Share

Tidak Akan Berpisah Lagi

Author: Risca Amelia
last update Huling Na-update: 2025-03-15 22:15:23

Meski Romeo tak menoleh sama sekali, Diva masih terus meronta-ronta. Suaranya melengking di antara pekikan sirene dan derap langkah para petugas yang mengawalnya.

"Tolong, Pak, saya ingin bicara dengan Kak Romeo," serunya, sarat dengan emosi. "Sebentar saja."

Para polisi saling bertukar pandang, ragu apakah akan mengabulkan permintaan tersangka yang jelas-jelas baru saja mencoba membunuh seseorang.

Sementara itu, Romeo sudah mendudukkan Suri di dalam mobil. Namun, ketika pria itu hendak menutup pintu, Suri tiba-tiba mencegahnya.

"Sayang, bicaralah pada Diva," tutur Suri lembut. "Untuk terakhir kali."

Romeo mengerutkan kening, menoleh ke arah Suri, seolah ingin meyakinkan bahwa istrinya tidak salah bicara. Namun, tatapan Suri yang penuh pengertian dan ketulusan, membuat Romeo menemukan jawaban.

"Mungkin, bila kamu yang menasihatinya, Diva akan lebih tenang," lanjut Suri.

Romeo menarik napas dalam, lalu keluar dari mobilnya. Dengan sopan, pria itu meminta kepada polisi agar memb
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Godaan di dalam Air

    Tak lama kemudian, mobil mereka berhenti di depan apartemen. Romeo keluar lebih dulu untuk membukakan pintu untuk Suri. “Mau kugendong lagi ke atas?” tanyanya setengah menggoda.Suri tertawa kecil. “Tidak perlu. Aku baik-baik saja.” Sambil bergandengan tangan, keduanya berjalan berdampingan memasuki lobi. Begitu mereka sampai di unit apartemen, langkah Suri langsung tertuju ke kamar, hatinya berdebar penuh kerinduan. Di sana, dua bayi kembar mereka, Jevandro dan Jeandra, sedang menyusu dari botol yang berisi ASI perah. Mata mungil mereka yang jernih berkedip-kedip saat melihat ibunya datang. Dengan mata berkaca-kaca, Suri mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi lembut bayi-bayinya. Ia bersyukur karena telah kembali dengan selamat. Dan, yang terpenting, ia bisa berkumpul lagi dengan kedua buah hatinya. Romeo berdiri di samping Suri, tersenyum melihat pemandangan indah itu. Rasa bahagia terus mengalir dalam hatinya, bagai aliran sungai yang tak pernah surut. Sungguh, keluarga k

    Huling Na-update : 2025-03-16
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Masih Saja Membenci Suri

    Pagi hari di rumah sakit terasa begitu muram bagi Aira. Sejak membuka mata, ia tidak mengeluarkan satu kata pun. Bahkan, ketika Nyonya Valerie menatap wajahnya dengan penuh kasih sayang, Aira tetap mematung, seakan suaranya telah hilang entah ke mana. Sorot matanya kosong, menatap lurus ke langit-langit kamar tanpa ekspresi. Nyonya Valerie mencoba mengajak Aira mengobrol tentang hal-hal kecil, berharap bisa membangkitkan semangat putrinya. Namun, Aira tetap diam, seolah jiwanya telah tercabut dari tubuhnya. Bibirnya tertutup rapat seperti seseorang yang telah bersumpah untuk tidak berbicara lagi. "Aira, Sayang, Mama di sini,” tutur Nyonya Valerie lirih.Tangannya terulur, mengusap punggung tangan Aira dengan penuh kelembutan. Namun, putrinya tetap bergeming, tidak menoleh, tidak menunjukkan tanda-tanda mendengar. Aira seperti berada di dunia lain. Hati perempuan paruh baya itu semakin perih saat menyadari penyebab utama kebisuan Aira. Semalam, Aira mengetahui kenyataan pahit yang

    Huling Na-update : 2025-03-16
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Harapan yang Mulai Tumbuh

    Romeo menatap ibunya yang masih termenung di kursi, sorot matanya kosong, seolah pikirannya mengembara entah ke mana. Ia bisa saja melanjutkan perdebatan, menumpahkan semua ketidakpuasan yang selama ini tertahan, tetapi itu tidak ada gunanya. Percuma berbicara dengan seseorang yang masih menutup hati, terlebih ketika suasana begitu rapuh. Alih-alih memperpanjang ketegangan, Romeo memilih mendekati ranjang tempat Aira terbaring. Gadis itu masih dalam posisi yang sama, kedua matanya terpejam dan napasnya teratur. Namun, gerakan samar di kelopak matanya mengisyaratkan bahwa Aira tidak benar-benar tidur. Romeo tahu adiknya mendengar setiap kata yang ia ucapkan tadi. Tanpa ragu, Romeo berlutut di samping brankar. Tangannya bertumpu pada pagar besi di sisi tempat tidur, menatap wajah pucat adiknya dengan penuh kelembutan. "Aira, bagaimana perasaanmu hari ini? Apakah ada yang tidak nyaman?" tanya Romeo penuh kesabaran.Tak ada jawaban. Seperti yang sudah ia duga, Aira tetap dalam kehenin

    Huling Na-update : 2025-03-17
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Permintaan Seorang Anak

    Di samping tempat tidur Aira, Nyonya Valerie ikut memandang layar tak berkedip. Wajah bayi dalam gendongan Suri seakan menariknya kembali ke masa lalu, saat Romeo lahir di dunia. Tanpa sadar cairan bening menggenang di pelupuk wanita itu. Jevandro mirip sekali dengan bayi Romeo. Bahkan lekukan kecil di dagunya, cara matanya berkedip perlahan, dan ekspresi polosnya hampir sama. Hati Nyonya Valerie berdenyut nyeri. Dahulu, ia pernah menuduh bayi dalam kandungan Suri sebagai anak haram, meyakini dengan buta bahwa Suri telah mengkhianati Romeo. Namun sekarang, melihat bayi lelaki itu di layar, semua prasangkanya runtuh. Tidak ada kebohongan di sini. Tidak ada kesalahan yang dilakukan Suri. Yang berdosa justru dirinya—seorang ibu yang telah dengan mudahnya melontarkan tuduhan, tanpa sedikit pun memberi kesempatan untuk menjelaskan. Suri tampak menyerahkan Jevandro kepada pengasuh di luar layar, dan beberapa detik kemudian, ia kembali dengan bayi perempuan di gendongannya. “Dan ini,

    Huling Na-update : 2025-03-17
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Hilang Kewarasan

    Di dalam apartemen yang nyaman, Suri telah menyelesaikan rutinitas malamnya. Usai memandikan dan menyusui si kembar, ia menyelimuti mereka dengan hati-hati, memastikan mereka tidur dengan nyenyak di dalam boks bayi. Jeandra menggeliat sedikit, sedangkan Jevandro tampak lebih tenang, terlelap dalam tidurnya. Suri menatap mereka penuh kasih. Hatinya menghangat saat menyentuh rambut Jevandro dengan ujung jari, lalu berpindah membelai pipi Jeandra yang terasa lembut seperti kapas. Kedua buah hatinya adalah keajaiban paling indah yang ia miliki.Puas memandangi Jevandro dan Jeandra, Suri lantas beranjak ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Ia sudah menghafal dengan baik kebiasaan suaminya. Romeo pasti lapar setelah menemani Aira di rumah sakit, dan sebagai istri, ia ingin menyambut kepulangan sang suami dengan makanan lezat. Dengan penuh perhatian, Suri mulai menata meja makan, menyajikan hidangan hangat yang telah ia siapkan sejak tadi. Baru saja ia selesai, suara pintu apartemen te

    Huling Na-update : 2025-03-18
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kembalinya Sang CEO

    Suri berdiri di depan lemari, tangannya terampil memilih kemeja dan jas untuk Romeo yang akan kembali bekerja, setelah satu tahun absen dari kantor. Ia harus memastikan bahwa suaminya tampil dengan sempurna pada hari yang istimewa ini. Romeo baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih lembap. Ia mengangkat satu alis, saat melihat istrinya begitu sibuk menyiapkan baju, bahkan lebih sibuk dari dirinya sendiri. Dengan ekspresi serius, Suri memeriksa satu per satu jas yang tergantung rapi. Keningnya sedikit berkerut saat menilai potongan dan warnanya. "Sebenarnya, kamu ingin aku terlihat seperti apa hari ini, hem?" goda Romeo dengan nada rendah, seraya mendekati istrinya yang tengah merapikan lipatan jas. Suri melirik sekilas, lalu tersenyum tipis. "Seperti seorang CEO yang kembali ke tahtanya, setelah sekian lama menghilang," ujarnya ringan.Usai menimbang-nimbang, Suri mengambil dasi cokelat tua dengan pola sederhana, kemudian menyamakan dengan kemeja cokelat muda

    Huling Na-update : 2025-03-18
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Bayangan Kematian

    Di gang sempit yang terhimpit antara bangunan tua dan rumah kontrakan sederhana, seorang pria berjalan tergesa-gesa. Ia mengenakan jaket hitam dengan topi yang sengaja ditarik rendah, menutupi wajahnya dari tatapan orang-orang yang mungkin mengenalnya.Udara di gang sempit itu terasa pengap, menyimpan aroma lembap dari tembok-tembok yang berlumut. Ivan berjalan dengan kepala tertunduk, sesekali menoleh ke belakang seperti seorang buronan.Pikirannya dipenuhi kecemasan yang terus menghantui, sejak ia melarikan diri dari apartemen. Tak ada tempat aman lagi baginya. Tak ada perlindungan.Di tangan lelaki itu, hanya tersisa uang lima puluh ribu rupiah—jumlah yang bahkan tak cukup untuk menyewa tempat persembunyian baru. Itu hanya bisa untuk membeli makanan hari ini, sekadar mengganjal perut yang sudah kelaparan. Ivan menelan ludah. Perutnya yang kosong berkontraksi, menciptakan rasa sakit yang merayap hingga ke dada.Ia berharap bisa menemukan warung murah di ujung gang, sekadar membeli

    Huling Na-update : 2025-03-19
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Nenek dan Tante yang Baik

    Suri menarik napas dalam-dalam, lalu mengulurkan tangan untuk membuka pintu. Sejenak, ia memejamkan mata, meredam debar di dadanya yang meningkat dua kali lipat.Benar saja. Begitu pintu terbuka, Romeo berdiri di hadapannya dengan senyum cerah.Satu lengan Romeo melingkar di bahu Aira —adik perempuan yang selama ini dikenal Suri sebagai sosok angkuh dan penuh percaya diri. Namun, gadis yang berdiri di hadapannya bukanlah Aira yang ia kenal dulu. Tubuh Aira tampak lebih kurus, wajahnya pucat, dan matanya kehilangan binar kesombongan. Sekilas, Suri menangkap kelelahan yang menguar dari raut wajah gadis itu, seakan beban yang ia pikul terlalu berat untuk tubuhnya yang ringkih. Di belakang mereka, Nyonya Valerie berdiri diam. Tidak seperti biasanya, perempuan paruh baya tersebut sedikit menunduk, tak mengucapkan sepatah kata pun.Suri segera menyadari kecanggungan yang menyelimuti mereka. Dengan seulas senyum lembut, ia menyapa Aira dan Nyonya Valerie. “Silakan masuk, Aira, Mama Valeri

    Huling Na-update : 2025-03-19

Pinakabagong kabanata

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tiga Anak Kesayangan

    Langkah-langkah ringan terdengar menuruni tangga spiral di tengah mansion. Suri, mengenakan gaun rumah dan syal tipis di bahunya, turun dengan anggun sambil menoleh ke arah dapur. Ada sedikit garis khawatir di ujung matanya—sebuah kebiasaan yang tak bisa dihapuskan oleh waktu, terlebih saat menyangkut anak-anaknya.“Tini, makan malamnya sudah siap?” tanya Suri kepada salah satu pelayan. “Iya, Nyonya. Tinggal disajikan,” jawab sang pelayan sambil membungkuk sopan.Suri mengangguk, lalu mengarahkan pandangannya ke ruang kerja untuk mencari keberadaan Romeo.“Sayang, ayo makan malam dulu!”Pintu ruang kerja terbuka. Romeo menoleh dan membalas, “Baik, Sayang. Kami segera ke sana.”Ia pun berdiri dan menepuk bahu Jevandro ringan. “Ayo, Nak. Waktunya makan malam.”Jevandro bangkit, masih dalam diam, tetapi wajahnya tampak lebih ringan daripada saat ia datang tadi.Ketika mereka keluar dari ruang kerja, pandangan Suri jatuh pada sosok putra sulungnya. Wajah itu kini tumbuh menjadi dewasa, t

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tiga Anak Kesayangan

    Langkah-langkah ringan terdengar menuruni tangga spiral di tengah mansion. Suri, mengenakan gaun rumah dan syal tipis di bahunya, turun dengan anggun sambil menoleh ke arah dapur. Ada sedikit garis khawatir di ujung matanya—sebuah kebiasaan yang tak bisa dihapuskan oleh waktu, terlebih saat menyangkut anak-anaknya.“Tini, makan malamnya sudah siap?” tanya Suri kepada salah satu pelayan. “Iya, Nyonya. Tinggal disajikan,” jawab sang pelayan sambil membungkuk sopan.Suri mengangguk, lalu mengarahkan pandangannya ke ruang kerja untuk mencari keberadaan Romeo.“Sayang, ayo makan malam dulu!”Pintu ruang kerja terbuka. Romeo menoleh dan membalas, “Baik, Sayang. Kami segera ke sana.”Ia pun berdiri dan menepuk bahu Jevandro ringan. “Ayo, Nak. Waktunya makan malam.”Jevandro bangkit, masih dalam diam, tetapi wajahnya tampak lebih ringan daripada saat ia datang tadi.Ketika mereka keluar dari ruang kerja, pandangan Suri jatuh pada sosok putra sulungnya. Wajah itu kini tumbuh menjadi dewasa, t

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jangan Ulangi Kesalahan Papa!

    Selesai melakukan tugasnya, Jeandra segera menarik tangannya, seolah takut berada terlalu lama dalam lingkar keintiman yang tidak ia harapkan. Ia melangkah mundur, menghindari tatapan Kenan yang kini telah berbalik dan mulai mengenakan kembali kaos polo putihnya.“Saya tidak mau makan malam bersama Bapak,” tolak Jeandra tegas. “Saya lebih suka makan sendiri.”Kenan menatapnya sebentar, wajahnya tak menunjukkan perubahan apa pun. Pria itu hanya mengangguk, nyaris tanpa emosi. “Baiklah,” sahutnya ringan. "Kalau begitu, saya pulang sekarang.”Kenan menenteng tasnya, lalu menoleh sejenak sebelum melangkah ke pintu. “Jangan lupa, besok masuk kantor seperti biasa. Kamu tetap sekretaris saya, dan besok ada meeting penting. Datanglah tepat waktu.”“Ya, ya,” jawab Jeandra malas, mengibaskan tangannya tanpa menoleh.Dengan cepat, ia berjalan mendahului Kenan ke depan pintu apartemen. Sesampainya di sana, Jeandra berdiri dengan punggung lurus dan kepala sedikit menoleh ke samping. Tanpa ragu,

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Suami Istri Sungguhan

    Kenan lantas duduk bersandar di sofa empuk ruang tengah apartemen Jeandra, seolah ruangan itu telah lama menjadi miliknya. Cahaya temaram lampu gantung menciptakan siluet tegas di wajah tampannya yang selalu tenang dan sulit ditebak. Matanya menatap Jeandra sekilas, sebelum merogoh tas kerja kulit hitam yang ia bawa sejak tadi.Dengan gerakan terukur, Kenan mengeluarkan map dokumen berwarna gading lalu meletakkan di atas meja kaca di hadapannya.“Ini,” ucapnya seraya mendorong map itu ke arah Jeandra. “Draft perjanjian dari pengacara saya. Kami sudah berdiskusi cukup panjang tadi siang.”Jeandra menatap benda itu dengan kening berkerut, enggan menyentuhnya.“Dalam perjanjian ini,” lanjut Kenan tenang, “disepakati bahwa pernikahan kita akan tetap dijalankan selama enam bulan ke depan, demi menjaga nama baik keluarga saya, dan nama baik kamu juga. Setelah itu, saya akan memberimu satu milyar sebagai kompensasi perceraian.”Jeandra membelalak. “Enam bulan?” Sorot matanya menatap Kenan se

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Saya adalah Suamimu

    Langit nampak cerah ketika Jeandra tiba di butiknya, setelah hampir satu minggu tak menampakkan diri. Kedatangannya disambut dengan wajah-wajah penuh rindu dari para staf dan asistennya. Wangi lembut bunga peony yang menjadi ciri khas interior butik itu menguar di udara, memberikan rasa tenteram yang sudah lama tidak ia rasakan. Untuk sejenak, Jeandra merasa seperti pulang ke rumah kedua.“Bu Jeandra! Akhirnya datang juga,” seru Clara, asistennya yang setia, sembari menghampiri dengan antusias. Pegawai-pegawai lain ikut menyapa dan beberapa bahkan secara spontan memberikan pelukan ringan. “Kami pikir Anda tidak akan kembali dalam waktu dekat,” tambahnya dengan senyum lebar.Jeandra tertawa kecil. “Aku rindu tempat ini, tapi belum bisa datang setiap hari. Masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan di luar."Suasana hangat itu mendadak bertambah ramai, saat seorang wanita melangkah keluar dari ruang rias. Ia adalah Melina Pertiwi, calon pengantin dari keluarga pengusaha ternama yang s

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tanpa Rasa

    Meski sempat nyaris menolak dengan halus, Serin akhirnya menganggukkan kepala ketika Suri kembali mengajaknya makan siang. Ia mengikuti langkah Suri dan Jeandra menuju ruang makan keluarga dengan ragu-ragu. Kesadaran bahwa dirinya sedang berdiri di ambang perubahan besar—membuat hatinya berdebar.Selama makan siang, Serin lebih banyak menunduk dan menyentuh makanan di piringnya tanpa benar-benar mengecap rasanya. Namun, suasana akrab di meja makan membuat dada Serin terasa hangat. Sudah lama sekali ia tak merasakan atmosfer kekeluargaan seperti ini—sejak kepergian kedua orangtuanya.Terlebih, keramahan Jeandra yang sering menyelipkan obrolan ringan, serta perhatian halus dari Suri membuat Serin mulai merasa diterima, walau ia masih takut untuk terlalu banyak bicara. Ia lebih suka mendengar, mencatat dalam benaknya bagaimana sebuah keluarga yang sesungguhnya saling berinteraksi.Selesai makan siang, Serin kembali berdiri dengan sopan, lalu membungkukkan tubuh sedikit.“Terima kasih ban

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sandiwara Dalam Cinta

    Mendengar pengakuan dari bibir Serin, Jeandra nyaris tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Tatapan gadis itu memang tampak tulus, tetapi Jeandra mampu membaca lebih dalam dari sekadar kilau bening di bola mata seseorang. Ada yang disembunyikan, ada rasa yang terlalu ganjil untuk sekadar disebut cinta dalam waktu sesingkat itu. Dengan gerakan spontan, Jeandra memutar tubuh Serin agar menghadap ke arahnya. Kedua tangan Jeandra memegang bahu ramping Serin dengan kehangatan yang menguatkan, seperti seorang kakak yang sedang mencoba memahami keputusan adiknya.“Tatap mataku, Serin,” tukas Jeandra. “Jawab aku dengan jujur… apakah kamu sungguh-sungguh mencintai Jevan? Atau, kamu mengatakan semua ini atas suruhan seseorang?”Serin terdiam beberapa detik. Matanya membeku dalam kecamuk batin yang tak terucap. Di hadapannya, Jeandra menanti dengan penuh kesungguhan, seolah tak rela satu keping kebohongan pun bersembunyi.Serin tahu, Jeandra menuduhnya menyembunyikan kebenaran.

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mulai Jatuh Cinta

    Kalimat menenangkan yang diucapkan oleh Suri dan Romeo membuat suasana di ruangan itu terasa berbeda. Serin tak lagi merasa berada di ruang penghakiman, melainkan berada di tempat di mana ia bebas bersuara —tanpa prasangka, tanpa syarat.Sembari menggigit bibirnya, Serin mengangguk perlahan. Suara lirihnya keluar seperti bisikan dari jiwa yang selama ini terkunci rapat.“Terima kasih… telah menerima saya di sini.”Tak berselang lama, pelayan datang untuk menyajikan minuman, membuat keheningan sejenak mengendap di antara mereka. Suri menyesap teh di hadapannya, seakan ingin memberi jeda sebelum pertanyaan berikutnya dilontarkan.Tatapannya yang lembut terarah kembali menyentuh wajah Serin, mencoba menyelami rahasia yang tersimpan di balik sorot mata gadis itu.Pada akhirnya, Suri mulai mengajukan pertanyaan yang sejak semalam mengganjal di hatinya.“Serin,” panggilnya tenang. “Benarkah sekarang kamu bekerja sebagai karyawan magang di bagian call center?” “Iya, Tante, sebelumnya saya m

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Butuh Kejujuranmu

    Serin menunduk dalam-dalam. Air matanya hampir menetes, tetapi ia segera menahannya. Ia harus kuat. Ia tidak boleh gentar. Karena satu langkah saja yang salah, maka bukan hanya pekerjaannya yang akan lenyap, tapi juga martabat yang selama ini ia pertahankan dengan segenap tenaga.Seiring roda mobil yang menggesek halus permukaan aspal, denting waktu seakan melambat di telinga Serin. Keringat dingin mulai menggenang di dahinya, membasahi kulit tipis yang pucat pasi. Telapak tangannya lembap, menggigil oleh gugup yang tak mampu ia redam. Bola matanya menatap kosong ke jendela yang menampilkan dunia asing—megah dan berkelas—yang terasa begitu jauh dari kehidupannya sehari-hari. Ia tidak tahu di mana letak mansion keluarga Albantara. Bahkan, membayangkan wujudnya pun ia tidak berani.Namun satu hal yang ia yakini, rumah itu pasti tidak seperti rumah—melainkan seperti istana para raja.Serin memejamkan mata sejenak, bagaikan seorang tawanan yang hendak dibawa menuju ruang sidang. Ia tak

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status