Sebuah balai menjulang di tengah-tengah Kota Magna. Balai megah itu terbuat dari batu dengan arsitektur yang memukau. Patung-patung dan ukiran berseni menghiasi sekujur tubuh balai itu. Ratusan kaca di jendela terpampang, memantulkan sorot matahari ke berbagai arah sehingga tampak seperti kilau berlian dari kejauhan. Balai itu dulunya adalah salah satu kebanggaan Kota Magna, namun bertahun-tahun pengabaian telah membuatnya menjadi kusam dan kesepian. Meski begitu, bangunan itu tetap mencolok. Kemegahannya masih sangat kentara, menggoda penguasa dan penakluk dari manapun untuk mendudukinya.Balai itu kini dihuni oleh seorang penguasa. Di sebuah aula yang terletak di jantung balai, matriark itu duduk dengan santai di birai jendela yang lebarnya sepanjang empat lengan orang dewasa. Ia menengok keluar, memadang dengan malas pada bangunan-bangunan kesepian di luar sana. Tak jauh darinya, tiga orang bawahan setia menanti dengan penuh hormat. Seorang Demon, Harpy, dan Dullahan, ketiganya mena
Plaga adalah tangan dari Malus. Semua anggota di Empat Tungkai, yang hampir semuanya tewas, memahami dengan baik bagaimana Plaga bisa memjadi tangan kanan sang Matriark. Dari penampilannya saja, Plaga sungguh menawan. Gestur dan gerak-gerik tubuhnya anggun dan tertata. Orang-orang akan terhipnosis ketika melihat gerakannya yang ringkas dan elegan saat melakukan sesuatu. Sementara itu, kekuatan Plaga juga tidak diragukan lagi. Dia sendiri adalah seorang Demon, makhluk kegelapan yang terlahir dengan kapasitas fisik dan sihir yang melampaui seorang Ksatria sekalipun. Konon, hanya butuh satu jentikan jari bagi Plaga untuk membakar seluruh alun-alun Kota Magna yang diameternya beratus meter.Di sisi lain, ada Quaera, tangan kiri Malus. Seorang Lich yang tubuhnya hanya tinggal kerangka. Dibandingkan dengan Plaga yang elegan, Quaera seperti gembel urakan. Pakaiannya lusuh, tampak tidak pernah diganti atau dibersihkan. Bahkan, orang-orang bisa melihat lapisan debu yang melapisi ten
O terus memanggil Narator, tapi tak terhitung sudah ia mencoba, suara dalam kepalanya itu tak juga menjawab. O mencari-cari, menerka, apa yang sebenarnya sedang terjadi. Jika Narator adalah sebuah sistem yang berasal dari luar, mungkin saja ada semacam sinyal yang terhalang. O keluar dari ruangan itu. Ia mencari tempat yang lapang, tempat tinggi, dan sebagainya. Seperti mencari sinyal untuk telepon genggam. Namun percuma, tidak ada kemajuan apapun. Mungkin saja Narator adalah sebuah sistem yang ditanamkam dalam kepalanya. Ada sesuatu, sebuah perlakuan, yang membuat sistem itu berhenti bekerja. Atau....'Raungan Jiwa'Dua kata itu terlintas di benak O. Apakah selama ini Narator adalah Raungan Jiwa yang berasal dari kristal intinya? Jika benar, siapa? Tidak. Tidak. Jika benar identitas Narator adalah Raungan Jiwa, maka yang penting sekarang adalah mencari Narator dalam dirinya sendiri. Selebihnya, ia bisa menanyakan langsung pada Narator.
O tidak pernah punya banyak teman. Ia mengenal banyak orang, tetapi yang punya peran sebagai teman bisa dihitung dengan sebelah tangan. Bagi O, seorang teman bukan sekedar orang-orang dengan tujuan sama. Bagi O, seseorang layak dikatakan sebagai ketika orang itu memperlakukan orang lain seperti dirinya sendiri. Standar O mungkin terlalu tinggi, tapi ia juga menerapkan standar itu pada dirinya sendiri. Oleh karena itu, ia tetap memberi pilihan pada Livor meskipun ia bisa bersikap otoriter. Ia juga tidak pernah memaksa Narator untuk mengatakan hal-hal yang mungkin membuat suara dalam kepalanya itu terganggu. Misalnya, cerita di balik tubuh Lich ini dan asal usul Narator sendiri.Akan tetapi, bukan berarti O berhenti mencoba. Dia tidak memaksa, bukan berarti ia melupakannya sama sekali. Ia akan mencari momen yang tepat, dan tentunya, cara yang tepat pula."Hei, Narator. Ke mana saja kau?"""Saya selalu bersama Anda.""O tidak merasa geli lagi mendeng
Tyrant Ooze.Berdasarkan penjelasan Narator, monster satu ini masih satu keluarga dengan slime. Hanya saja, yang satu ini kelewat ekstrem....Bayangkan saja, ukurannya bahkan bisa menyamai gerbang air yang panjangnya saja mencapai ratusan meter. Namun, yang paling berbahaya adalah elemen yang dimiliki oleh lendir raksasa ini, yaitu elemen kegelapan. Bayangkan sihir yang bisa dilakukan makhluk ini.""Peringatan waspada! Sihir Lubang Hitam level maksimal terdeteksi!"""Ah, kenapa firasat burukku selalu kejadian, sih?"Peringatan dari Narator muncul sedetik setelah fomasi sihir raksasa muncul di perut Tyrant Ooze. O tanpa ragu terjun ke arah yang berlawanan. Memperkirakan dari arah hisapannya lubang hitam itu, O bisa memanfaatkan tembok gerbang air sebagai penghalangnya.Bola hitam berdiameter seukuran tubuh O terbentuk di dalam tubuh Tyrant Ooze. Tubuhnya tidak terpengaruh bola hitam itu, sementara semua yang terhisap ke dalam bola
O mengalahkan ratusan Imp dengan mudah. Ia nenembakkan sihir jarak jauh untuk menghlau monster-monster berwajah monyet tersebut. Ketika Imp-imp tersebut mengubah taktik dan menyerang dari segala penjuru, O segera menyesuaikan dengan sihir area jarak menengah. Beberapa Imp mampu menerobos pertahanan O, tapi tidak ada satupun yang berhasil menyentuhnya."Flagrans!" Tubuh O terbakar, tapi api itu tidak melukainya sama sekali. Sebaliknya, semua musuh yang menyentuhnya tersulut api tanpa terkecuali."Oh, ho, ho, ho!" tawa O pecah di antara pekik penderitaan, persis seperti seorang tokoh penjahat. "Terima kasih sudah membuatku jatuh ke jurang itu!"Cairan hitam memenuhi lantai. O menyerap semua Nyx itu tanpa tersisa.""Selamat, tingkat asimilasi Anda mencapai 90%!""Pesan dari Narator itu membuat O berbunga-bunga. Sembilan puluh persen, artinya ia bisa menggunkan jenis sihir baru."He, Narator. Ini artinya aku bisa menggunaka
Sang Dullaham berputar-putar di udara seperti baling-baling pemotong rumput. Senjata O, sebuah sabit besar, biasanya juga digunakan untuk memotong rumput. Apakah ini pertarungan alat-alat pertanian?Oke, cukup bercandamya."Glacien!"Sebuah tembok es tebal terbentuk di udara dalam sekejap mata. Namun sang Dullahan menghancurkan tembok es itu seperti tembikar belaka. O tidak mengantisipasi hal ini. Ia terlalu percaya diri akan kekuatan sihirnya.""Peringatan bahaya! Dullahan ini tidak biasa. Segera melarikan diri!""Peringatan itu tidak diperlukan. Saat Dullahan itu menghancurkan perisai esnya, sudah menyadari perbedaan level yang sangat jauh.O berguling ke samping, ke tepi tangga. Saat Dullahan itu hampir mendarat, O menggunakan Sihir Perisai Es sekali lagi dan memerangkap sang Dullahan dalam tembok es. Kemudian O menjatuhkan diri, terjun ke lentai dasar.Tidak butuh waktu lama bagi sang Dullahan untuk membebaskan diri. Ia menggunakan aura, energi unik yang dimiliki kelas Ksatria, un
Malus sedang duduk malas di birai jendela selebar dua lengan lelaki dewasa. Tatapannya melayang jauh ke balik jendela, ke tembok Kota Magna. Beberapa jam yang lalu, ia telah membagi tugas pada keempat bawahan terkuatnya. Plaga, tangan kanan sekaligus pelayan yang tak pernah meninggalkan sisinya, juga pergi melaksankan tugas.Ordo Pelahap Malam. Organisasi yang didirikan Malus itu dari luar tampak sebagai sindikat penampung kriminal, penjahat, dan orang-orang aneh yang tidak mendapat tempat dalam tatanan masyarakat Valandria. Orang-orang di luar sana melihat Ordo Pelahap Malam sebagai organisasi yang terstruktur, kuat dan nyaris tak tersentuh sejak menguasai Kota Magna 5 tahun yang lalu. Malus sendiri merupakan satu dari Empat Raja Iblis yang mengguncang Valandria, dan itu mengokohkan Ordo Pelahap Maut sebagai salah satu organisasi terkuat di dunia.Namun, semua itu tidaklah benar. Ordo Pelahap Maut bukanlah organisasi yang terstruktur. Memang benar organisasi ini menampung banyak "oran