberapa aktor dan aktris papan atas pun terlihat lalu lalang dalam acara tersebut dimana kebanyakan dari mereka datang sebagai pengisi acara atau sekedar menemani pasangan mereka untuk menghadiri pesta. Aldrian datang ditemani Diana. Mobil mereka beriringan dengan mobil yang dikendarai Xander dan Mischa. Untuk sementara waktu, malam ini Arsen dititipkan di kediaman Lulu seperti biasa karena memang hanya Lululah satu-satunya orang yang Mischa percaya sejauh ini. Kedatangan Aldrian dan Xander di halaman parkir gedu
Malam itu publik dihebohkan dengan berita panas yang kembali mencuat di media mengenai kisah cinta segiempat antara Xander, Aldrian, Mendy dan Mischa. Insiden dimana Xander yang tiba-tiba saja nekad mencium Mischa di sesi wawancara langsung menjadi trending di berbagai media. Kejadian ini jelas menimbulkan banyak pro dan kontra dari berbagai pihak. Banyak orang yang mempertanyakan bagaimana sebenarnya hubungan antara Xander dan Aldrian yang sesungguhnya? Apa benar persiteruan di antara dua saudara itu sudah berakhir? Atau masih tetap berlangsung secara diam-diam? Mungkinkah pernyataan Aldrian yang mengatakan bahwa kini dirinya dan Xander sudah berdamai hanya sekadar bualan manis demi menaikan pamornya di jagat hiburan? Lantas bagaimana dengan Mendy? Semua pertanyaan-pertanyaan itu kini tidak hanya hinggap di kepala para wartawan berita, tapi hampir semua orang yang m
Usai menghadiri acara akbar yang diselenggarakan pihak Adhiguna Grup, Xander pulang bersama Mischa dan Diana serta Jarvis, sementara Aldrian tak tahu kemana rimbanya. Untungnya mereka berhasil terbebas dari kejaran para pemburu berita saat hendak keluar dari gedung untuk menuju mobil. Suasana di dalam mobil kian dingin dan kaku setelah apa yang terjadi antara Xander dengan Aldrian malam ini. Jika ada yang bertanya, siapa sebenarnya orang yang harusnya paling bertanggung jawab atas kejadian ini, Diana akan mengacungkan tangannya tinggi-tinggi. Sebagai seorang Ibu, Diana jelas merasa gagal. Dia telah gagal membina hubungan baik di antara ke dua anak yang begitu dia cintai itu. Mungkin, seandainya Diana mampu melawan segala trauma kelam masa lalunya akibat ulah Hans, kini hubungan antara dirinya, Xander dan Aldrian pasti tidak akan menjadi sekacau ini.
Diana dan Xander bertengkar saat Xander memutuskan untuk menghubungi polisi atas insiden penculikan yang dialami Aldrian sementara Diana melarangnya karena terlalu takut jika Aldrian mendapat bahaya. Sebisa mungkin Xander menjelaskan dan memberi pengertian pada sang Ibu bahwa kasus seperti ini memang tidak bisa diselesaikan sendiri tanpa campur tangan pihak kepolisian. Berkat bantuan Mischa akhirnya Diana pun bersedia mengikuti saran Xander untuk melaporkan kasus ini pada pihak yang berwajib. Dibantu oleh kinerja terbaik dari pihak kepolisian serta campur tangan Jarvis dan kelompoknya, Xander akhirnya bisa mendapati identitas si penelepon misterius yang sudah berani mencari masalah dengannya.
"Jika kamu sampai membunuh Xander, maka senjata ini akan ikut membunuh Ibumu juga. Ibu lebih baik mati daripada hidup dengan anak sepertimu," "Ibu..." lirih Aldrian tercengang saat Diana benar-benar melakukan perkataannya. Wanita paruh baya itu menodongkan senjata ditangannya tepat ke arah pelipis kanannya. "Ibu kecewa padamu, Aldrian..." ucap Diana lirih dengan air matanya yang terus mengalir. Melihat keadaan sang Ibu hati Aldrian yang tadinya diliputi kebencian perlahan luluh hingga membuatnya merasa bersalah. Kedua tangan lelaki itu yang tadinya menodongkan senjatanya ke arah Xander perlahan turun dan merosot di kedua sisi tubuhnya.
Satu Bulan sebelum prolog... Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah. Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas. Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen. Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang. "Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar. "Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju. "
Acara pernikahan mewah itu baru saja berlangsung. Kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya. "Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha hingga menyisakan pakaian dalam saja yang membalut tubuh mungil itu. Merasa malu karena ini pertama kalinya dia berada satu kamar dengan Handaru, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya. "Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Menjadi seorang Nyonya Handaru Pratama. Sang Milyuner yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan. Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona. "Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal. Mitha memukul bahu
Enam bulan kemudian...Di sebuah tanah lapang berumput hijau dengan pemandangan alam yang indah di sekitarnya, sebuah keluarga tampak berkumpul menikmati indahnya hari.Sudah menjadi rutinitas wajib bagi keluarga Malik untuk mengadakan piknik keluarga di akhir pekan."Arsen, ayo makan dulu," teriak Diana yang ikutan berlari mengejar sang cucu yang asik bermain bola bersama Dirga.Sarah yang tampak asik mengobrol dengan Berta. Mereka duduk di atas tikar piknik dengan berbagai macam makanan lezat yang mereka bawa.Sementara itu, di sisi lain lokasi tersebut Xander, Jarvis dan Aldrian tampak asik menikmati indahnya pemandangan."Kamu sudah pantas menggendong anak, Al. Mau sampai kapan menjomblo terus?" ucap Xander menggoda Aldrian yang saat itu sedang menggendong salah satu bayi kembar sang Kakak.
Seorang wanita tampak menarik napas dalam-dalam. Peluh menetes membanjiri wajahnya yang pucat. Sesekali terdengar rintihan dan teriakan dari arah brankar ruangan bersalin itu tatkala si wanita merasa dirinya tak mampu lagi menahan nyerinya kontraksi.Sejak kepulangan keluarga Malik usai menghadiri acara pernikahan Jarvis dan Aliana, lalu mereka melangsungkan acara pesta barbeque di halaman rumah kediaman Malik yang luas, seharian itu Mischa memang kurang istirahat. Terlebih efek gembira ketika dirinya mampu berjalan kembali seperti sedia kala.Mischa terus beraktifitas, berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan keadaan perutnya yang buncit.Hingga pesta usai, Mischa justru harus kembali melakukan aktifitas ranjang bersama sang suami hingga waktu mendekati pagi.Itulah sebabnya, menjelang fajar di pagi hari, Mischa merasakan perutnya mulas dan kram."Xander..." gumam Mischa lirih.
Acara sakral itu berlangsung begitu khidmad dan lancar.Jarvis sangat tenang saat melafalkan kalimat ijab dan kabulnya.Setelah ijab dan kabul usai, lalu kedua mempelai menyambut tamu undangan yang hendak bersalaman di atas pelaminan, sore harinya acara pun selesai.Jarvis dan Aliana sudah berganti pakaian. Kini mereka sedang berkumpul di lapangan parkir gedung hendak pulang. Saat itu keluarga Malik terlihat berkumpul di sekitar area parkir, mereka menunggu kedatangan pasangan pengantin baru. Malam ini, keluarga Xander berencana mengundang Jarvis dan Aliana untuk makan malam bersama di kediaman utama keluarga Malik.Baik Jarvis dan Aliana, yang memang sama-sama tak memiliki keluarga, jelas sangat senang atas undangan itu. Bahkan jika hari weekend tiba, mereka seringkali ikut nimbrung dalam acara piknik keluarga Malik. Dan bagi keluarga Malik, mereka sudah layaknya keluarga sendiri.Saat it
Mentari pagi terlihat bersinar cerah di angkasa. Cahayanya menerobos jendela kaca bening sebuah kamar besar nan mewah yang terletak di salah satu perumahan elit Jakarta.Mischa menggeliat tatkala wajahnya terkena pantulan cahaya matahari langsung. Dia mengernyitkan kening, menguap satu kali seraya mengucek ke dua bola matanya secara bersamaan.Ketika kedua bola matanya berhasil terbuka, Mischa tak mendapati sosok Xander di sisinya.Mungkin, suaminya itu sedang di kamar mandi, pikirnya.Tubuh Mischa kembali menggeliat. Dia merentangkan ke dua tangannya ke atas. Entah kenapa, pagi ini dia bangun dengan keadaan tubuh yang lebih segar dari kemarin-kemarin.Apa mungkin karena...?Kedua pipi Mischa mendadak merona, saat otaknya kembali memutar kejadian tadi malam di dalam kamar ini.Bahkan setelah hampir dua bulan berlalu tanpa adanya aktifitas ranjang dalam bid
Selang satu bulan sejak penolakan yang dilakukan Mischa pada Xander, silih berganti pihak keluarga datang mengunjungi Mischa. Baik itu Dirga maupun Diana. Sayangnya, usaha mereka sia-sia. Mischa tetap pada pendiriannya semula. Bahkan dengan teganya Mischa justru meminta Xander menceraikannya. Hindun dan Suroto sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Mischa pada pihak keluarga Xander yang semakin membuat pihak keluarga merasa miris akan keadaan Mischa saat ini. Terlebih dengan Diana. Dirinya tidak menyangka jika apa yang dia alami dahulu di masa muda kini harus berlanjut menimpa Mischa, sang menantu kesayangannya. Dengan segala daya dan upaya mereka terus berusaha meyakinkan Mischa agar Mischa tidak terus menerus larut dalam rasa traumanya. Namun sayang, semua usaha merega gagal dan tak membuahkan hasil.
Suara Adzan Isya baru saja berkumandang.Seorang wanita dengan perutnya yang membuncit sudah siap dengan mukenanya, dia hendak melaksanakan shalat Isya berjamaah dengan Hindun dan Suroto, kedua orang tuanya. Wanita itu duduk di atas kursi roda, sementara Hindun berdiri di sampingnya."Allahu Akbar," Suroto memulai takbir pertama tanda shalat telah dimulai.Para makmum mengikuti di belakang.Dalam suasana seperti inilah, hal yang selalu Mischa tunggu-tunggu.Hatinya terasa jauh lebih tenang.Sampai detik ini, Mischa masih terus menerus dihantui bayang-bayang mengerikan sekaligus menjijikan yang pernah dia alami sewaktu di Florida.Semua kejadian buruk yang menimpanya sebelum akhirnya Tuhan menyelamatkannya melalui Mendy.Satu alasan besar yang menjadikan Mischa tidak ingin bertemu Xander dalam keadaannya sekarang, saat dirinya tahu bahwa dia telah mengandung, setelah apa yang sudah dilaluinya di Florida setengah tahun yang lalu.
Selang satu jam kemudian.Xander baru saja mengirim pesan singkat pada Diana bahwa dia akan pulang terlambat.Lelaki itu sudah berada di Club sejak sepuluh menit yang lalu. Xander hanya memesan cocktail dengan kadar alkohol yang sangat sedikit. Dia sudah berjanji pada Mischa untuk tidak mabuk-mabukkan lagi. Dan Xander akan berusaha untuk tetap menepati Janjinya walau tak ada Mischa sekali pun.Xander masih bergelut dengan ponsel pribadinya.Satu hal yang menjadi kebiasaannya saat sedang sendirian, yakni menatap lama wajah Mischa di balik layar ponselnya.Senyuman Mischa seolah menjadikan penyemangat hidupnya kali ini. Meski hanya sebatas gambar saja. Tapi Xander tak pernah bosan menatapnya.Dengan ujung jari telunjuknya, Xander mengusap wajah Mischa yang sedang tersenyum, sangat manis.Di mana kamu berada saat ini, Mischa?