"ARSEN?" suara Xander terdengar nyaring saking kaget, membuat Jarvis dan Raga di depan menoleh ke arahnya.
"Iya Pah, ini Arsen, Papah bisa jemput Arsen tidak di rumah sakit, tempat Opah di rawat?" ucap suara mungil Arsen di seberang. Dari suaranya yang ceria, Arsen terdengar baik-baik saja dan hal itu sangat-sangat membuat Xander lega luar biasa.
"Oke Papah,"
Klik.
Sambungan telepon itu terputus seiring dengan suara Xander yang memerintahkan Raga untuk segera melanjukan kendaraannya menuju rumah sakit jiwa tempat dimana Dirga di rawat.
Di sepanjang perjalanan Xander terus berpikir, bagaimana bisa Arsen ada di sana? Lantas, bagaimana bisa Arsen tahu dan mengenal Dirga, bahkan panggilan A
Kira-kira apa ya yg akan dibicarakan Dirga pada Xander dan Mischa? Penasaran? Silahkan vote dan berikan ulasan kalian ya... Kalau ulasannya banyak, nanti malam aku lanjut... Tapi kalau ga, yaudah besok besok aja lanjutnya, heheeh...
"Perjuangkan cintamu, Mischa... Bahagiakan Xander..." tambah Diana di akhir kalimatnya. "Aku merestui hubungan kalian..." Mischa tertegun sejenak mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan Diana kepadanya. Diana merestui hubungannya dengan Xander? Berjuang? Kenapa hal itu terdengar lucu bagi Mischa? Mengingat bahwa antara dirinya dengan Xander saat ini bahkan tidak saling menjalin hubungan apapun. "Maaf Tante, kita semua tahu kalau sekarang ini Xander sedang menjalin hubungan dengan Mendy, aku memang mencintai Xander, tapi aku bukan wanita perusak hubungan orang lain. Xander berhak menentukan pilihannya sendiri," jawab Mischa apa adanya. Mischa tak ingin larut dalam rasa bahagia meski dirinya tahu bahwa kini Ibu dari laki-laki yang dia cintai mendukungnya, berada di pihaknya. Mischa tidak ingin egois dengan memaksa siapapun untuk menjalin hubungan dengannya. Diana
Setelah seharian puas bermain bersama sang Opah di rumah sakit, sore harinya Arsen pun pamit untuk pulang. Dirga melepas kepulangan sang cucu dengan berat hati. "Arsen tahukan apa yang harus Arsen lakukan jika Arsen mendapat kesulitan seperti kemarin malam?" ucap Dirga pada Arsen sebelum anak itu pergi. Arsen mengangguk yakin. "Arsen tahu Opah," "Anak pintar," Dirga mengacak lembut ubun-ubun kepala Arsen. Dia mengecup kening Arsen satu kali. "Sekarang Arsen pulang bersama Mamah dan Papah ya. Besok Arsen harus masuk sekolah," "Iya, Opah. Opah juga harus banyak beristirahat supaya bisa cepat pulang. Kalau Opah sembuh, nanti kita bermain sama-sama di rumah Papah yang bessssaaar sekali," celoteh Arsen dengan gerakan tangannya yang lucu ketika memberikan perumpamaan kata besar. "Opah berjanji akan cepat sembuh supaya bisa lebih sering bermain dengan Arsen,"
Sebuah gedung pencakar langit berdiri megah disalah satu sudut kota. Di mana gedung tersebut merupakan sebuah hotel termewah di indonesia dengan pelayanan restoran kelas internasional. Bagi para miliarder sukses atau konglomerat, biasanya seringkali menyewa bagian rofftop gedung sebagai jamuan makan malam untuk orang terkasih atau sebagai acara lamaran. Sebab dari atas tempat itu suasana akan terasa semakin romantis apalagi jika cuaca sedang mendukung. Seperti halnya malam ini. Sebuah karpet merah telah digelar menyambut kedatangan aktris papan atas kenamaan Indonesia, Mendy Clarissa. Jarvis yang ditugaskan oleh Xander untuk menjemput Mendy terlihat berjalan tepat di belakang Mendy layaknya seorang bodyguard. Untung saja, Mendy
Malam itu usai menuntaskan urusan dengan Mendy, Xander langsung melajukan kendaraan super mewahnya menuju kediaman utama keluarga Malik untuk menuntaskan masalah dengan sang Omah. Kali ini Xander perlu bertindak tegas untuk tidak membiarkan sang Omah berbuat seenaknya lagi. Dan Xander sudah memutuskan bahwa Arsen akan tinggal di apartemen pribadinya untuk sementara. Xander takut Arsen trauma. Sepertinya, anak itu benar-benar takut pada Sarah. Sesampainya di kediaman utama Keluarga Malik, Xander tak mendapati Sarah di sana. Sean, selaku asisten pribadi Sarah pun tidak ada. Xander hanya bertemu dengan Ashton dan istrinya. "Kemana Omah pergi, apa ada yang tahu?" tanya Xander curiga. Perasaannya mendadak tidak enak. Xander takut sang Omah kembali mengulang kesalahannya dengan mengambil paksa Arsen yang kini berada di rusun bersama Mischa. Se
Sudah hampir setengah jam lebih Xander duduk di sofa yang biasa dia duduki di rusun Mischa. Mischa sudah menyuguhinya segelas teh hangat dan beberapa cemilan di meja. Mereka duduk saling bersisian di sofa yang berbeda. Tak ada percakapan apapun, hanya suara acara di TV yang mendominasi ruangan. Xander bahkan sudah melepas jas hitamnya karena dia mulai kegerahan. Cuaca di luar memang dingin, tapi jika sudah berada berlama-lama di dalam rusun tanpa kipas angin, hawa panasnya merasuk secara perlahan tapi pasti. Apalagi ketika tatapan Xander diam-diam tertuju pada paha Mischa yang sedikit mengintip dari balik daster mininya. Berkali-kali dirinya menelan salivanya sendiri, menahan sesuatu yang mulai bergejolak dalam dadanya. Xander mengendurkan dasi yang mencekik lehernya serta membuka dua kancing teratas kemeja abu-abunya tepat saat Mischa tiba-tiba saja menguap.
Malam semakin larut, hawa dingin semakin menggigit. Seorang wanita dengan wajahnya yang sembab terlihat turun dari sebuah mobil mewah dan beranjak masuk ke dalam apartemen. Bukan apartemen miliknya, melainkan apartemen milik sang mantan yang kini menjadi sahabatnya. Wanita itu berjalan sedikit sempoyongan. Tubuhnya ling lung dan seperti kehilangan pijakan saat malam ini dia harus menerima kenyataan pahit atas kandasnya hubungan yang telah dia jalani selama bertahun-tahun dengan seorang laki-laki kejam bernama Alexander Gavin Malik. Sesampainya di tempat tujuan, wanita itu memencel bel apartemen beberapa kali sampai akhirnya pintu apartemen itu pun terbuka. Seorang lelaki berpakaian piyama tidur terlihat menyambut kedatangannya. "Kamu benar-benar terlihat hancur, Mendy, masuklah..." ajak Aldrian pada Mendy yang hanya diam dan mematung dihadapannya. Tapi, Aldrian sempat melihat lelehan
Mischa dan Xander baru saja memesan menu sarapan mereka di kantin sekolah Arsen dan hendak melahapnya, ketika tiba-tiba seorang laki-laki berpakaian kantor datang menyapa Xander dari arah belakang. "Pak Xanderkah?" ucap sang lelaki berjas hitam itu. Kepala Xander otomatis mendongak. "Oh, Pak Reymond Syailendra?" terka Xander seraya berdiri dan menyambut jabatan tangan Reymond. Dia adalah salah satu rekan bisnis Xander. Pemilik perusahaan elektronik, Syailendra. "Apa kabar, Pak?" "Baik-baik, mari Pak silahkan bergabung, kebetulan saya dan hmm," Xander menggantung kalimatnya sejenak dan menoleh sekilas ke arah Mischa sebelum akhirnya dia melanjutkan kalimatnya. "Calon istri saya sedang sarapan, sambil menunggu anak kami sekolah," Mischa langsung tersedak sementara ke dua bola mata Reymond membulat tak percaya. Calon istri? Pertanyaan itu hadi
Bel tanda berakhirnya jam pelajaran di sekolah berbunyi. Para orang tua murid terlihat berkumpul di depan pintu ruang kelas untuk menunggu kepulangan buah hati mereka masing-masing. Seperti halnya yang dilakukan Mischa dan Xander kala itu. Arsen berhambur keluar kelas dengan wajah sedikit muram. Keningnya yang terluka tertempel plester bergambar aneka hewan. "Keningmu masih sakit, sayang? Kenapa cemberut begitu?" tanya Mischa menyambut kepulangan Arsen. "Arsen kesel sama Nayna! Anaknya nakal, Mah," adu Arsen dengan tatapan jengkel yang tertuju pada seorang bocah perempuan di ujung jalan. Bocah perempuan bernama Nayna yang menjadi teman baru di kelasnya. Mischa dan Xander hanya saling melempar pandang, hingga setelahnya Xander membungkuk dan membisiki Arsen sesuatu. Bocah kecil itu tertawa geli saat merasakan bibir sang Papah menempel di telinganya.
Satu Bulan sebelum prolog... Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah. Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas. Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen. Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang. "Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar. "Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju. "
Acara pernikahan mewah itu baru saja berlangsung. Kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya. "Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha hingga menyisakan pakaian dalam saja yang membalut tubuh mungil itu. Merasa malu karena ini pertama kalinya dia berada satu kamar dengan Handaru, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya. "Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Menjadi seorang Nyonya Handaru Pratama. Sang Milyuner yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan. Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona. "Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal. Mitha memukul bahu
Enam bulan kemudian...Di sebuah tanah lapang berumput hijau dengan pemandangan alam yang indah di sekitarnya, sebuah keluarga tampak berkumpul menikmati indahnya hari.Sudah menjadi rutinitas wajib bagi keluarga Malik untuk mengadakan piknik keluarga di akhir pekan."Arsen, ayo makan dulu," teriak Diana yang ikutan berlari mengejar sang cucu yang asik bermain bola bersama Dirga.Sarah yang tampak asik mengobrol dengan Berta. Mereka duduk di atas tikar piknik dengan berbagai macam makanan lezat yang mereka bawa.Sementara itu, di sisi lain lokasi tersebut Xander, Jarvis dan Aldrian tampak asik menikmati indahnya pemandangan."Kamu sudah pantas menggendong anak, Al. Mau sampai kapan menjomblo terus?" ucap Xander menggoda Aldrian yang saat itu sedang menggendong salah satu bayi kembar sang Kakak.
Seorang wanita tampak menarik napas dalam-dalam. Peluh menetes membanjiri wajahnya yang pucat. Sesekali terdengar rintihan dan teriakan dari arah brankar ruangan bersalin itu tatkala si wanita merasa dirinya tak mampu lagi menahan nyerinya kontraksi.Sejak kepulangan keluarga Malik usai menghadiri acara pernikahan Jarvis dan Aliana, lalu mereka melangsungkan acara pesta barbeque di halaman rumah kediaman Malik yang luas, seharian itu Mischa memang kurang istirahat. Terlebih efek gembira ketika dirinya mampu berjalan kembali seperti sedia kala.Mischa terus beraktifitas, berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan keadaan perutnya yang buncit.Hingga pesta usai, Mischa justru harus kembali melakukan aktifitas ranjang bersama sang suami hingga waktu mendekati pagi.Itulah sebabnya, menjelang fajar di pagi hari, Mischa merasakan perutnya mulas dan kram."Xander..." gumam Mischa lirih.
Acara sakral itu berlangsung begitu khidmad dan lancar.Jarvis sangat tenang saat melafalkan kalimat ijab dan kabulnya.Setelah ijab dan kabul usai, lalu kedua mempelai menyambut tamu undangan yang hendak bersalaman di atas pelaminan, sore harinya acara pun selesai.Jarvis dan Aliana sudah berganti pakaian. Kini mereka sedang berkumpul di lapangan parkir gedung hendak pulang. Saat itu keluarga Malik terlihat berkumpul di sekitar area parkir, mereka menunggu kedatangan pasangan pengantin baru. Malam ini, keluarga Xander berencana mengundang Jarvis dan Aliana untuk makan malam bersama di kediaman utama keluarga Malik.Baik Jarvis dan Aliana, yang memang sama-sama tak memiliki keluarga, jelas sangat senang atas undangan itu. Bahkan jika hari weekend tiba, mereka seringkali ikut nimbrung dalam acara piknik keluarga Malik. Dan bagi keluarga Malik, mereka sudah layaknya keluarga sendiri.Saat it
Mentari pagi terlihat bersinar cerah di angkasa. Cahayanya menerobos jendela kaca bening sebuah kamar besar nan mewah yang terletak di salah satu perumahan elit Jakarta.Mischa menggeliat tatkala wajahnya terkena pantulan cahaya matahari langsung. Dia mengernyitkan kening, menguap satu kali seraya mengucek ke dua bola matanya secara bersamaan.Ketika kedua bola matanya berhasil terbuka, Mischa tak mendapati sosok Xander di sisinya.Mungkin, suaminya itu sedang di kamar mandi, pikirnya.Tubuh Mischa kembali menggeliat. Dia merentangkan ke dua tangannya ke atas. Entah kenapa, pagi ini dia bangun dengan keadaan tubuh yang lebih segar dari kemarin-kemarin.Apa mungkin karena...?Kedua pipi Mischa mendadak merona, saat otaknya kembali memutar kejadian tadi malam di dalam kamar ini.Bahkan setelah hampir dua bulan berlalu tanpa adanya aktifitas ranjang dalam bid
Selang satu bulan sejak penolakan yang dilakukan Mischa pada Xander, silih berganti pihak keluarga datang mengunjungi Mischa. Baik itu Dirga maupun Diana. Sayangnya, usaha mereka sia-sia. Mischa tetap pada pendiriannya semula. Bahkan dengan teganya Mischa justru meminta Xander menceraikannya. Hindun dan Suroto sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Mischa pada pihak keluarga Xander yang semakin membuat pihak keluarga merasa miris akan keadaan Mischa saat ini. Terlebih dengan Diana. Dirinya tidak menyangka jika apa yang dia alami dahulu di masa muda kini harus berlanjut menimpa Mischa, sang menantu kesayangannya. Dengan segala daya dan upaya mereka terus berusaha meyakinkan Mischa agar Mischa tidak terus menerus larut dalam rasa traumanya. Namun sayang, semua usaha merega gagal dan tak membuahkan hasil.
Suara Adzan Isya baru saja berkumandang.Seorang wanita dengan perutnya yang membuncit sudah siap dengan mukenanya, dia hendak melaksanakan shalat Isya berjamaah dengan Hindun dan Suroto, kedua orang tuanya. Wanita itu duduk di atas kursi roda, sementara Hindun berdiri di sampingnya."Allahu Akbar," Suroto memulai takbir pertama tanda shalat telah dimulai.Para makmum mengikuti di belakang.Dalam suasana seperti inilah, hal yang selalu Mischa tunggu-tunggu.Hatinya terasa jauh lebih tenang.Sampai detik ini, Mischa masih terus menerus dihantui bayang-bayang mengerikan sekaligus menjijikan yang pernah dia alami sewaktu di Florida.Semua kejadian buruk yang menimpanya sebelum akhirnya Tuhan menyelamatkannya melalui Mendy.Satu alasan besar yang menjadikan Mischa tidak ingin bertemu Xander dalam keadaannya sekarang, saat dirinya tahu bahwa dia telah mengandung, setelah apa yang sudah dilaluinya di Florida setengah tahun yang lalu.
Selang satu jam kemudian.Xander baru saja mengirim pesan singkat pada Diana bahwa dia akan pulang terlambat.Lelaki itu sudah berada di Club sejak sepuluh menit yang lalu. Xander hanya memesan cocktail dengan kadar alkohol yang sangat sedikit. Dia sudah berjanji pada Mischa untuk tidak mabuk-mabukkan lagi. Dan Xander akan berusaha untuk tetap menepati Janjinya walau tak ada Mischa sekali pun.Xander masih bergelut dengan ponsel pribadinya.Satu hal yang menjadi kebiasaannya saat sedang sendirian, yakni menatap lama wajah Mischa di balik layar ponselnya.Senyuman Mischa seolah menjadikan penyemangat hidupnya kali ini. Meski hanya sebatas gambar saja. Tapi Xander tak pernah bosan menatapnya.Dengan ujung jari telunjuknya, Xander mengusap wajah Mischa yang sedang tersenyum, sangat manis.Di mana kamu berada saat ini, Mischa?