Beranda / Romansa / OBSESI PRIA BERKUASA / Bahkan jika hanya kebencian

Share

Bahkan jika hanya kebencian

Penulis: Chatrin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-21 23:06:22

Agatha terbangun dengan napas tersengal, matanya yang dulu penuh dengan api perlawanan kini tampak sayu. Dia duduk di atas sofa, merasakan dinginnya kain di bawah tubuhnya. Tangannya bergetar pelan saat dia menyadari bahwa dia tidak sendirian—Rohander duduk di kursi di depannya, kedua lengannya disilangkan di dada, mata gelapnya tajam, memperhatikannya dengan intens.

Cahaya sore yang menyelinap dari jendela membentuk bayangan halus di wajahnya, tapi Rohander tidak bergerak, hanya mengamati setiap perubahan kecil dalam ekspresi Agatha. Dia berusaha menutupi kekalutannya dengan tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja," suaranya terdengar pecah, nyaris seperti bisikan. Namun, di dalam dadanya, denyut ketegangan terus bertalu-talu, tak tertahankan.

“Jangan berbohong, Agatha,” suara Rohander rendah, tapi ada sesuatu yang keras dan dingin di balik nada itu, yang membuat kata-katanya seperti cambukan halus. "Kau tidak baik-baik saja." Ujung bibirnya melengkung sedikit, hampir seolah mengejek, t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Kau bukan bonekaku, tapi kau milikku

    Pagi itu, suasana di mansion berubah. Rohander, yang biasanya menyendiri, kini menerima kunjungan para tokoh penting dari dunia bisnis dan kriminal yang hanya sesekali muncul di tempat itu. Setiap tamu yang tiba disambut dengan penjagaan ketat, menandakan betapa pentingnya pertemuan kali ini. Agatha, yang masih terperangkap dalam keputusasaannya, memperhatikan dari jendela kamarnya, merasa jengkel namun penasaran.Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan Rohander muncul, mengamati Agatha dengan pandangan tak tertebak. "Turun bersamaku. Aku ingin kau ada di sana."Agatha, yang masih belum pulih dari percakapan mereka sebelumnya, mendengus. “Apa aku harus ikut? Ini urusanmu, bukan urusanku.”Rohander tidak menjawab, hanya memberikan tatapan tegas yang membuat Agatha mengerti bahwa ini bukanlah undangan, melainkan perintah. Tanpa kata-kata, ia menuntunnya ke ruang pertemuan, tangannya menggenggam lengan Agatha dengan kuat namun terasa posesif.Ruangan itu dipenuhi oleh pria-pria berpe

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Jangan mencoba memisahkan kami

    Agatha mendadak menahan kepalanya, wajahnya memucat dan keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Rasa nyeri menjalar dari pelipisnya hingga ke leher, membuatnya tersentak. Instinctnya berontak, seolah ada suara yang berteriak di dalam kepalanya, memaksanya untuk bangkit dari tempatnya.Rohander, yang masih berada di dekatnya, langsung panik saat melihat ekspresi kesakitan di wajah Agatha. “Agatha! Apa yang terjadi? Kau tidak apa-apa?” tanyanya, suaranya penuh kecemasan saat dia meraih lengan Agatha dengan lembut.Agatha, berusaha menenangkan, menarik napas dalam-dalam. “Aku… hanya butuh istirahat sebentar,” katanya, suaranya bergetar namun berusaha terdengar tenang. Dia tahu dia tidak bisa menunjukkan kelemahan di hadapan Rohander, apalagi di saat-saat seperti ini.Tanpa peringatan lebih lanjut, Rohander mengangkat Agatha, memangku tubuhnya dengan kuat, seolah dia adalah anak kecil yang sedang berpegangan pada orang tuanya. Agatha merasa wajahnya memanas, meskipun dalam keadaan sep

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Beban berat

    Agatha terbangun di pagi hari dengan sinar matahari menyelinap melalui tirai, menciptakan pola cahaya di lantai kayu. Suasana di dalam kamar terasa sunyi, hanya terdengar suara angin yang berdesir. Dia mengedarkan pandangannya, melihat potret dirinya yang terkurung di dalam rutinitas baru ini. Rohander sudah pergi bekerja, meninggalkannya dalam kesunyian yang menyakitkan.Sementara itu, pikirannya berputar tentang rencana untuk melarikan diri. Di bawah tumpukan bantal, dia menemukan handphone pribadinya yang tersembunyi. Bagaimana bisa benda ini ada di sini? Mungkin dia salah tempat, atau Rohander tidak menyadari keberadaannya. Agatha dengan cepat menyalakannya, jari-jarinya bergetar saat ia membuka daftar kontak, mencari seseorang yang bisa membantunya. Dia menelpon seseorang yang dia harap bisa memberinya informasi. Namun, ketika suara di ujung sana terdengar, dia tahu bahwa orang itu tidak dapat berbicara langsung. Pesan-pesan samar dan tersembunyi membuatnya frustrasi. Keputusasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Kau adalah segalanya bagiku

    Saat Agatha melangkah keluar dari kafe, dia melihat mobil mewah hitam mengkilap menunggu di depan. Di balik kaca jendela, sosok Rohander tampak menantinya dengan senyuman, meski senyum itu kini terasa lebih menyakitkan bagi Agatha setelah mengetahui rahasia yang menyelubungi pria itu. Di sampingnya, Lila mengamati dengan tajam, merasakan ketegangan yang berpotensi pecah di antara mereka.“Jaga dirimu,” Lila berbisik sebelum Agatha melangkah lebih dekat ke mobil.“Aku akan,” jawab Agatha, mencoba menampakkan keberanian meski hatinya bergejolak.Rohander keluar dari mobil dan membukakan pintu untuknya, tetap dengan senyum yang sama. Namun, saat Agatha melangkah masuk, dia merasakan tatapan tajam Lila yang masih mengawasinya. Sebelum pintu ditutup, Lila melontarkan satu kalimat singkat namun bermakna, “Ingat, Agatha. Jaga dirimu.”Setelah pintu tertutup, Rohander meluncurkan mobil dengan kecepatan lembut. Namun suasana di dalamnya tampak kaku. Agatha tidak merasakan dorongan untuk berbic

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Di mana kebebasan itu sekarang?

    Agatha berbalik, meninggalkan Rohander yang terdiam dalam kebingungan. Dia melangkah cepat ke arah jendela, matanya terpaku pada pemandangan luar yang seakan menjadi pelarian dari ketegangan di dalam ruangan. Gelombang ombak berdebur keras di pantai, menciptakan suara latar yang seolah menggema dengan jeritan hatinya. Dia ingin berlari, meninggalkan semua ini, tetapi di balik hatinya, dia tahu bahwa semua itu tak semudah yang diharapkan.Rohander masih berdiri di tempatnya, matanya meneliti ekspresi Agatha. Dia bisa melihat keputusasaan yang terpancar dari wajahnya. “Agatha,” suaranya terdengar pelan, namun Agatha tidak menoleh. Dia merasa lelah, sangat lelah untuk terus bertahan di antara cinta dan kebencian, antara harapan dan keputusasaan.“Jangan,” Agatha akhirnya berkata, suaranya serak. “Aku tidak ingin mendengarnya lagi. Apa pun yang kau katakan, itu tidak akan mengubah kenyataan.” Dia menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata yang sudah mengancam akan jatuh.Rohander melan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Untuk apa pil itu?

    Rohander berdiri terpaku di samping tempat tidur, menatap tubuh Agatha yang terbaring dengan wajah pucat. Nafasnya tertahan saat seorang pria berpakaian serba hitam—dokter pribadinya—membolak-balikkan pergelangan tangan Agatha dengan cepat, seolah mencari sesuatu yang tidak seharusnya ada di sana.“Apa yang terjadi padanya?” suara Rohander terdengar tegang, hampir pecah oleh kepanikan. Dokter itu tidak menjawab, melainkan terus memeriksa tangan Agatha. Wajahnya berubah serius saat menemukan bekas luka tipis di pergelangan tangan Agatha. Luka itu samar, hampir tidak terlihat jika tidak diperhatikan dengan saksama, namun cukup bagi dokter untuk menampakkan ekspresi ngeri yang jarang ia tunjukkan.“Ini tidak mungkin...” gumam dokter itu pelan, namun cukup jelas untuk didengar oleh Rohander. “Bagaimana bisa...?”“Apa maksudmu?!” Rohander kini tidak sabar. Tangannya mengepal, hampir ingin menarik pria itu agar memberi jawaban yang lebih jelas. “Katakan, apa yang terjadi pada Agatha?!”Dok

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Hancur di depannya

    Ketika Agatha terbangun, matanya perlahan menyesuaikan diri dengan cahaya lembut di kamar. Namun, detik berikutnya, tatapannya bertemu dengan Rohander yang berdiri di ujung tempat tidur, seperti bayangan gelap yang mengintai. Matanya menatap Agatha dengan tajam, penuh amarah yang terkendali, tapi diam. Keheningan yang mencekam membuat ruangan terasa semakin kecil dan sesak.Agatha menelan ludah, jantungnya berdetak lebih cepat. Ada ketegangan yang begitu tebal, tapi dia tidak bisa mengerti apa yang sedang terjadi. Perlahan, ia mencoba berbicara, suaranya serak dan lembut, “Apa yang terjadi, Rohander?”Sebelum dia bisa menyelesaikan pertanyaannya. Sebuah botol kecil dilemparkan ke kasur tepat di depannya, memantul dan mendarat di dekat tangannya. Agatha menatap botol itu sejenak, matanya membelalak. Itu adalah botol pil yang selama ini dia sembunyikan, pil yang dia gunakan untuk… mengatasi situasi.Rohander akhirnya bersuara, nadanya dalam dan dingin, "Kau bisa menjelaskan ini, Agatha?

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Suara penuh kesedihan

    Rohander merangkak mendekati Agatha, menggeser kursi dengan lembut dan duduk di samping tempat tidurnya. Dengan hati-hati, ia mencoba untuk mendekat, namun Agatha langsung memalingkan wajahnya, enggan untuk menatapnya. Ia bisa merasakan panas amarah yang masih menyelimuti Rohander, setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti mengandung ancaman. “Agatha, dengarkan aku!” suaranya menggema, penuh ketegangan. “Ini semua demi keselamatanmu. Kenapa kau terus melawan?”Agatha tidak menjawab, hanya menatap kosong ke dinding, berusaha mengabaikan ketegangan di udara. Namun, hatinya penuh gejolak. Setiap detik yang berlalu, ia merasa terjepit di antara pilihan-pilihan sulit yang dihadapinya.“Jika kau terus begini, kau tidak akan mendapatkan apa pun! Kau hampir mencapai batasmu!” teriaknya, semakin mendekat.Akhirnya, Agatha menoleh, matanya bersinar dengan semangat yang membara. “Batasku? Rohander, kau tidak tahu seberapa dalam rasa sakit ini!” suaranya naik, dipenuhi kemarahan dan keputus

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07

Bab terbaru

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Melepaskan demi kebaikan

    Agatha memejamkan mata sejenak, perasaan yang selama ini ia coba hindari kembali muncul. Ia tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri. Walaupun ia tahu apa yang Rohander lakukan padanya adalah kejam dan manipulatif, ia juga tahu bahwa pria itu pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya. Ada banyak kenangan indah, meskipun semuanya telah terdistorsi oleh kebohongan dan kekuasaan yang dipaksakan."Rohander..." bisik Agatha pelan, hatinya berdetak lebih cepat.Ia tidak tahu apa yang harus dirasakannya sekarang. Cinta? Kebencian? Penyesalan? Semua perasaan itu berbaur, sulit untuk dipisahkan. Namun, ia juga tahu bahwa ini adalah akhir dari perjalanan panjang yang penuh dengan kebohongan dan manipulasi.Tepat saat itu, seorang agen datang mendekatinya, mengabarkan bahwa semua proses penangkapan telah selesai dan bahwa Rohander kini berada dalam tahanan. “Kau sudah melakukan yang benar, Agatha,” kata agen tersebut dengan nada penuh pengertian. “Kebenaran telah terungkap, dan semuanya akan

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Semua yang tersembunyi dalam hatinya

    Agatha terus berlari, meski napasnya mulai memburu dan tubuhnya terasa lelah. Ia tidak berhenti, bahkan ketika langkah-langkahnya semakin berat, pikirannya tetap tajam dan penuh perhitungan. Ia tahu bahwa selama ini ada sesuatu yang salah dengan segala yang terjadi padanya—sesuatu yang lebih besar dari sekadar manipulasi, sesuatu yang lebih gelap dan lebih berbahaya.Langkah kaki Agatha terhenti saat ia sampai di sebuah jembatan tua yang sepi. Di sana, berdiri seorang pria yang tidak ia kenal. Agatha langsung merasa ada yang aneh dengan kehadirannya. Pria itu mengenakan jas hitam, wajahnya tersembunyi sebagian oleh topi lebar yang ia kenakan. Namun, ada sesuatu di mata pria itu yang membuat Agatha merasa familiar—sesuatu yang mengingatkannya pada Rahander.“Agatha,” pria itu memulai, suaranya rendah namun tegas. “Aku tahu kamu akan datang. Aku tidak bisa membiarkanmu berlari tanpa tahu kebenarannya.”Agatha menatapnya dengan tajam, kecurigaan mulai memenuhi dirinya. “Kau siapa? Apa

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Dalang terungkap

    Agatha terbangun tengah malam, matanya terbuka lebar saat mendapati kamar yang gelap. Suasana malam itu terasa lebih sunyi daripada biasanya, hanya ada suara angin yang menderu pelan di luar. Ia menoleh ke samping tempat tidur, namun Rohander tidak ada di sana.Perasaan curiga mulai merayapi pikirannya. Rohander yang pergi tanpa memberitahunya, tanpa alasan, itu terasa aneh. Sebelumnya, ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam sikap Rohander, dan sekarang perasaan itu semakin menguat.Agatha duduk di pinggir tempat tidur, menarik napas dalam-dalam. Ia mencoba menenangkan dirinya, tetapi tak bisa mengabaikan kekhawatiran yang membangkitkan rasa cemas di hatinya.Beberapa saat kemudian, terdengar suara derap langkah kaki dari luar, dan pintu kamar perlahan terbuka. Agatha mengerutkan kening. Ternyata, Rohander kembali, dengan wajah yang tampak lelah dan bingung. Sepertinya, dia tidak mengharapkan Agatha terbangun.Namun, sebelum Agatha sempat bertanya apa yang sedang terjadi, Rohande

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Elysium

    Dengan keteguhan di hati, Agatha dan Rohander mulai menyelidiki lebih dalam tentang siapa yang berada di balik semua kekacauan ini. Mereka bertemu dengan lebih banyak orang yang terlibat dalam jaringan ini, orang-orang yang selama ini bersembunyi di balik bayang-bayang, orang-orang yang memiliki kekuatan luar biasa dan niat yang lebih gelap dari yang bisa mereka bayangkan. Setiap langkah mereka semakin membawa mereka lebih dekat pada kebenaran yang menakutkan, tetapi sekaligus memberi mereka sedikit harapan.Di tengah perjalanan mereka, mereka menemukan petunjuk yang mengarah pada sebuah organisasi rahasia yang disebut Elysium. Organisasi ini memiliki sejarah panjang dalam eksperimen manusia, dan Agatha ternyata memiliki hubungan langsung dengan mereka. Tidak hanya sebagai subjek eksperimen, tapi juga sebagai bagian dari proyek mereka yang lebih besar, yang tujuannya adalah untuk menciptakan entitas yang bisa mengendalikan pikiran dan realitas.Suatu malam, setelah berjam-jam mene

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Informasi baru

    Beberapa hari setelah keputusan mereka untuk bergerak maju, masalah demi masalah mulai satu per satu terpecahkan. Agatha dan Rohander bekerja sama, menggali lebih dalam ke dalam misteri yang mengelilingi mereka. Setiap langkah yang mereka ambil, meskipun penuh risiko, memberikan jawaban yang lebih jelas tentang siapa yang berada di balik semua ini dan apa tujuan mereka.Di sebuah pertemuan tertutup, Rohander akhirnya berhasil menghubungi seseorang dari jaringan lamanya yang bisa dipercaya. Seorang informan yang dikenal dengan nama "Apex," yang ternyata mengetahui lebih banyak daripada yang semula mereka duga."Aku sudah mendapatkan informasi baru," kata Apex melalui ponsel kepada Rohander saat mereka berada di ruang bawah tanah yang terisolasi. "Liam yang kau temui beberapa hari lalu adalah bagian dari jaringan yang lebih besar, lebih gelap. Mereka bukan hanya sekedar ancaman biasa. Mereka memiliki koneksi jauh lebih dalam, yang berhubungan dengan keluarga politik besar yang berkuas

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Mencoba mempercayai untuk kesekian kalinya

    Liam menutup pintu dengan lembut, matanya tetap tajam menatap Agatha dan Rohander, mencoba mengukur reaksi mereka. Agatha, yang masih terkejut, mulai merasakan kekhawatiran mendalam di dadanya. "Liam... apa maksudmu dengan kekuatan yang lebih besar itu?" Suaranya sedikit tercekat, seolah tak siap menerima kenyataan yang baru saja datang menghampiri mereka.Liam menghela napas panjang, seolah berat untuk berbicara. "Aku tak bisa menjelaskan semuanya sekarang, Agatha, tapi ada orang-orang yang selama ini mengamati kalian berdua. Mereka tahu apa yang terjadi, mereka tahu tentang Rohander, tentang apa yang telah terjadi di masa lalu, dan mereka akan melakukan apa saja untuk memastikan kekuasaan mereka tetap terjaga."Rohander berdiri lebih tegak, tampaknya sudah mulai memahami bahwa ini lebih dari sekadar masalah antara dia dan Agatha. "Siapa mereka, Liam?" tanyanya dengan suara yang lebih serius, penuh tekad. "Apa yang mereka inginkan dari kami?"Liam menatap Rohander sejenak sebelum a

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Kebenaran lain yang menyakitkan

    Agatha menatap kalung itu dengan cemas, jari-jarinya gemetar saat menyentuh liontin yang tampaknya begitu akrab namun terasa asing. Suasana di ruangan itu semakin tegang, hanya ada detakan jantung mereka yang terdengar jelas di antara keheningan yang berat.Rohander, yang masih berlutut di depan Agatha, memandangi wajahnya dengan penuh harapan, meski ada kekhawatiran yang jelas di matanya. “Agatha, aku tahu aku telah melukai kepercayaanmu. Tapi, aku tidak pernah bermaksud untuk membahayakanmu. Semua yang aku lakukan, aku lakukan karena aku takut kehilanganmu.”Agatha menarik napas panjang, matanya masih tertuju pada kalung yang kini terasa sangat berat di tangannya. “Kehilangan? Atau karena aku terlalu penting bagimu sehingga kamu tak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di sekitarmu?” tanyanya pelan, suara itu terdengar hampir seperti bisikan.Rohander menatapnya dalam, seperti mencari jawaban dari setiap kata yang keluar dari mulut Agatha. "Aku tak tahu lagi apa yang harus ak

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Pusaran kebohongan

    Rohander berdiri mematung, wajahnya yang biasanya tenang berubah gelap. Tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya. Agatha tahu ada sesuatu yang besar yang dia sembunyikan, sesuatu yang bahkan dia tak ingin mengungkapkannya.“Rohander,” suara Agatha terdengar tajam. “Siapa ini di belakangku? Apa maksud semua ini?”Rohander mengulurkan tangan, mencoba mengambil foto itu, tetapi Agatha dengan cepat menariknya kembali. “Jangan. Kau tidak akan bisa mengalihkan pembicaraan kali ini. Aku butuh jawaban.”Dia mendesah berat, lalu mengusap wajahnya dengan tangan yang gemetar. “Agatha, ini bukan waktu yang tepat. Tolong percayalah padaku.”“Percaya?” Agatha tertawa sinis, emosinya meluap. “Kau telah memanipulasiku, menyuntikkan bahan kimia ke tubuhku, mencoba menghapus ingatanku. Dan sekarang kau bilang aku harus percaya?!”Rohander menatapnya penuh kesakitan, tetapi tetap tak berkata apa-apa.“Apa yang kau sembunyikan dariku, Rohander?” tuntut Agatha. Dia mengangkat kunci kecil yang ada di dala

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Terkejut dan ketakutan

    Rohander melepaskan pelukan itu perlahan, meskipun terasa berat. Matanya memandang wajah Agatha yang sedikit memerah, entah karena emosi atau mungkin kelelahan. Dia ingin mengatakan lebih banyak, menjelaskan lebih dalam, tetapi tatapan Agatha memintanya untuk diam—setidaknya untuk saat ini.“Aku butuh waktu,” ucap Agatha akhirnya, suaranya tenang tapi ada luka yang masih tergambar jelas di sana. “Kita tidak bisa melupakan semuanya begitu saja, Rohander. Semua yang sudah kau lakukan… itu terlalu banyak.”Rohander mengangguk. “Aku tahu,” jawabnya pelan. “Aku tidak akan memaksamu. Tapi aku tidak akan berhenti berusaha. Jika itu berarti memberimu waktu, maka aku akan menunggu, Agatha. Berapa lama pun itu.”Agatha menelan ludah, perasaan yang bercampur aduk kembali menyerang. “Kau bilang begitu, tapi aku tahu kau tidak sabar, Rohander. Kau tidak tahu bagaimana caranya menunggu. Kau terlalu… obsesif.”Rohander terkekeh kecil, meski lemah. “Aku sedang belajar, Agatha. Dan ini pelajaran tersu

DMCA.com Protection Status