Waktu sudah hampir shubuh.
Mischa terbangun dari pingsannya dengan tubuh yang terasa remuk.
Tapi keadaan tempat tidur yang nyaman dan suasana sejuk di sekitarnya membuat Mischa merasa lebih baik.
Ke dua bola mata yang terbalut bulu mata lentik itu terbuka. Kerut di kening Mischa menjelas saat dia memperhatikan sekeliling ruangan bernuansa abu-abu itu.
Kamar itu terasa asing. Tapi warna cat tembok itu, dia seperti pernah melihatnya.
Dimana aku?
Pikir Mischa membatin seraya bangkit dari tempat tidur. Sempat terbersit pikiran buruk dalam benaknya, tapi saat dia mengecek seluruh pakaiannya, Mischa merasa lega, karena dia masih mengenakan pakaian lengkap seperti yang dia pakai sebelumnya.
Mischa duduk di tepian ranjang sambil meraba kepalanya yang berdenyut hebat. Belum lagi perutnya yang sakit akibat dibiarkan kosong terlalu lama.
Hayo loh... Kira-kira apa ya yg bakal terjadi? Mau lanjut? Vote dan komentarnya dulu ya...
SERAHKAN ALIANA PADAKU, JIKA TIDAK, LELAKI INI AKAN MATI!" ancam Denis seraya menarik pelatuk senjatanya tepat ke arah kepala Xander. "Oke! Baik-baik, aku akan menyerahkan wanita ini padamu, tapi lepaskan Bosku," ucap Jarvis cepat. Dilihat dari gelagatnya, si penodong itu jelas tidak main-main dengan ancamannya. Untuk itulah Jarvis lekas tangkas menahan maksud gila si lelaki itu. Nyawa Xander dalam bahaya dan Jarvis tidak mungkin tinggal diam begitu saja. Jarvis menarik lengan Aliana dan menggiring Aliana mendekat ke arah di mana Denis berdiri. Aliana tercekat. Dia benar-benar ketakutan. Tapi dia juga tidak ingin menyaksikan nyawa orang lain harus melayang akibat ulah Denis. "Denis, jangan lakukan itu, aku mohon... Aku tidak mau kamu membunuh lagi," pinta Aliana saat dirinya sudah berdiri berhadapan dengan Denis. Jarvis menarik tubuh Xander menjauh dari Denis yang fokusnya mulai terba
Aldrian telat sampai di lokasi syuting. Dia sempat terkena omelan sang sutradara karena di anggap tidak disiplin. Tapi bukan Aldrian namanya jika dia tidak bisa menuntaskan masalahnya dengan mudah. Syuting hari ini berjalan cukup lancar. Aldrian tidak terlalu banyak melakukan kesalahan sehingga dia memiliki waktu luang lebih banyak untuk beristirahat. Aldrian baru saja hendak menghubungi Mischa, namun hal itu urung dia lakukan saat dia mendengar sebuah sapaan hangat dari seseorang. Tepatnya seorang wanita. Wanita yang terlihat sangat menawan di mata Aldrian. Bahkan dengan leluasanya, wanita itu kini mengecup pipi kanan dan kiri Aldrian tanpa sedikit pun perduli dengan keadaan sekitar.
Xander baru saja memparkirkan kendaraannya di kediaman utama keluarga Malik. Setelah beristirahat sejenak di kediaman pribadinya, Xander hendak meminta penjelasan sang Omah mengenai apa yang telah dilakukan Sarah terhadap Mischa. Selain itu, Xander juga berniat untuk membawa Arsen tinggal di kediaman pribadinya. Xander benar-benar kecewa atas sikap Sarah yang dianggapnya sangat keterlaluan. Meski dia sendiri tak mampu menutupi rasa belas kasihnya pada Sarah, mengingat kondisi kesehatan Sarah yang semakin menurun akhir-akhir ini. Bahkan, Xander sendiri yang meminta Denis untuk tidak membawa nama Omahnya dalam kesaksian lelaki itu pada pihak berwajib. Xander menjanjikan sesuatu pada Denis, bahwa dirinya akan menjaga Aliana dengan baik sampai Aliana sembuh. Untuk itulah Denis bersedia menutup mulutnya dengan tidak membawa serta Sarah sebagai tersangka dalam kasus Mischa. Denis bersedia menanggung semua hu
"Apa kamu mencintai Xander, Mischa?" tanya Diana mengulang pertanyaannya tanpa memalingkan tatapannya dari wajah Mischa, sedikit pun. Mischa mencoba mengalihkan perhatian, dia mengambil sendok yang jatuh di bawah kaki Diana dengan tangan yang gemetar. Bertahan sebentar di sana untuk menetralkan perasaannya yang kian dilanda rasa gugup. Mischa menarik napas panjang saat dia kembali bangkit dan duduk berhadapan dengan Diana. Mischa tersenyum tipis. "Maaf, sendoknya jatuh Tante, aku cuci ke toilet dulu ya?" ucap Mischa yang langsung bangkit dan berjalan cepat menuju toilet. Diana masih terus menatap Mischa saat itu. Mischa yang tak menjawab pertanyaannya. Sebagai seorang wanita, Diana bisa membaca bahasa tubuh Mischa saat dia mendengar nama Xander disebut. Mischa terlihat begitu gugup. Persis seperti dirinya dulu, setiap kali mendengar nama Dirga disebut.
Xander dan Arsen sudah tiba di rusun saat hari sudah gelap. Tapi Lulu bilang Mischa pergi bersama Aldrian sejak tadi pagi dan belum pulang sampai saat ini. Lulu hanya memberikan kunci serep rusun milik Mischa yang dia simpan pada Xander dan Arsen agar ke dua orang itu bisa menunggu Mischa di dalam rusun Mischa. Xander yang pada awalnya merasa begitu semangat menyiapkan surprise untuk Mischa sebagai tanda permintaan maafnya, merasa moodnya jadi tidak karuan saat lagi dan lagi dirinya harus mendengar nama Aldrian disebut. Ada hubungan apa antara Mischa dengan Aldrian sebenarnya? Apa mereka benar-benar berpacaran? Pertanyaan itu terus menggelayut dikepala Xander sejak tadi. Bahkan saat mereka sudah selesai menata makanan di atas meja makan yang mereka beli di jalan. Selesai menata makanan, dibantu Arsen, X
Mischa dan Aldrian sudah berada di dalam mobil pribadi milik Aldrian. Masih di parkiran gedung rumah sakit. Saat itu, Aldrian tidak langsung menyalakan mesin mobil, dia hanya diam dengan ke dua tangan yang terangkat dan melingkar di atas setir mobilnya. Ke dua matanya menatap arah dashboard, setengah menunduk. Beribu pikiran tentang Mischa dan Xander kian berputar dikepalanya, mengganggunya. "Al? Ada apa?" tanya Mischa yang jadi menoleh dan menatap Aldrian dengan wajah bingung. Aldrian menoleh pelan dan tersenyum tipis. Ditatapnya lekat wajah manis Mischa saat itu. "Ada yang ingin aku tanyakan padamu Mischa," ucap Aldrian meski hatinya masih diliputi keraguan akan apa yang ingin dia utarakan pada Mischa, namun lagi dan lagi, Aldrian terus dirundung rasa takut, jikalau dirinya kali ini akan kembali menelan kekalahan akibat ulah laki-laki brengsek macam Xander. Xander sudah mencur
Karena Mischa tak kunjung menjawab telepon dan membalas pesan yang Xander kirimkan, jadilah kini Xander dan Arsen terpaksa menunggu kepulangan Mischa di lapangan bawah rusun yang letaknya berdekatan dengan lahan parkir. Xander hanya ingin mencari angin, setelah dia berada di dalam rusun Mischa yang panas dan pengap selama berjam-jam. Saat itu, Xander bergabung dengan beberapa pemuda rusun yang sedang bermain bola basket di lapangan. Kebetulan, sewaktu sekolah dulu, Xander itu pernah masuk menjadi tim basket nasional dan sudah beberapa kali memenangkan perlombaan. "Yeay.. Papah hebat..." teriak Arsen dengan gembira seraya bertepuk tangan saat Xander berhasil memasukkan bola basketnya ke dalam ring. Arsen duduk di sisi lapangan sambil menonton pertandingan sang Papah dan menikmati secup es krim coklat favoritnya. Xander tersenyum lebar ke arah Arsen. Peluh di pelipisnya sudah bercucuran
Mischa turun dengan langkah tergesa saat dirinya melihat dari lantai tiga rusun bahwa Xander dan Aldrian tengah terlibat aksi baku hantam di lapangan parkir rusun. Karena kondisi sudah malam, tak banyak warga rusun yang menyaksikan kejadian itu. Hanya ada beberapa security yang terlihat sedang berusaha untuk melerai perkelahian tersebut. "LO NGGAK AKAN MENDAPAT APAPUN DARI MISCHA BRENGSEK!" umpat Aldrian saat pihak security rusun mencoba untuk menahan aksinya untuk tetap melukai Xander. Sementara Xander yang saat itu berada dalam posisi terkulai di atas aspal parkiran dengan wajahnya yang sudah babak belur hanya terdiam dan berusaha untuk bangkit dengan susah payah. "LEPASIN GUE!" teriak Aldrian lagi. Kedatangan Mischa pun membuat para security itu mengerti titik permasalahannya. Mereka berpikir, dua lelaki itu berkelahi karena memperebutkan satu wanita, dan itu adalah hal yang biasa
Satu Bulan sebelum prolog... Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah. Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas. Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen. Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang. "Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar. "Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju. "
Acara pernikahan mewah itu baru saja berlangsung. Kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya. "Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha hingga menyisakan pakaian dalam saja yang membalut tubuh mungil itu. Merasa malu karena ini pertama kalinya dia berada satu kamar dengan Handaru, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya. "Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Menjadi seorang Nyonya Handaru Pratama. Sang Milyuner yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan. Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona. "Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal. Mitha memukul bahu
Enam bulan kemudian...Di sebuah tanah lapang berumput hijau dengan pemandangan alam yang indah di sekitarnya, sebuah keluarga tampak berkumpul menikmati indahnya hari.Sudah menjadi rutinitas wajib bagi keluarga Malik untuk mengadakan piknik keluarga di akhir pekan."Arsen, ayo makan dulu," teriak Diana yang ikutan berlari mengejar sang cucu yang asik bermain bola bersama Dirga.Sarah yang tampak asik mengobrol dengan Berta. Mereka duduk di atas tikar piknik dengan berbagai macam makanan lezat yang mereka bawa.Sementara itu, di sisi lain lokasi tersebut Xander, Jarvis dan Aldrian tampak asik menikmati indahnya pemandangan."Kamu sudah pantas menggendong anak, Al. Mau sampai kapan menjomblo terus?" ucap Xander menggoda Aldrian yang saat itu sedang menggendong salah satu bayi kembar sang Kakak.
Seorang wanita tampak menarik napas dalam-dalam. Peluh menetes membanjiri wajahnya yang pucat. Sesekali terdengar rintihan dan teriakan dari arah brankar ruangan bersalin itu tatkala si wanita merasa dirinya tak mampu lagi menahan nyerinya kontraksi.Sejak kepulangan keluarga Malik usai menghadiri acara pernikahan Jarvis dan Aliana, lalu mereka melangsungkan acara pesta barbeque di halaman rumah kediaman Malik yang luas, seharian itu Mischa memang kurang istirahat. Terlebih efek gembira ketika dirinya mampu berjalan kembali seperti sedia kala.Mischa terus beraktifitas, berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan keadaan perutnya yang buncit.Hingga pesta usai, Mischa justru harus kembali melakukan aktifitas ranjang bersama sang suami hingga waktu mendekati pagi.Itulah sebabnya, menjelang fajar di pagi hari, Mischa merasakan perutnya mulas dan kram."Xander..." gumam Mischa lirih.
Acara sakral itu berlangsung begitu khidmad dan lancar.Jarvis sangat tenang saat melafalkan kalimat ijab dan kabulnya.Setelah ijab dan kabul usai, lalu kedua mempelai menyambut tamu undangan yang hendak bersalaman di atas pelaminan, sore harinya acara pun selesai.Jarvis dan Aliana sudah berganti pakaian. Kini mereka sedang berkumpul di lapangan parkir gedung hendak pulang. Saat itu keluarga Malik terlihat berkumpul di sekitar area parkir, mereka menunggu kedatangan pasangan pengantin baru. Malam ini, keluarga Xander berencana mengundang Jarvis dan Aliana untuk makan malam bersama di kediaman utama keluarga Malik.Baik Jarvis dan Aliana, yang memang sama-sama tak memiliki keluarga, jelas sangat senang atas undangan itu. Bahkan jika hari weekend tiba, mereka seringkali ikut nimbrung dalam acara piknik keluarga Malik. Dan bagi keluarga Malik, mereka sudah layaknya keluarga sendiri.Saat it
Mentari pagi terlihat bersinar cerah di angkasa. Cahayanya menerobos jendela kaca bening sebuah kamar besar nan mewah yang terletak di salah satu perumahan elit Jakarta.Mischa menggeliat tatkala wajahnya terkena pantulan cahaya matahari langsung. Dia mengernyitkan kening, menguap satu kali seraya mengucek ke dua bola matanya secara bersamaan.Ketika kedua bola matanya berhasil terbuka, Mischa tak mendapati sosok Xander di sisinya.Mungkin, suaminya itu sedang di kamar mandi, pikirnya.Tubuh Mischa kembali menggeliat. Dia merentangkan ke dua tangannya ke atas. Entah kenapa, pagi ini dia bangun dengan keadaan tubuh yang lebih segar dari kemarin-kemarin.Apa mungkin karena...?Kedua pipi Mischa mendadak merona, saat otaknya kembali memutar kejadian tadi malam di dalam kamar ini.Bahkan setelah hampir dua bulan berlalu tanpa adanya aktifitas ranjang dalam bid
Selang satu bulan sejak penolakan yang dilakukan Mischa pada Xander, silih berganti pihak keluarga datang mengunjungi Mischa. Baik itu Dirga maupun Diana. Sayangnya, usaha mereka sia-sia. Mischa tetap pada pendiriannya semula. Bahkan dengan teganya Mischa justru meminta Xander menceraikannya. Hindun dan Suroto sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Mischa pada pihak keluarga Xander yang semakin membuat pihak keluarga merasa miris akan keadaan Mischa saat ini. Terlebih dengan Diana. Dirinya tidak menyangka jika apa yang dia alami dahulu di masa muda kini harus berlanjut menimpa Mischa, sang menantu kesayangannya. Dengan segala daya dan upaya mereka terus berusaha meyakinkan Mischa agar Mischa tidak terus menerus larut dalam rasa traumanya. Namun sayang, semua usaha merega gagal dan tak membuahkan hasil.
Suara Adzan Isya baru saja berkumandang.Seorang wanita dengan perutnya yang membuncit sudah siap dengan mukenanya, dia hendak melaksanakan shalat Isya berjamaah dengan Hindun dan Suroto, kedua orang tuanya. Wanita itu duduk di atas kursi roda, sementara Hindun berdiri di sampingnya."Allahu Akbar," Suroto memulai takbir pertama tanda shalat telah dimulai.Para makmum mengikuti di belakang.Dalam suasana seperti inilah, hal yang selalu Mischa tunggu-tunggu.Hatinya terasa jauh lebih tenang.Sampai detik ini, Mischa masih terus menerus dihantui bayang-bayang mengerikan sekaligus menjijikan yang pernah dia alami sewaktu di Florida.Semua kejadian buruk yang menimpanya sebelum akhirnya Tuhan menyelamatkannya melalui Mendy.Satu alasan besar yang menjadikan Mischa tidak ingin bertemu Xander dalam keadaannya sekarang, saat dirinya tahu bahwa dia telah mengandung, setelah apa yang sudah dilaluinya di Florida setengah tahun yang lalu.
Selang satu jam kemudian.Xander baru saja mengirim pesan singkat pada Diana bahwa dia akan pulang terlambat.Lelaki itu sudah berada di Club sejak sepuluh menit yang lalu. Xander hanya memesan cocktail dengan kadar alkohol yang sangat sedikit. Dia sudah berjanji pada Mischa untuk tidak mabuk-mabukkan lagi. Dan Xander akan berusaha untuk tetap menepati Janjinya walau tak ada Mischa sekali pun.Xander masih bergelut dengan ponsel pribadinya.Satu hal yang menjadi kebiasaannya saat sedang sendirian, yakni menatap lama wajah Mischa di balik layar ponselnya.Senyuman Mischa seolah menjadikan penyemangat hidupnya kali ini. Meski hanya sebatas gambar saja. Tapi Xander tak pernah bosan menatapnya.Dengan ujung jari telunjuknya, Xander mengusap wajah Mischa yang sedang tersenyum, sangat manis.Di mana kamu berada saat ini, Mischa?