Share

bab 11. Menjebak Pelakor

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-11 06:39:48

"Selamat terpuruk, Dit. Kamu harus merasakan kesakitan yang jauh lebih parah dari yang kurasakan sekarang!"

Dinda menyeringai lalu menghapus pesan yang tadi diketiknya untuk Dita, sekaligus pesan balasan dari janda itu. Dia lalu bangkit dan menuju ke lemari baju tempat menyimpan berbagai sertifikat aset dan BPKB mobilnya.

Dinda kemudian berjalan mengendap-endap dengan membawa map yang berisi dokumen itu lalu menyimpan nya di lemari baju milik Windi.

Dengan perlahan-lahan Dinda kembali ke kamarnya lalu merebahkan diri di ranjang dan menghela nafas panjang. Mempersiapkan dan memantapkan hati serta menata penjelasan yang akan diberikan pada orang tuanya, orang tua Herman, sekaligus pada Windi, anaknya tentang perpisahan yang sudah terpampang di depan mata. Hingga tak terasa dia terlelap dalam buaian mimpi.

***

Dinda terbangun saat pipi nya ditepuk-tepuk lembut oleh tangan Herman.

"Bangun, Sayang."

Dinda membuka mata nya yang nyaris terasa berat.

"Happy anniversary pernikahan kita yang
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 12. Tanda Tangan, Mas!

    "Selamat malam, Dita. Saya sudah menunggumu dari tadi. Ayo, masuk dulu," sapa Dinda ramah pada Dita yang memucat. Dita tercengang melihat wajah Dinda yang di hadapannya. Dia terdiam dan terpaku di depan kamar hotel."Kok B-bu Dinda di sini?" tanya Dita terbata-bata. "Yah, saya di sini karena memang saya ingin membicarakan sesuatu dengan kamu dan suami ...""Lama banget, Yang ... lho kamu ..." Suara Herman terhenti saat melihat Dita yang berdiri dengan gugup di depan pintu kamar hotelnya. Dita pun menatap balik ke arah Herman yang hanya mengenakan handuk di bagian pinggang. Herman dan Dita saling berpandangan dengan bingung. Dinda tersenyum. "Masuklah, Dit. Ada yang ingin kubicarakan dengan kalian."Dita menggelengkan kepalanya perlahan. Lelaki itu berdiri di belakang punggung Dinda sehingga Dinda tidak bisa melihat ke arah wajah Herman, hanya Dita yang berdiri di hadapannya lah yang bisa memandang Herman dengan jelas. "Sa-saya pasti salah kamar. Saya tadi kesini untuk bertemu d

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 13. Mempermalukan Pelakor

    "Hah? Malam-malam begini?"Sejenak keraguan terlihat di wajah Dinda. "Kalau tidak malam ini, lalu kapan aku mengatakan nya pada mertuaku? Aku takut kalau aku menunda pembicaraan ini, bisa-bisa mas Herman menjemput Windi dan menjadikan nya senjata untuk melemahkan niatku," ujar Dinda.Fifi menghela nafas. "Yah, kamu benar. Kalau kamu nggak menjemput anak kamu, dikhawatirkan nanti Herman membawa dan menyembunyikan anak kamu agar tuntutanmu pada Herman dibatalkan. Tapi sekarang sudah jam setengah sebelas malam. Apa mertua kamu tidak tidur?" tanya Fifi sambil melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan nya. Dinda pun melemparkan pandangan nya di sekeliling halaman depan sebagai tempat parkir hotel yang sudah sepi. Hanya beberapa mobil yang terparkir di sana tanpa manusia dan tiga orang satpam di pos depan. "Yah, mau bagaimana lagi. Aku harus ke rumah mertuaku sekarang, Fi.""Baiklah. Hati-hati di jalan. Kabari aku jika terjadi sesuatu padamu," ucap Fifi seraya masuk ke dalam mo

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12
  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 14. Anak Ikutan Malu

    "A-aku harus apa tadi?""Menunggu mamiku opname.""Kenapa harus aku? Kan bisa saja ...""Siapa? Dinda? Aku dan Dinda kan sedang dalam proses cerai karena kamu dan sekarang kenapa kamu yang sewot dan tidak mau menunggu ibuku?""Lho, kamu kok jadi nyalahin aku sih?" protes Dita. Dia sebenarnya agak malu dan gengsi karena di hadapannya ada pemilik warung yang menatapnya dengan kesal, apalagi panggilan telepon nya diaktifkan secara loud speaker. "Sudah, sudah! Kalau kamu mencintai aku, seharusnya kamu mencintai mamiku juga! Dan ... Kalau kamu tidak mau menunggui mamiku opname, kembalikan gelang emas yang sudah kuberikan padamu!""Astaga! Kamu pelit sekali!""Bukan pelit tapi aku menggunakan logika. Kamu harus ke rumah sakit Griya Sehat, paviliun mawar. Aku sudah dalam perjalanan ke kantor karena ada meeting penting!"Dita melongo saat Herman memutuskan panggilan teleponnya secara sepihak. "Mas, Mas Herman! Tunggu ...!"Tut! Tut! Tut!Dengan ekspresi wajah yang tidak bisa dilukiskan deng

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12
  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 15

    Beberapa saat sebelumnya, Dinda baru saja sarapan dengan Windi, saat bi Inah masuk melalui pintu depan yang tidak dikunci. "Assalamualaikum, Bu Dinda.""Waalaikumsalam. Masuk, Bi. Saya sedang buru-buru karena akan mengantarkan Windi sekolah sekaligus berangkat dinas pagi. Sekaligus ada yang ingin saya sampaikan pada bi Inah," sahut Dinda berdiri dan menarik lengan bi Inah ke ruang belakang, tempat mencuci baju. Dinda menoleh ke arah Windi sekilas. "Sayang, kalau sarapannya sudah selesai, tunggu di depan rumah ya.""Iya, Ma," ujar Windi sambil menikmati nasi putih dan nugget ayam nya. Sementara itu Bi Inah menatap Dinda dengan penuh tanda tanya. "Ada apa, Bu? Kenapa Bu Dinda menyuruh saya untuk masuk lebih pagi?" tanya bi Inah bingung. "Apa saya melakukan kesalahan?" Dinda menatap ke arah Bi Inah lekat-lekat. "Bi Inah, saya akan menceritakan apa yang terjadi pada rumah tangga dan sekaligus meminta tolong Bi Inah.""Sebenarnya ada apa, Bu?""Suami saya selingkuh dengan Dita.""As

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 16

    "Dinda, HRD tempat Herman bekerja adalah teman baik ayah. Ayah tidak terima dengan perlakuan Herman padamu. Dulu sebelum kalian menikah dan masih dalam masa pendekatan, ayah lah yang membantu nya masuk ke perusahaan itu dengan bantuan teman ayah. Sekarang ayah akan membuatnya dipecat dengan tidak hormat melalui teman ayah juga dengan alasan moralitas pegawai!"Dinda menoleh ke arah ayahnya. "Tidak usah, Yah. Ayah tidak perlu mengotori tangan Ayah untuk membuat mas Herman dipecat. Lagipula tidak baik memutuskan rejeki orang. Kalau pun mas Herman dipecat, aku ingin mas Herman dipecat atas kesalahannya sendiri. Bukan karena peristiwa ini.""Apa kamu tidak sakit hati atas perlakuan suami kamu? Aku saja yang istrinya mas Chandra merasa sakit hati lo, Din. Masa kamu biasa aja sih?" tanya Via. "Wah, jangan tanya perasaan ku, Mbak. Aku bahkan sampai memposting video dan foto saat Dita, selingkuhannya mas Herman yang saling berkelahi dengan anggota arisan di akun sosial warung seafood tempat

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 17

    "Dit, kita harus mencari kontrakan segera. Kita kan tinggal di homestay ini sehari bayar seratus ribu. Sekarang sudah tiga hari dan kita belum juga dapat kontrakan baru," ujar Ambar dengan nada cemas pada Dita. Dita menghela nafas berat sambil menyandarkan punggungnya ke kursi kayu yang ada di kamar homestay nya. "Ibu benar. Tapi aku juga sedang pusing dan banyak pikiran. Rina baru saja dibully oleh teman-temannya yang mengatainya anak pelakor, aku juga diusir oleh maminya mas Herman yang tidak rela jika aku menjadi menantunya. Aku bingung, Bu."Ambar mendelik mendengar kata-kata Dita. "Teman Rina berani mengatai Rina? Padahal masih kelas dua SD! Kur*ng ajar! Kita pindah sekolah saja, Dit. Ibu tidak terima kalau cucu ibu dihina-hina. Kalau perlu ibu akan labrak teman Rina dan orang tuanya sekalian, agar tidak seenaknya pada Rina!""Hm, iya Bu. Nanti kita pikirkan hal itu. Aku sungguh bingung kita akan pindah kemana!""Kamu minta sama Herman saja. Kamu pernah bilang kan kalau Herman

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-14
  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 18

    Dinda melajukan mobilnya dan berhenti di depan rumah mewah dan megah. "Permisi, Pak. Apa di sini rumah pak Adinata?" tanya Dinda dari balik kemudi saat kedua satpam menghentikan laju mobilnya di depan gerbang besar rumah itu. "Oh, benar. Nama ibu siapa dan ada perlu apa dengan pak Adi?" tanya salah satu satpam dengan tegas. "Nama saya Dinda. Saya kemari karena menemukan dompet atas nama pak Adinata dan akan mengembalikannya pada beliau."Kedua satpam yang ada di hadapan Dinda berpandangan. "Hm, baiklah. Tunggu sebentar, Bu."Dinda mengangguk lalu membelai rambut Windi."Kamu nggak apa-apa ikut mama kesini? Makan siang kamu tertunda kan?" tanya Dinda. Windi tersenyum. "Hm, nggak apa-apa, Ma. Windi memang pingin jalan-jalan dulu sekaligus ingin tahu pemilik dompet ini," sahut Windi. Dinda tersenyum. "Kamu jujur sekali, Sayang. Mama bangga padamu. Kamu memberikan dompet ini pada ibu padahal bisa saja kamu diam saja dan justru membuangnya."Windi tersenyum. "Kan mama yang mengajark

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-14
  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 19

    "Hm, baiklah. Biar saya yang beli semuanya. Cash. Dan lebih baik saya sekarang datang ke rumah mbak Dinda untuk melihat rumah dan sawah itu. Bagaimana?"Dinda melongo dan tampak tidak percaya. "Baiklah. Deal!"Dinda menatap ke arah lawan bicaranya. "Apa pak Adinata serius ingin membeli semua aset saya tersebut?"Adinata tertawa. "Saya sebenarnya tidak suka mengulangi ucapan saya. Tapi baiklah kali ini saya akan mengulangi nya lagi, jadi dengarkan baik-baik ya mbak Dinda. Saya bersedia membeli rumah, sawah, dan mobil mbak Dinda, cash. Apa sudah jelas, Mbak?" tanya Adinata tegas. "Sudah jelas. Tapi yang saya belum mengerti kenapa pak Adi melakukan nya? Saya tidak mau kalau bapak membelinya karena merasa kasihan pada saya," ujar Dinda. Adinata menghembus kan nafas panjang. "Tadi kan mbak Dinda minta tolong saya untuk membantu penjualan aset. Sekarang begitu ada pembelinya, kenapa mbak Dinda justru ragu-ragu? Yang penting kan ada yang beli dan tunai. Kalau alasan untuk membeli, ya te

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-15

Bab terbaru

  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 51 (tamat)

    Beberapa saat sebelumnya, Herman yang gagal mencari informasi tentang keberadaan anaknya, tidak putus asa. Lelaki yang telah membaca pesan ancaman dari Dita ke nomor handphone Dinda bergegas ke alun-alun kota kendati masih belum jam tujuh malam. Akhirnya Herman menemukan sosok yang mencurigakan sedang mondar mandir di sekitar bak sampah alun-alun kota. Herman memilih bersembunyi di sekitar tempat sampah itu dengan menyamar memakai topeng dan masker warna hitam. Beberapa saat berlalu, dan setelah Herman melihat Dinda memasukkan tas ransel ke dalam tempat sampah itu, Herman memergoki sesosok tubuh yang mengambil tas itu dan langsung pergi. Herman pun langsung mengikutinya dengan hati-hati.Setelah sampai di vila dan melihat sosok itu masuk ke dalam vila, Herman segera mengitari hutan yang ada di belakang vila. Beberapa saat kemudian dia berpikir untuk menyelamatkan Windi lebih dahulu daripada polisi, karena dia ingin merebut hak asuh anak dari Dinda. "Lebih baik, aku membuat jebakan

  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 50

    Beberapa saat sebelumnya,"Kita jadi membawa anak ini ke bekas vila yang kemarin bapak tunjukkan padaku?" tanya Dita saat mereka dalam perjalanan setelah membawa Windi. "Jadi! Bapak sudah membuat kunci duplikat nya. Kebetulan vila itu adalah bangunan rusak yang tidak pernah dijenguk lagi oleh Sulis. Yah, mungkin karena dia lelah mengurus terlalu banyak aset, sehingga salah satu vilaya ya yang terburuk dan dan terpencil tidak tersentuh.""Baiklah, aku nurut saja. Yang penting nanti dapat duit dan aman," sahut Dita seraya memegangi badan Windi. Sementara itu di depannya, Santosa sedang fokus mengemudi. Mereka tiba di vila yang dimaksud Santosa dan segera menggendong tubuh Windi ke salah satu kamar lalu memotret nya dan mengirim fotonya melalui nomor baru ke nomor Dinda lalu membuang nomor itu. "Nanti kalau kamu menghubungi nomor Dinda, kamu bisa menggunakan nomor lama yang diprivat, Dit. Kalau untuk mengirim foto dan pesan, pakai nomor baru itu kemudian buang ya," pesan Santosa, Dita

  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 49

    [Sediakan uang tiga ratus juta dan letakkan di tempat sampah alun - alun kota kalau ingin anakmu selamat!]Dinda tercengang membaca pesan whatsapp dari nomor yang belum tersimpan di ponsel nya itu. Belum sempat Dinda berpikir untuk mengambil keputusan, pesan terbaru masuk lagi ke ponsel nya. [Jangan coba-coba lapor polisi, atau anak kamu akan kami habisi!][Kamu harus meletakkan uang senilai tiga ratus juta dalam sebuah tas, malam ini jam tujuh di tempat sampah warna hijau yang ada di ujung taman alun-alun.][Tempat sampah itu bertuliskan nomor tiga. Anak kamu akan dikembalikan selamat setelah uang itu kamu letakkan di sana!]Dengan cepat dia menelepon bi Inah. Namun sayang sekali, nada dering tidak kunjung berubah menjadi suara bi Inah. Dinda semakin bingung. Dia menarik napas panjang dan berusaha untuk tetap tenang. Akhir nya dia teringat dengan Adinata. Dengan cepat, Dinda menekan nomor telepon Adinata. Tak perlu menunggu lama, suara nada tunggu di hp langsung berubah menjadi s

  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 48

    Adinata berlalu dari rumahnya menuju ke rumah Dinda. Dan tidak seperti biasanya, dia yang selalu langsung menekan bel pintu sekarang duduk terpekur sendirian di kursi teras rumah Dinda. "Hah, hatiku berantakan sekali gara-gara pertemuan dengan papa dan anak simpanan nya. Sebenarnya nggak tega melihat papa yang meminta modal usaha, tapi melihat papa yang telah mengkhianati mama dan ternyata sampai mempunyai anak segede aku, membuatku sakit hati," ujar Adinata. Lelaki itu menangkupkan kedua belah tangannya di muka seraya membuang napas berat. "Ya Allah ternyata melihat orang tua bercerai sangat menyakitkan. Apalagi melihat papa selingkuh dari mama. Hatiku sakit banget. Jadi seperti ini rasa nya. Pasti sakit hati yang dirasakan oleh Dinda lebih parah dari yang kurasakan," gumam Adinata. Mendadak pintu terbuka dari dalam. "Mama, aku mau beli buku tulis dulu. Eh, ada papa baru! Kok disini saja, Pa? Biasanya kan masuk ke rumah?" tanya Windi terkejut melihat Adinata yang terbengong-bengo

  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 47

    "Bu Sulis! Bu Sulis! Bagaimana denganku? Angkat aku sebagai karyawan Ibu! Bukankah saya sudah memberikan informasi yang berharga?" tanya Herman dengan penuh harap.Sulis menatap ke arah Herman lalu menghela napas panjang. "Baiklah. Kamu bisa bekerja denganku. Tapi sebagai satpam di perusahaan. Bagaimana? Apa kamu bisa menerima hal itu?" tanya Sulis menatap ke arah Herman. Herman tercengang. "Hah? Saya kan seorang sarjana. Saya tidak mungkin bekerja sebagai satpam, Bu! Tolong lah yang masuk akal jika memberikan pekerjaan."Sulis mengangkat sebelah alisnya. "Saya sudah memeriksa penyebab kamu dipecat dari perusahaan, dan kesalahan kamu adalah telah melakukan korupsi kan?" tanya Sulis dengan mendelik. Herman tertunduk. Matanya tampak menatap ke arah bawah. Menekuri kakinya."Saya minta maaf. Waktu itu saya khilaf. Saya melakukan korupsi karena saya gelap mata dan saya dipaksa oleh Dita. Saya sangat menyesalinya, Bu," ujar Herman lirih. "Hm, kalau begitu kamu harus bisa membuktikan pa

  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 46

    Beberapa saat sebelumnya, "Mang Udin, kamu harus menjaga rahasia tentang hari ini. Tentang apapun perkataan Herman, pokoknya kamu harus menyimpan rahasia jika kita bertemu dengan Herman. Jangan membicarakan tentang Istri simpanan bapak maupun anaknya pada bapak, maupun pada Adinata dan Adista. Apa kamu paham, mang Udin?" tanya Sulis saat mereka baru saja masuk melalui pintu gerbang rumah. Mang Udin dengan wajah bingung menatap Sulis dari kaca spion tengah mobil nya. Tapi akhirnya Mang Udin hanya bisa menurut dan mengangguk kan kepalanya. "Baik, Bu. Bu Sulis yang semangat ya. Sebaiknya ibu lebih bijak dalam menghadapi hal ini, jangan terburu mengambil kepuasan agar Bu Sulis tidak menyesal pada akhirnya," ujar Mang Udin. Sulis melirik ke arah Mang Udin yang berusia sepuluh tahun lebih muda darinya itu. "Mang, mang! Kamu tidak tahu rasa nya dikhianati. Andai kan saja istri kamu yang berkhianat setelah kalian menikah sekian tahun bahkan sampai mempunyai anak dengan lelaki lain, apa

  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 45

    Herman perlahan mendekat ke arah supir pribadi Sulis. "Heh, ngapain kamu dekat-dekat kami? Kamu mau minta ganti rugi? Ck, gimana minta ganti rugi, yang salah itu kamu! Kamu kan yang menyeberang jalan sembarangan dan nggak pakai noleh kanan dan kiri? Masa mau minta ganti rugi pada saya?" tanya sopir pribadi Sulis dengan nada tak terima. Herman menatap ke arah Sulis, membuat Sulis jengah. Dia segera mengalihkan pandangan nya ke arah sang supir. "Sudah lah, Mang. Biar saja saya bayar semua kerugian ini. Satu juta, dua juta tidak menjadi masalah untuk saya yang penting semuanya berakhir dengan damai," ujar Sulis lalu membuka tas tangan nya yang mungil dan cantik. "Ah, ibu terlalu baik sama tukang bakso ini. Wong saya tahu dengan pasti bahwa dia duluan yang menyeberang jalan tanpa melihat-lihat kanan dan kiri. Kalau ibu bertanggung jawab atas kesalahan tukang bakso ini bukan tidak mungkin kalau tukang bakso ini akan mengulangi perbuatannya lagi. Sengaja menabraknya kan dagangan nya yan

  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 44

    "Astaga! Itu kan Dita? Kurang ajar, Dita harus mengembalikan perhiasan mami!' gumam Herman seraya mendekati Dita dengan mempersiapkan tinjunya. "Dita! Sini kamu!" Dita yang hendak memasuki warung Padang mendadak berhenti dan tahu-tahu Herman sudah mencekal tangan Dita. Dita terkejut dan melongo saat melihat Herman sudah mendelik dengan wajah menahan marah di samping nya membuat Dita tidak bisa kabur lagi. Dita menggerak-gerakkan tangannya yang sedang dipegangi tangan Herman sekuat-kuatnya. "Lepaskan, aku! Atau aku akan berteriak kalau kamu adalah orang yang akan mencopet ku. Dan kamu akan dipukuli orang!"Herman melotot dan tertawa. "Kamu pikir aku bodoh? Aku bisa mengatakan yang sejujurnya pada orang-orang di sini kalau kamu itu istriku dan kamu telah mencuri uang dari lemari mami!" ujar Herman balik mengancam Dita. Dita tersenyum meledek untuk menutupi hatinya yang takut. "Hei Mas, mereka tidak akan percaya karena tampang gembel kayak kamu mana mungkin suamiku?" "Mereka akan

  • OM SERING KE RUMAH KALAU MALAM    bab 43

    "Jadi kamu memang benar-benar anakku?"Dita menatap ke arah lelaki yang berumur hampir dari lima puluh tahun di hadapannya."Benar. Tentu saja. Ibuku adalah mantan pacar bapak. Dan karena cintanya pada bapak, ibuku tidak menggugurkan ku dalam kandungan. Ibu juga rela diusir oleh keluarga nya karena hamil di luar nikah."Sesaat wajah Santosa tampak gusar. Dia menatap Dita dengan ekspresi yang campur aduk. "Dita." Santosa menghela napas dan menatap ke arah anak gadisnya yang sudah disia-siakan nya selama ini. "Ya, Pak?""Jangan menganggu keluarga Bapak!"Wajah Dita berbinar karena mendengar bapaknya mengakui keberadaan dirinya. Tapi juga menjadi sedih karena seperti nya dia belum bisa menjadi bagian dari keluarga bapaknya. "Baiklah. Aku tidak akan mengganggu keluarga bapak. Tapi dengan satu syarat...""Katakan berapa yang kamu inginkan?"Dita tersembunyi mendengar kata-kata dari bapaknya yang memotong pembicaraan nya. "Syukurlah bapak sudah paham dengan permintaanku. Karena itu aku

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status