“Atau kamu oom kasih gitar akustik dan elektrik? Mengingat yang ada di kamu kan hanya pinjaman dari Dessy. Gak apa-apa oom kasih yang baru.”
Adri makin setengah mati menolak. Namun setelah didesak berkali-kali dan ia terpikir akan sesuatu akhirnya ia menyampaikan satu permintaan. Permintaan itu adalah agar seorang sahabatnya yang memiliki latar belakang farmasi dicarikan pekerjaan. Orang itu tak lain adalah Waluyo. Ia difabel dan Adri berharap pak Aldo mungkin bisa memiliki koneksi agar orang itu bisa dipekerjakan di tempat yang sesuai.
Pembicaraan telpon mereka baru berakhir ketika Adri menangkap bayangan seseorang.
“Dessy!”
Yang dipanggil menoleh.
“Kenapa nyanda pake sepatu?”
“Heran liat gue nyeker yah?” Dessy tergelak. “Gue taruh di luar gara-gara tadi sempat kecemplung di genangan air.”
Adri manggut. Pagi tadi memang cuaca hujan terus dan menimbulkan banya
Kendati beberapa orang ikut menyanyi bersama Adri, Dessy memutuskan untuk hanya menyimak. Lagu yang dipilih Adri benar-benar seolah seperti menggoda dirinya gara-gara judulnya yang terasa provokatif: ‘How Deep Is Your Love.’ ‘Adri, ditujukan ke dirikukah pertanyaan itu?’ Adri tidak tampil di acara terakhir. Sesaat setelah turun dari panggung Dessy sudah menunggui di anak tangga panggung. Sebuah bahasa tubuh yang seolah tak sabar menunggu Adri kembali ‘mendarat’ di bumi setelah sebelumnya sukses membuat Dessy mengawang-awang dengan semua performancenya yang mempesona. [Catatan Penulis: Yang ingin tahu seperti apa lagunya seperti apa silahkan search di Youtube: Bee Gees – How Deep Is Your Love] Mereka bercakap sesaat di bawah tangga. Namun saat hendak kembali ke meja, Dessy sudah mendapati bahwa meja yang tadi ia duduki sudah diokupasi orang-orang lain. Ia sudah bergerak untuk
Mereka berjalan ke sisi luar mall yang lebih terbuka. Tangan Dessy bersedekap memegangi kedua lengan sendiri sebagai respon dingin malam yang mulai menggigit. Melihat itu Adri spontan melepas gitar dan kemudian melepas juga jaket yang ia pakai. Dessy sedang menatap ke suatu arah ketika tiba-tiba tubuhnya ditutupi jaket. “Lho?” “Aku nggak ingin kamu kedinginan.” “Tapi aku...” “Ssssh..... sudahlah. Kamu udah support aku sejauh ini, masa’ sih aku gak boleh balas kebaikan hatimu.” Ucapan itu membuat Dessy akhirnya mengambil keputusan mengalah. Lagipula kehadiran jaket yang hanya ditaruh begitu saja sudah menimbulkan rasa hangat. ‘Mungkin sehangat itu pula hatiku kalau bisa bersamanya,’ Dessy membatin. Pikirannya sempat melambung sesaat. Adri mendadak mengusik dirinya dengan sebuah pertanyaan. “Dessy, mmm....... kapan kita bisa tampil bareng?” “Maksudmu?” “Aku udah lihat penampilan kamu di Youtube.” Dessy menatap Adri dengan mimik kaget. Walau tanpa suara, mulutnya yang terbuka j
Dessy tentu tahu mengenai alat itu. Tapi tak menyangka bahwa ia kemudian akan memilikinya. Lebih tak menyangka lagi bahwa si bopung ternyata begitu memperhatikan dirinya sampai-sampai ‘bela-belain’ membeli perangkat imut semacam itu. "Mudah-mudahan dengan ini kamu nggak akan kepanasan lagi.” "Memang kalau aku kepanasan kenapa?" "Takut kamu nggak mau datang lagi." Cep! Jantung Dessy seperti ditancap sebuah panah. Entah panah apa. Panah Cupid mungkin. “Terima kasih.” Dessy menggeluarkan ponselnya dan menghubungkan dengan kabel. Seketika aksesoris kipas pun menyala. Namun suasana malam yang agak dingin tentu saja tak membuat dingin yang tercipta tak lagi berarti. Setelah puas mencoba, Dessy menaruh aksesoris ponsel tadi ke tas kecil yang ia bawa. “Terima kasih.” “Aku juga mau traktir kamu camilan. Boleh?” Dessy b
Adri menoleh dan mengetahui permasalahan yang dihadapi. Karena kedua tangan Dessy memegangi sosis dan wadahnya, Adri tahu bahwa akan kesulitan bagi Dessy untuk membersihkan noda di mulut. Ia langsung berinisiatif menolong. Sapu tangannya kembali ia keluarkan dan dengan spontan serta lembut ia meminta Dessy tidak bergerak sementara ia membersihkan sekitar mulutnya. Dessy menahan nafas. Wajah Ardi berjarak amat dekat sampai-sampai ia bisa merasakan hembusan nafas pria itu mengenai wajahnya. “Sudah? Sudah bersih lagi mukaku?” tanya Dessy setelah dilihatnya Adri menyelesaikan pekerjaannya. “Bukan hanya bersih,” cetus Adri sembari memasukkan lagi saputangan ke dalam saku celana. “Kamu udah cantik lagi.” Sementara Adri melanjutkan menyantap sate sosis, dalam diamnya hati Dessy sebetulnya bergemuruh. Ini adalah untuk pertamakalinya Adri menyebut dirinya ‘cantik’. Sebuah ungkapan yang sudah sangat sering ia dengar
Hatinya mendadak galau. Jauh sebelum momen saat itu, Mama – yang ternyata pernah memiliki pacar yang sesuku dengan Adri – pernah mengatakan bahwa ‘nekad’ memang adalah satu ciri pria dari sana. Saat mereka menyatakan cinta, mereka yang terbiasa pemalu, pendiam, introvert, bisa berbalik 180 derajat. Seperti kura-kura yang terkesan lambat tapi mendadak bisa bergerak sangat refleks ketika mengejar dan memangsa buruannya, pria suku ini pun seperti itu. Mereka itu tak ubahnya Kura-kura Ninja! Alasannya sederhana: mereka melihat masa depan yang penuh tantangan dan sadar mereka tak bisa sendiri. Mereka butuh kekuatan dari pasangan pendamping untuk membantu menjalani kehidupan. Pemilihan pasangan pendamping yang tepat adalah keniscayaan. Itulah yang membuat mereka sangat nekad dan gigih sekalipun dalam batas tertentu terkesan tak masuk akal karena melanggar pakem sebagai orang yang seharusnya tidaklah seagresif itu. Bermaksud mengalihkan rasa gu
“Halaaah.... bilang aja lu emang mau kissing gue. Dasar badung lu!” “Habisnya kamu ragu-ragu, ya udah deh. Aku kecup dirimu. Hehehe... Tapi kamu suka nggak?” “Idih, malah kecewa.” “Kecewa karena ternyata aku bisa lancang?” “Bukan itu.” “Terus? Kecewa karena apa?” “Kecewa karena .... gak puas.” “Haaaa? Gak puas?” “Koq kamu beraninya cuma sekilas sih. Lamaan dikit keq...” Dan kenekadan Adri pun naik berkali-kali lipat. Ia tidak peduli ucapan Dessy tadi hanya canda atau apa. Ia pun tak peduli bahwa gadis itu masih memiliki pacar di luar sana yang entah apa yang dilakukannya saat ini. Ia juga tak peduli dengan larangan orangtuanya. Yang jelas tak berapa lama ia kembali mengecup hangatnya mulut gadis itu yang sama sekali tak menyangka bahwa Adri akan kembali melancarkan ‘serangan balik’ berupa kecupan kedua. Sebuah ciuman hangat, penuh sensasi, membakar jiwa, membangkit gairah nan memabukkan. Yang membuatnya terlupa sekeliling sampai kemudian kecupan berakhir di mana langit jauh di
Dessy terlihat panik. Ia melihat ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada orang yang mendengar apa yang Arjun ucapkan. Ia meminta agar Arjun memelankan suara. Arjun malah bangkit dari bangku yang diduduki dan melangkah keluar. “Kalo gue hancur, lu juga hancur.” “Nggak apa-apa. Orang-orang udah banyak tau gue cowok badung, malas, badboy. So what? Nothing to loose kalo gue hancur. “ “Gue m-minta elo jangan n-nekad.” Nada suara Dessy bergetar menahan takut. “Oh malah elo tau sifat gue kan? Gue bisa nekad kalo gak ngedapetin apa yang gue mau. Tapi elo, orang ngenal elo sebagai cewek santun, berprestasi, anak manis. Begitu elo hancur, hancur juga masa depan elo. Ngerti? Jangan nangis! Gue udah muak liat elo bikin drakor seperti ini.” Tangis Dessy makin keras. Ia terpojok. Arjun benar. Ia telah tahu dan mendapat kelemahannya yang ia siap jadikan kartu truf untuk menjatuhkan dirinya. Dan Dessy tak kuasa untuk m
Beberapa siswa pria berteriak spontan atas aksi tak terduga tadi. Dua siswi terpekik. Tapi Adri ternyata sudah mengantisipasi kemungkinan itu. Ia lebih dari siap saat menyongsong serangan lawan. Tanpa melepas Paw Paw di tangan, kedua kaki dan tangannya sudah membentuk kuda-kuda sendiri. Jadi ketika Arjun melancarkan serangan ia menghindar ke samping. Posisi Arjun jadi rentan karena pijakan kaki belum sepenuhnya imbang dan bagian tubuh depannya pun ikut terbuka. Ini jadi mangsa empuk bagi Adri yang langsung melontarkan jurus kepalan tegak. Sebuah teknik bela diri silat dimana dengan kepal jari tangan ia melakukan gerakan memukul dengan tangan kanan tepat ke arah dada. Satu jurus. Dan selesai begitu saja. Semua orang di dalam kantin terpana melihat hasil akhir yang tidak seru karena pertarungan berlangsung hanya beberapa detik dan tiba-tiba saja ‘game over’. Mereka bagai tidak percaya melihat Arjun yang kini tergeletak di pojok ruangan dalam posisi terduduk. Ini