Aku pun pergi ke kediaman Jia untuk mengusulkan jika Lily akan bersama ku untuk kedepannya.Di ruang tamu, Jia tengah bersama dengan Rose seraya menangis pilu. Aku akhirnya memasuki kembali rumah itu dan duduk di sofa.Saat kedatangan Shella, akhirnya Jia memberhentikan tangisan nya dan menatap Shella. "Maafkan aku yang telah gagal menjaga Gyta dan Tiara... Aku..." Jia kembali berakting layaknya seorang aktris drama profesional.Di balik wajah yang terlihat sedih tersebut aku dapat melihat seburuk apa perilaku Jia. Bukan setahun atau dua tahun aku mengenal wanita itu dan jika melihat dia menangis rasanya aku teringat hari dimana ayah meninggal dunia, sama, dan tidak jauh berbeda ekspresi yang dulu maupun sekarang ini."Untuk itulah Jia-Ah maksudku Ibu... Tolong biarkan aku merawat Lily di Apartemen tempat ku tinggal!"Jia menghapus airmata nya. Sebenarnya bagus jika Lily tinggal bersama Shella, tetapi ia tidak ingin Shella mencari tahu tentang kematian Gyta dan Tiara melewati Lily. "A
Semakin hari aku merasa prilaku Max jauh lebih baik setelah keluar dari Rumah Sakit, seolah kini dia benar-benar terlihat berbeda dari sebelumnya. Aku senang melihatnya, begitupun dengan adanya Lily yang membuat suasana Apartemen seolah hidup.Untuk setiap pagi hari, aku selalu bangun lebih awal untuk pergi bekerja, karena sekarang aku telah pindah dari perusahaan lama ku. Tentunya berat untuk beradaptasi dengan lingkungan baru tetapi aku tidak mempunyai pilihan untuk memikirkan hal-hal itu, karena mulai sekarang semuanya adalah tanggung jawab ku.Aku pergi ke dapur untuk menyeduh kopi namun ternyata aku mendapati Max di sana. "Sedang mencari sesuatu?" tanyaku.Max menatap kearah Shella. "Tidak... Aku hanya menunggumu!"Menungguku? Apa yang Max bicarakan? "Apa?""Aku menunggu mu Shella." Max membuka laptopnya dan mencari sebuah data. Aku terdiam dan menunggu apa yang akan dikatakan Max selajutnya. Ekspresi wajah Max terlihat begitu serius memandangi laptop.Ketika data yang Max cari
Aku dan Max tidak bisa tertidur karena memikirkan uang tersebut. Walaupun aku mengusulkan pada Max untuk melaporkan Elisa tetapi aku tidak yakin jika laporannya akan segera ditanggapi, mengingat laporan ku tentang Elisa pun tidak diberi tanggapan hingga hampir sebulan lamanya."Max?" Entah apa yang harus aku lakukan untuk membuatnya merasa lebih baik. "Mungkin ini sulit untuk kau terima, tetapi tidak ada cara lain?"Max masih termenung memikirkan uang miliknya. Tentu tidak mudah menerimanya begitu saja terlebih uang tersebut tidak sepenuhnya adalah miliknya. Mungkin akan jauh lebih baik jika menjual beberapa barang berharga bukan? "Benar... Jika aku berniat melaporkannya pun itu tidak akan ada hasilnya... Baiklah." Max bangkit dari duduknya. "Tidurlah ini sudah malam..."Melihat kepergian Max, membuatku merasa kasihan padanya. Sampai kapan Max akan terus terjerat obsesi Elisa? Dan Elisa, apa yang begitu membuatnya tidak membiarkan Max bebas? Mungkin saja ada sesuatu
Beberapa hari ini, setelah kejadian hari itu bersama Max, aku lebih memilih menjauh darinya dan pulang saat semua orang tengah tertidur pulas. Begitupun dengan hari, aku pulang seperti biasa, lewat tengah malam. Tetapi sesuatu menyita perhatian ku karena mobil-mobil ambulans dan beberapa mobil lainnya mengiringi langkah ku saat memasuki halaman Apartemen. "Tidak biasanya mobil ambulans datang, apakah ada sesuatu yang terjadi?" Langkah ku perlahan-lahan semakin cepat untuk segera sampai di Apartemen.Jantung ku berdegup kencang, bukan karena aku tengah gugup melainkan takut. Dan yang membuatku kian menjadi semakin takut adalah, ketika melihat para petugas keamanan dan kesehatan keluar masuk di Apartemen Max. "Tolong... Kumohon... Jangan terjadi apapun lagi... Kumohon..."Airmata ku perlahan turun ketika melihat banker, berbaringlah seorang wanita yang begitu mirip dengan Rose. "Tunggu!" ucapku menahan banker, tanpa meminta izin aku melepaskan kain yang menutupi wajah wanita itu.Sontak
Hari ini aku memutuskan untuk mengunjungi Max dan bertanya tentang apa yang terjadi hari itu, sebelum memutuskan pergi aku menghampiri Gael yang sempat bermalam di Apartemen menemaniku. Melihat dia yang tertidur di sofa membuatku bersalah jika harus membangunkannya. Aku pun duduk di sofa dan memandangi Gael. "Kau tertidur dengan nyenyak," ucapku. Melihat wajah Gael yang memerah mengingatkanku pada Allen. Biasanya Allen tidak pernah sekalipun berprilaku seperti itu hanya untuk membela Jia. Memikirkannya membuat kepalaku terasa semakin pusing.Mata Gael terbuka saat merasakan telapak tangan seseorang menyentuh wajahnya. "Kau sudah bangun? Maaf aku terlalu nyenyak Shella!" Gael mendudukkan dirinya dan menetap Shella. "Apa hari ini ada tempat yang ingin kau kunjungi?""Iya. Apa kau sudah mengoleskan salep atau sejenisnya untuk mengobati wajahmu?"Tangan Gael terangkat lalu ia menepuk wajahnya untuk menunjukkan pada Shella jika ia sudah sembuh. "Perlu kau tahu, aku tidak merasakan sakit la
Setelah kejadian hari itu, dimana Jia mendapatkan fakta tentang Rose. Membuatnya merasa sangat tidak bersemangat, namun Allen berniat membantu menulusuri tentang kematian Rose. Jia segera bangkit, ia tidak bisa menyerahkan semuanya pada Allen, ia pun harus melakukan sesuatu untuk mencari kebenarannya."Max! Aku harus pergi ketempat Pria itu berada!" Segera Jia mencari informasi tentang tempat Allen dari seorang kenalannya.Beberapa menit kemudian Jia sampai di suatu tempat yang dikatakan kenalannya yang kebetulan menangani kasus Max. Hal itu membawa keberuntungan tersendiri bagi Jia, karena ia bisa dengan mudah membuat Max mengakui kejatahannya dan segera lenyap dari dunia ini.Jia mengeluarkan lipstik untuk memoles bibirnya agar terlihat segar. "Akan aku balas berkali lipat perbuatanmu, Max terhadap Putri ku!" Karena kenalannya tersebut ia mendapatkan sebuah informasi penting yang tidak ia dapat dari penjelasan Shella. Persoalan Rose yang memiliki banyak tanda kiss marx, ia yakin jik
Pertemuan singkat Jia dengan Max, tak membuat rasa kepuasan memenuhi dirinya. Ia ingin melihat Max menderita, bahkan lebih menderita dari dirinya. Apapun caranya, Jia akan melakukan apapun agar hal itu dapat terjadi, namun yang pertama ia harus lakukan adalah mencari tahu tentang Max lebih dalam lalu menyakiti seseorang yang paling sangat Max sayang. Sebenarnya telah terlintas nama Shella untuk Jia jadikan korban namun ia masih ingin mencari tahu keseluruhan kasus ini terlibat atau tidak dengan Shella. "Untuk sekarang aku harus berpikir dengan sedikit kritis. Max harus merasakan rasa sakit yang telah dia berikan padaku."Jia sangat beruntung karena ia memiliki banyak sekali kenalan yang membuat rencananya untuk mengetahui apapun tentang Max dapat segera terkuak, namun ia harus menunggu hingga tiba saatnya.Saat Jia pulang, ia tidak mendapatkan seseorang yang selalu berada disisinya setiap saat. "Dimana Allen? Ah! Aku melupakannya, hari ini Allen pergi ke Apartemen
Setelah pertemuan dengan Shella dan Gael, Allen akhirnya kembali ke kediaman Jia. Allen segera keluar dari mobil dan membawa kembali makanan yang ia bawakan nya untuk Lily dan Shella. "Sayang jika aku harus membuangnya," ucap Allen dengan menatap tajam kearah pintu. "Mungkin Wanita gila itu akan menyukainya..."Allen baru saja memasuki area ruang tamu, namun ia mendapati pemandangan Jia yang tengah menunggu Kedatangannya hingga tertidur. Jia mendengar suara, ia pun memilih bangun dari mimpinya dan melihat kearah depan. "Allen? Kau datang sejak tadi?" Ia membenarkan posisinya yang semula berbaring."Sudah makan sesuatu? Aku membawakan makanan untukmu." Allen membuka kotak roti tersebut. "Kupikir kau mungkin menyukainya, jadi aku membawakan beberapa. Tapi jika kau tidak ingin, maka katakan saja." Hari ini benar-benar melelahkan bagi Allen. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.Tangan Jia terulur untuk mencoba roti yang dibawa Allen. "Aku tidak menya
Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim
Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper
Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan
Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke
Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih
Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti
Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya
Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal
Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b