Share

Saling Merawat

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2025-01-03 17:53:31

Setelah kembali ke kamar, Suri meletakkan gelas dan obat lambung yang dibawanya tersebut di atas nakas. Ia menunggu sampai Romeo keluar dari kamar mandi.

Ketika pria itu sudah membuka pintu, wajahnya tampak lebih segar. Romeo juga sudah berganti pakaian dengan piyama tidur.

Tak bisa menahan diri, Suri langsung bertanya, “Masih sakit?”

“Sedikit,” jawab Romeo sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“Minum obat lambung ini,” Suri menyodorkan obat dan air hangat yang telah ia siapkan. Namun, Romeo menggeleng pelan.

“Nanti juga sembuh sendiri. Aku tidak suka minum obat.”

Pria itu hanya meneguk sedikit air hangat yang diberikan Suri, kemudian ia berbaring di ranjang dan memejamkan mata. Melihat kondisi Romeo, Suri masih dirundung kekhawatiran. Ia mencoba mencari alternatif untuk membantu meredakan rasa tidak nyaman di perut lelaki itu.

“Mau aku gosok pakai minyak angin?” tawarnya sembari mengambil botol minyak angin.

Romeo membuka mata dan melirik botol berwarna hijau di tangan Su
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Calon Istri Sagara

    Di apartemennya yang luas, Sagara sedang duduk di meja makan, menghadap ke dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan kota. Pagi itu, ia mengenakan kaus putih sederhana yang terlihat kontras dengan interior apartemen yang modern. Di hadapannya, sepiring sandwich tuna dan secangkir kopi hitam mengepul, aroma pahitnya memenuhi udara. Sambil mengunyah perlahan, Sagara memandang layar laptopnya, mengecek email yang masuk. Jarinya bergerak cekatan di atas trackpad, membuka pesan-pesan yang berisi laporan, undangan, dan beberapa konfirmasi rapat. Tiba-tiba, dering telepon memecah keheningan. Ia meraih ponsel yang tergeletak di samping cangkir kopinya dan melihat nama yang tertera di layar. "Pagi, Ma," gumamnya pelan, lalu menjawab panggilan itu."Saga," suara lembut ibunya terdengar menyapa. "Kapan kamu akan mengenalkan Mama kepada kekasihmu?"Sagara mendesah, matanya menatap keluar jendela. Ia tahu percakapan ini akan menuju ke arah yang sama seperti minggu-minggu sebelumnya. “Ma, ak

    Last Updated : 2025-01-04
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Rekayasa Licik

    Romeo melangkah cepat memasuki kantornya, jas hitamnya bergoyang mengikuti ritme langkahnya yang tegas. Di belakangnya, Yonas sibuk mencatat perintah yang dilemparkan bosnya itu tanpa henti.“Yonas, siapkan semua bahan untuk meeting. Pastikan semua laporan keuangan dan slide presentasi proyek sudah lengkap di meja dalam setengah jam ke depan,” perintah Romeo tanpa menoleh.“Baik, Tuan,” jawab Yonas singkat. Dengan langkah lebar, lelaki berwajah datar itu bergegas menuju ruang kerjanya untuk melaksanakan tugas.Sementara itu, Romeo membuka pintu ruangannya dan melempar jas ke sandaran kursi sebelum duduk. Ia mulai memeriksa dokumen di laptopnya, fokus sepenuhnya pada pekerjaan yang menumpuk. Namun, ketenangan itu segera terganggu oleh suara interkom yang berdering di mejanya.“Selamat pagi, Tuan Romeo, maaf mengganggu. Di luar ada Nona Diva. Dia memaksa ingin bertemu Anda, katanya ada keperluan penting,” ucap sang sekretaris terdengar hati-hati. “Apakah Anda bersedia menemuinya?”Romeo

    Last Updated : 2025-01-04
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tertipu

    Aira sedang merias diri di depan cermin, saat ia menerima pesan dari Diva. Senyum puas terbit di wajahnya. Foto-foto sudah didapatkan, dan segalanya berjalan sesuai rencana. Gadis itu beranjak dari tempat tidur dengan semangat, mengambil kunci mobil dan bergegas keluar dari kamar. Menuruni tangga menuju lantai satu, Aira mengenakan blus kasmir lembut berwarna peach dan celana panjang putih yang memancarkan kesan elegan. Rambutnya yang panjang digerai, melambai di setiap langkahnya.Di ruang tengah, ia bertemu dengan Nyonya Valerie, ibunya, yang sedang memeriksa bunga mawar segar dalam vas kristal. Nyonya Valerie tersenyum melihat putrinya yang tampak begitu ceria hari ini.“Mau bimbingan skripsi di kampus, Sayang?” tanya Nyonya Valerie, suaranya lembut tetapi penuh rasa ingin tahu.Aira berhenti sejenak, menatap ibunya dengan mata berbinar. “Aku akan ke kantor Kak Romeo, Ma. Diva baru saja memberitahu kalau dia berhasil menemui Kak Romeo.”Nyonya Valerie mengangkat alis, senyumnya me

    Last Updated : 2025-01-05
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Bersama Sang CEO

    Setelah rapat panjang bersama tim arsiteknya, Suri menghela napas panjang. Mereka baru saja membahas persiapan presentasi Jadera City yang akan diadakan dua hari lagi. Rasa lelah mulai menguasainya. Suri memijat pelipisnya perlahan, berharap bisa meluangkan waktu sejenak untuk bersantai. Namun, teleponnya berbunyi, memberi tanda bahwa ada pesan masuk.Mata Suri berbinar saat membaca pesan dari Raysa.[Suri, bagaimana kalau kita makan pizza? Aku tunggu di parkiran. Jangan lama-lama, ya!]Pesan itu ternyata cukup ampuh untuk mengusir penat yang dirasakan Suri. Senyum tipis menghiasi wajahnya saat ia membereskan meja kerja, lalu melangkah menuju basement.Ketika Suri tiba, Raysa sudah menunggu dengan mobilnya yang diparkir dekat pintu keluar. “Cepat sekali kamu datang!” Raysa terkekeh sambil melambaikan tangan. “Aku kira harus menunggu setengah jam lagi.”Suri tertawa kecil sambil masuk ke mobil. “Aku butuh pelarian setelah rapat panjang tadi. Kamu penyelamatku hari ini.”Mereka pun me

    Last Updated : 2025-01-05
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Saya Sudah Menikah

    Ketika Sagara menekan tombol lift, Suri berhenti beberapa meter di belakangnya. Pria itu melirik sekilas, seolah menyadari bahwa Suri sengaja menjaga jarak. Senyum samar pun terbentuk di sudut bibir Sagara, tetapi ia tidak mengatakan apa-apa. Tanpa bicara mereka masuk ke lift yang kosong, dan Sagara langsung menekan tombol ke lantai basement. Suasana terasa sunyi, hanya bunyi dengung mesin lift yang terdengar. Suri menundukkan kepala, menatap ujung sepatunya, sementara Sagara berdiri tegak dengan tangan dimasukkan ke dalam saku jas. Setibanya di basement, Sagara melangkah lebih dulu. Ia melangkah menuju mobil mewahnya, yang terparkir di area khusus CEO. Suri tak menyangka bila Sagara ternyata mengemudikan mobil sendiri. Tanpa sopir, tanpa asisten. Melihat Sagara duduk di kursi kemudi, Suri buru-buru masuk dan menutup pintu dengan cepat. Ia tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh pria di sampingnya. Sagara selalu tampak tenang, sulit dibaca, dan itu membuat Suri sedikit

    Last Updated : 2025-01-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Ketahuan

    Malu dan canggung, Suri lantas menundukkan kepala, berusaha menghindari tatapan Sagara. Kenapa ia harus datang bulan di waktu yang tidak tepat. Selang beberapa detik, Suri lalu memutuskan untuk mengembalikan jas tersebut.“Terima kasih, Pak, tapi jas ini ---” ucapnya pelan, hampir berbisik.Sagara tersenyum samar. “Pakai saja. Saya yakin kamu bisa mengembalikan jas saya dalam keadaan bersih.”Suri mengangguk kaku, masih merasa sungkan. Dengan cepat, ia menuju taksi yang sudah menunggunya di depan kafe. Namun, sebelum masuk ke taksi, Suri berbalik sambil membungkukkan badan kepada Sagara.“Sekali lagi, terima kasih, Pak. Saya akan segera mengembalikan jas Anda.”“Hati-hati di jalan,” balas Sagara tersenyum tipis.Taksi melaju pergi, membawa Suri meninggalkan kafe yang masih ramai dengan pengunjung. Dalam perjalanan, Suri menatap jas yang melingkari roknya. Wajahnya memerah setiap kali mengingat

    Last Updated : 2025-01-06
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Cara untuk Merayunya

    Melihat sinar mata Romeo semakin menggelap, Suri membeku di tempat. Terlebih, dengan gerakan tiba-tiba, Romeo naik ke atas tempat tidur dan mengukung tubuhnya yang mungil. Udara di antara mereka terasa menyesakkan, seperti petir yang menggantung di langit sebelum badai.Denyut jantung Suri semakin cepat. Bibirnya terbuka seakan ingin menjawab, tetapi lidahnya kelu. Saat ini, ia tidak mungkin menghindar dari Romeo, tetapi ia juga bingung bagaimana harus menjelaskan."I-iya, aku makan malam dengan Pak Sagara," cicit Suri akhirnya mengaku, suaranya hampir tak terdengar.“Kenapa kamu berbohong? Lupa dengan perjanjian kita? Selama satu tahun, kita tidak boleh menjalin hubungan dengan yang lain," tanya Romeo dengan nada rendah, mirip suara geraman.Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Suri. Ia merasa terpojok di bawah intimidasi menakutkan dari sang suami. "A-aku tidak lupa, dan aku tidak bermaksud melanggarnya," kata Suri dengan suara bergetar. “Kami hanya makan malam untuk membahas

    Last Updated : 2025-01-07
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Lakukan Setiap Hari

    Suri menggeliat pelan di atas tempat tidur, mencoba mengabaikan bunyi alarm yang terus-menerus berdenging dari ponselnya. Tubuhnya masih terlalu berat untuk digerakkan dan perutnya masih terasa sedikit kram. Ia melirik ke arah Romeo yang masih tertidur pulas di sisinya. Wajahnya tampak tenang, hampir seperti anak kecil saat terlelap. Posisi mereka berhadapan, membuat Suri bisa melihat dengan jelas lekuk hidungnya yang tegas dan garis rahangnya yang maskulin.Suri menarik napas dalam, lalu perlahan menggoyangkan lengan Romeo. Namun, pria itu hanya bergumam tidak jelas tanpa membuka mata. Suri mengernyit dan kembali memanggil namanya, kali ini sambil menggoyang lengannya sedikit lebih keras. “Romeo, bangun. Sudah pagi.”Beberapa kali mencoba, pria itu tetap tak bergerak. Matanya masih terpejam seolah dunia luar tak ada artinya baginya. Suri menghela napas. Mungkin Romeo enggan bangun akibat terlalu lelah bekerja, ditambah dengan kesalahpahaman di antara mereka semalam. Dia melirik ja

    Last Updated : 2025-01-07

Latest chapter

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tiga Anak Kesayangan

    Langkah-langkah ringan terdengar menuruni tangga spiral di tengah mansion. Suri, mengenakan gaun rumah dan syal tipis di bahunya, turun dengan anggun sambil menoleh ke arah dapur. Ada sedikit garis khawatir di ujung matanya—sebuah kebiasaan yang tak bisa dihapuskan oleh waktu, terlebih saat menyangkut anak-anaknya.“Tini, makan malamnya sudah siap?” tanya Suri kepada salah satu pelayan. “Iya, Nyonya. Tinggal disajikan,” jawab sang pelayan sambil membungkuk sopan.Suri mengangguk, lalu mengarahkan pandangannya ke ruang kerja untuk mencari keberadaan Romeo.“Sayang, ayo makan malam dulu!”Pintu ruang kerja terbuka. Romeo menoleh dan membalas, “Baik, Sayang. Kami segera ke sana.”Ia pun berdiri dan menepuk bahu Jevandro ringan. “Ayo, Nak. Waktunya makan malam.”Jevandro bangkit, masih dalam diam, tetapi wajahnya tampak lebih ringan daripada saat ia datang tadi.Ketika mereka keluar dari ruang kerja, pandangan Suri jatuh pada sosok putra sulungnya. Wajah itu kini tumbuh menjadi dewasa, t

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tiga Anak Kesayangan

    Langkah-langkah ringan terdengar menuruni tangga spiral di tengah mansion. Suri, mengenakan gaun rumah dan syal tipis di bahunya, turun dengan anggun sambil menoleh ke arah dapur. Ada sedikit garis khawatir di ujung matanya—sebuah kebiasaan yang tak bisa dihapuskan oleh waktu, terlebih saat menyangkut anak-anaknya.“Tini, makan malamnya sudah siap?” tanya Suri kepada salah satu pelayan. “Iya, Nyonya. Tinggal disajikan,” jawab sang pelayan sambil membungkuk sopan.Suri mengangguk, lalu mengarahkan pandangannya ke ruang kerja untuk mencari keberadaan Romeo.“Sayang, ayo makan malam dulu!”Pintu ruang kerja terbuka. Romeo menoleh dan membalas, “Baik, Sayang. Kami segera ke sana.”Ia pun berdiri dan menepuk bahu Jevandro ringan. “Ayo, Nak. Waktunya makan malam.”Jevandro bangkit, masih dalam diam, tetapi wajahnya tampak lebih ringan daripada saat ia datang tadi.Ketika mereka keluar dari ruang kerja, pandangan Suri jatuh pada sosok putra sulungnya. Wajah itu kini tumbuh menjadi dewasa, t

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jangan Ulangi Kesalahan Papa!

    Selesai melakukan tugasnya, Jeandra segera menarik tangannya, seolah takut berada terlalu lama dalam lingkar keintiman yang tidak ia harapkan. Ia melangkah mundur, menghindari tatapan Kenan yang kini telah berbalik dan mulai mengenakan kembali kaos polo putihnya.“Saya tidak mau makan malam bersama Bapak,” tolak Jeandra tegas. “Saya lebih suka makan sendiri.”Kenan menatapnya sebentar, wajahnya tak menunjukkan perubahan apa pun. Pria itu hanya mengangguk, nyaris tanpa emosi. “Baiklah,” sahutnya ringan. "Kalau begitu, saya pulang sekarang.”Kenan menenteng tasnya, lalu menoleh sejenak sebelum melangkah ke pintu. “Jangan lupa, besok masuk kantor seperti biasa. Kamu tetap sekretaris saya, dan besok ada meeting penting. Datanglah tepat waktu.”“Ya, ya,” jawab Jeandra malas, mengibaskan tangannya tanpa menoleh.Dengan cepat, ia berjalan mendahului Kenan ke depan pintu apartemen. Sesampainya di sana, Jeandra berdiri dengan punggung lurus dan kepala sedikit menoleh ke samping. Tanpa ragu,

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Suami Istri Sungguhan

    Kenan lantas duduk bersandar di sofa empuk ruang tengah apartemen Jeandra, seolah ruangan itu telah lama menjadi miliknya. Cahaya temaram lampu gantung menciptakan siluet tegas di wajah tampannya yang selalu tenang dan sulit ditebak. Matanya menatap Jeandra sekilas, sebelum merogoh tas kerja kulit hitam yang ia bawa sejak tadi.Dengan gerakan terukur, Kenan mengeluarkan map dokumen berwarna gading lalu meletakkan di atas meja kaca di hadapannya.“Ini,” ucapnya seraya mendorong map itu ke arah Jeandra. “Draft perjanjian dari pengacara saya. Kami sudah berdiskusi cukup panjang tadi siang.”Jeandra menatap benda itu dengan kening berkerut, enggan menyentuhnya.“Dalam perjanjian ini,” lanjut Kenan tenang, “disepakati bahwa pernikahan kita akan tetap dijalankan selama enam bulan ke depan, demi menjaga nama baik keluarga saya, dan nama baik kamu juga. Setelah itu, saya akan memberimu satu milyar sebagai kompensasi perceraian.”Jeandra membelalak. “Enam bulan?” Sorot matanya menatap Kenan se

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Saya adalah Suamimu

    Langit nampak cerah ketika Jeandra tiba di butiknya, setelah hampir satu minggu tak menampakkan diri. Kedatangannya disambut dengan wajah-wajah penuh rindu dari para staf dan asistennya. Wangi lembut bunga peony yang menjadi ciri khas interior butik itu menguar di udara, memberikan rasa tenteram yang sudah lama tidak ia rasakan. Untuk sejenak, Jeandra merasa seperti pulang ke rumah kedua.“Bu Jeandra! Akhirnya datang juga,” seru Clara, asistennya yang setia, sembari menghampiri dengan antusias. Pegawai-pegawai lain ikut menyapa dan beberapa bahkan secara spontan memberikan pelukan ringan. “Kami pikir Anda tidak akan kembali dalam waktu dekat,” tambahnya dengan senyum lebar.Jeandra tertawa kecil. “Aku rindu tempat ini, tapi belum bisa datang setiap hari. Masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan di luar."Suasana hangat itu mendadak bertambah ramai, saat seorang wanita melangkah keluar dari ruang rias. Ia adalah Melina Pertiwi, calon pengantin dari keluarga pengusaha ternama yang s

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tanpa Rasa

    Meski sempat nyaris menolak dengan halus, Serin akhirnya menganggukkan kepala ketika Suri kembali mengajaknya makan siang. Ia mengikuti langkah Suri dan Jeandra menuju ruang makan keluarga dengan ragu-ragu. Kesadaran bahwa dirinya sedang berdiri di ambang perubahan besar—membuat hatinya berdebar.Selama makan siang, Serin lebih banyak menunduk dan menyentuh makanan di piringnya tanpa benar-benar mengecap rasanya. Namun, suasana akrab di meja makan membuat dada Serin terasa hangat. Sudah lama sekali ia tak merasakan atmosfer kekeluargaan seperti ini—sejak kepergian kedua orangtuanya.Terlebih, keramahan Jeandra yang sering menyelipkan obrolan ringan, serta perhatian halus dari Suri membuat Serin mulai merasa diterima, walau ia masih takut untuk terlalu banyak bicara. Ia lebih suka mendengar, mencatat dalam benaknya bagaimana sebuah keluarga yang sesungguhnya saling berinteraksi.Selesai makan siang, Serin kembali berdiri dengan sopan, lalu membungkukkan tubuh sedikit.“Terima kasih ban

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sandiwara Dalam Cinta

    Mendengar pengakuan dari bibir Serin, Jeandra nyaris tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Tatapan gadis itu memang tampak tulus, tetapi Jeandra mampu membaca lebih dalam dari sekadar kilau bening di bola mata seseorang. Ada yang disembunyikan, ada rasa yang terlalu ganjil untuk sekadar disebut cinta dalam waktu sesingkat itu. Dengan gerakan spontan, Jeandra memutar tubuh Serin agar menghadap ke arahnya. Kedua tangan Jeandra memegang bahu ramping Serin dengan kehangatan yang menguatkan, seperti seorang kakak yang sedang mencoba memahami keputusan adiknya.“Tatap mataku, Serin,” tukas Jeandra. “Jawab aku dengan jujur… apakah kamu sungguh-sungguh mencintai Jevan? Atau, kamu mengatakan semua ini atas suruhan seseorang?”Serin terdiam beberapa detik. Matanya membeku dalam kecamuk batin yang tak terucap. Di hadapannya, Jeandra menanti dengan penuh kesungguhan, seolah tak rela satu keping kebohongan pun bersembunyi.Serin tahu, Jeandra menuduhnya menyembunyikan kebenaran.

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mulai Jatuh Cinta

    Kalimat menenangkan yang diucapkan oleh Suri dan Romeo membuat suasana di ruangan itu terasa berbeda. Serin tak lagi merasa berada di ruang penghakiman, melainkan berada di tempat di mana ia bebas bersuara —tanpa prasangka, tanpa syarat.Sembari menggigit bibirnya, Serin mengangguk perlahan. Suara lirihnya keluar seperti bisikan dari jiwa yang selama ini terkunci rapat.“Terima kasih… telah menerima saya di sini.”Tak berselang lama, pelayan datang untuk menyajikan minuman, membuat keheningan sejenak mengendap di antara mereka. Suri menyesap teh di hadapannya, seakan ingin memberi jeda sebelum pertanyaan berikutnya dilontarkan.Tatapannya yang lembut terarah kembali menyentuh wajah Serin, mencoba menyelami rahasia yang tersimpan di balik sorot mata gadis itu.Pada akhirnya, Suri mulai mengajukan pertanyaan yang sejak semalam mengganjal di hatinya.“Serin,” panggilnya tenang. “Benarkah sekarang kamu bekerja sebagai karyawan magang di bagian call center?” “Iya, Tante, sebelumnya saya m

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Butuh Kejujuranmu

    Serin menunduk dalam-dalam. Air matanya hampir menetes, tetapi ia segera menahannya. Ia harus kuat. Ia tidak boleh gentar. Karena satu langkah saja yang salah, maka bukan hanya pekerjaannya yang akan lenyap, tapi juga martabat yang selama ini ia pertahankan dengan segenap tenaga.Seiring roda mobil yang menggesek halus permukaan aspal, denting waktu seakan melambat di telinga Serin. Keringat dingin mulai menggenang di dahinya, membasahi kulit tipis yang pucat pasi. Telapak tangannya lembap, menggigil oleh gugup yang tak mampu ia redam. Bola matanya menatap kosong ke jendela yang menampilkan dunia asing—megah dan berkelas—yang terasa begitu jauh dari kehidupannya sehari-hari. Ia tidak tahu di mana letak mansion keluarga Albantara. Bahkan, membayangkan wujudnya pun ia tidak berani.Namun satu hal yang ia yakini, rumah itu pasti tidak seperti rumah—melainkan seperti istana para raja.Serin memejamkan mata sejenak, bagaikan seorang tawanan yang hendak dibawa menuju ruang sidang. Ia tak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status