Share

Keras Kepala

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2024-12-25 15:39:50

Suri mengerjapkan mata beberapa kali, berusaha menyesuaikan dengan silau cahaya matahari yang menyelinap di celah gorden. Rasa kantuk masih menempel, tetapi telinganya menangkap suara gemericik air dari arah kamar mandi. 

Seketika, Suri terdiam. Jantungnya berdegup lebih cepat saat kesadaran perlahan menyusup ke dalam pikirannya.

"Siapa itu?" gumamnya langsung menegakkan badan. 

Suri menoleh ke sisi ranjang di sampingnya dengan tatapan bingung. Tempat tidur itu tampak jelas baru saja digunakan oleh dua orang. Sisa jejak kehadiran Romeo begitu nyata di sana.

“Dia tidur di sini semalam?” bisik Suri pelan, masih tidak percaya.

Bayangan semalam langsung berkelebat. Listrik padam. Kegelapan. Dan dalam situasi seperti itu, Suri merasa aman dalam dekapan Romeo. 

Suri menggelengkan kepalanya keras-keras—mereka juga sempat berciuman. Pipi Suri memanas mengingat betapa dekat wajah mereka kala itu. Bibirnya masih bisa m

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dian S
bab lanjutan nya kak...., di tunggu, jangan lama - lama keburu bosan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tawaran Menggiurkan

    Gedung perkantoran Pradipta Group menjulang megah di tengah kota, sebuah bangunan delapan lantai yang paling menonjol. Dinding kacanya memantulkan langit biru, sementara ornamen logamnya menambah kesan futuristik. Gedung ini dikenal sebagai markas besar perusahaan properti ternama, tempat berbagai proyek besar dirancang dan diwujudkan.Suri turun dari taksi dengan anggun. Sebelum melangkah keluar, ia sempat mengucapkan terima kasih kepada sopir yang telah mengantarnya. “Terima kasih, Pak,” katanya dengan senyum kecil. Langkahnya mantap saat ia menutup pintu taksi dan berdiri sejenak, mengamati gedung megah di hadapannya.Baru saja Suri hendak melangkah masuk, seorang petugas keamanan berseragam biru menghampirinya. “Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” tanya petugas itu dengan nada sopan.“Saya ada janji bertemu dengan Tuan Sagara Pradipta. Nama saya Suri Hudaya,” jelas Suri. Petugas keamanan itu tertegun sejenak mendengar Suri menyebut nama sang CEO. Namun, tanpa banyak bicara

    Last Updated : 2024-12-26
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Rumah Ini Milikmu!

    Untuk kedua kalinya, Sagara menekan tombol interkom dan memanggil Valdo. Begitu asistennya itu masuk, Sagara langsung memberikan perintah."Berikan nomor ponselmu kepada Suri. Dia akan menghubungimu jika sudah mengambil keputusan.”Valdo mengangguk, lalu menuliskan nomor ponselnya di selembar kertas dan menyerahkannya ke tangan Suri. "Silakan disimpan, Bu Suri."Setelah menyimpan nomor ponsel Valdo, Suri berpamitan kepada Sagara sebelum beranjak pergi. Ia diantar oleh Valdo hingga ke pintu lift. Sesampainya di lobi, Suri melihat Raysa sudah menunggunya di dekat meja resepsionis. Memang sebelum berangkat, ia sempat bertukar pesan dengan sahabatnya itu."Suri!" panggil Raysa segera menarik tangan Suri, membawanya ke sudut lobi yang agak sepi. "Bagaimana hasil wawancaramu dengan Tuan Sagara?" tanyanya penuh antusias.Senyum merekah di bibir Suri. "Aku ditawari menjadi kepala arsitek, tapi dengan sebuah syarat yang cukup berat. Aku meminta waktu dua hari untuk memutuskan. Nanti, aku cer

    Last Updated : 2024-12-26
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mengawasi Istriku

    Suri menatap ponselnya dengan frustrasi. Ia tidak tahu harus merasa apa atau berkata apa. Romeo, dengan sifat dominan dan angkuhnya selalu memakai uang yang ia miliki untuk mengendalikan situasi. Dengan berat hati, Suri melangkah ke dapur, yang sudah dipenuhi peralatan baru. Emosinya kacau, seperti ombak yang menerjang karang tanpa ampun. Ia merasa hidupnya tidak akan pernah tenang selama ada Romeo Albantara di sekitarnya.Tiba-tiba, Suri terpikir tentang janji makan malam dengan Raysa. Sahabatnya itu tidak boleh tahu bahwa rumahnya sudah berubah total akibat ulah Romeo. Raysa pasti akan mencemaskannya. Suri menatap layar ponselnya dengan pandangan kosong. Dalam benaknya, berputar-putar alasan yang harus ia berikan kepada Raysa untuk membatalkan makan malam. Akhirnya, ia mengetik pesan dengan tangan sedikit gemetar. [Maaf, Ray. Aku tidak bisa makan malam hari ini. Aku sedang lelah. Sabtu saja, aku traktir kamu dan Azka makan di kafe.] Jari-jari Suri berhenti di atas tombol “Kirim”

    Last Updated : 2024-12-27
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Hadiah untuk Wanita

    Suasana di mansion keluarga Albantara terasa tenang seperti biasa. Nyonya Valerie dan putrinya, Aira, sedang menikmati makan siang di ruang makan yang luas. Hidangan khas rumahan tersaji rapi di meja panjang. Aira tampak sibuk berbalas pesan dengan Ivan, wajahnya terlihat mengeras. Ia sedang bertengkar dengan kekasihnya itu setelah ketahuan membawa gadis lain ke pesta. Sementara Nyonya Valerie menyeruput sup hangat dengan santai.Tiba-tiba, ketukan keras di pintu utama memecah keheningan. Bi Wina, salah satu pelayan setia keluarga itu, bergegas menuju pintu. Tak lama, sopir pribadi Romeo dan seorang bodyguard masuk ke dalam rumah. Keduanya tampak terburu-buru dan bergegas menghampiri Bi Wina yang berdiri di ambang pintu."Tuan Romeo meminta kami datang untuk mengemasi pakaian dan barang-barangnya di kamar,” ucap sopir itu.Nyonya Valerie ikut mendengarkan dari ruang makan. Hampir saja, ia menjatuhkan sendok sup dari tangannya karena terkejut. Lekas saja, ia berdiri dari kursi dan ber

    Last Updated : 2024-12-27
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tinggal Serumah

    Di mansion, setelah menyelesaikan perintah ibunya untuk menelepon Diva, Aira berganti pakaian dan membenahi riasan. Kemudian, dia mengambil tas tangan sebelum keluar dari kamar.“Ma, aku mau ke salon dengan teman-teman.”Nyonya Valerie yang sedang duduk di sofa sambil menikmati camilan, menatap Aira penuh selidik. “Pergilah, tapi jangan pulang malam.”“Iya, Ma.” Aira mengangguk dan melangkah keluar. Ia masuk ke mobil sport merahnya, menghidupkan mesin, dan melaju ke arah pusat kota.Alih-alih menuju salon, mobil gadis itu berhenti di depan gedung apartemen megah, yang dekat dengan pusat perbelanjaan. Ia turun dengan langkah tergesa-gesa, menyembunyikan wajahnya di balik kacamata hitam besar. Ya, tujuannya hari ini bukan salon, melainkan sebuah kafe di lantai dasar apartemen tersebut. Begitu pintu kaca otomatisnya terbuka, aroma kopi memenuhi udara.Kafe itu dipenuhi sofa berwarna cokelat yang berjajar di dekat jendela besar, memberikan pemandangan kota Velmora sebagai latar sempurn

    Last Updated : 2024-12-28
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Perjanjian untuk Bercerai

    Romeo menggeram pelan, menatap Suri dengan intensitas yang membuat jantungnya berdebar. Tanpa peringatan, dia membungkuk dan mendekatkan bibirnya ke bibir Suri. Refleks, Suri langsung memejamkan mata, menunggu detik-detik di mana Romeo akan menciumnya secara paksa seperti biasa. Namun, ternyata pria itu hanya berbicara dengan suara dalam.“Kalimat pedasmu tidak pernah sejalan dengan reaksi tubuhmu. Sampai kapan kamu akan cemburu pada Diva?” tanya Romeo. Mata Suri membelalak. Ia tahu Romeo memang suka mempermainkan dirinya seperti ini.“Siapa yang cemburu? Aku justru memberi kebebasan pada kalian, supaya kalian cepat memiliki anak seperti yang diinginkan mamamu,” sahut Suri.Mata Romeo berangsur menggelap. Dengan gerakan tak terduga, ia langsung menarik dagu Suri ke atas, sehingga pandangan mereka saling bertemu.“Bagaimana kalau kamu yang menjadi ibu dari anakku? Kita bisa mencobanya sekarang,” tanya Romeo dengan santai, seolah hal tersebut adalah tindakan yang biasa.Sontak, wajah

    Last Updated : 2024-12-28
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Penyesalan

    Kurang lebih tiga puluh menit, Suri menimbang untung dan rugi dari perjanjian yang ditawarkan Romeo. Lebih baik, ia mengambil risiko daripada seumur hidup di bawah kuasa lelaki itu. Toh, ia yakin Romeo pada akhirnya akan memilih Diva sebagai istri. Setelah mantap dengan keputusannya, Suri menyusul Romeo yang sudah berada di kamar.“Aku menerima tawaranmu,” kata Suri tegas. “Tapi, kenapa harus satu tahun? Kita bisa tinggal bersama, satu atau dua bulan saja,” tanya Suri waspada.Romeo mengangkat bahu tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop. “Itu persyaratan mutlak dariku, tidak bisa diubah.”“Kalau begitu aku juga punya syarat,” tandas Suri. “Kita tidak boleh mencampuri urusan masing-masing, terutama menyangkut hubungan pribadi dengan orang lain. Dan kita tidak akan tidur sekamar.”Romeo langsung menghentikan aktivitasnya sembari menaikkan sebelah alisnya yang tebal. “Bukankah itu sulit?” ucapnya perlahan. “Rumah ini hanya memiliki satu kamar tidur.”Tanpa meminta jawaban dari R

    Last Updated : 2024-12-29
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Melanggar Batas

    Romeo melangkah menuju kamar, hatinya masih penuh dengan perasaan bersalah. Ia membuka pintu dengan hati-hati, memastikan suara engsel tidak membangunkan Suri. Selama beberapa saat, Romeo memperhatikan wanita itu dalam diam. Napas Suri teratur, membentuk ritme yang tenang, tetapi Romeo bisa melihat betapa rapuhnya wanita itu. Ia baru menyadari bahwa tubuh Suri terlihat lebih kurus dibandingkan terakhir kali ia meninggalkan mansion. Meskipun begitu, istrinya itu tetap terlihat kuat, tidak pernah mengeluh sama sekali.“Maafkan aku, Suri,” bisik Romeo pelan, suaranya hampir tidak terdengar. “Kamu harus berjuang sendirian melawan penyakit itu.”Dengan perlahan, Romeo naik ke atas tempat tidur, menjaga setiap gerakannya tidak menimbulkan suara berisik. Ia berbaring di sisi tempat tidur, memperhatikan benteng bantal dan guling yang telah ditata Suri di tengah. Sebuah senyum kecil muncul di wajahnya. Benteng itu seperti pernyataan tegas bahwa ia tidak boleh melewati batas.Romeo tidak bisa

    Last Updated : 2024-12-29

Latest chapter

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tiga Anak Kesayangan

    Langkah-langkah ringan terdengar menuruni tangga spiral di tengah mansion. Suri, mengenakan gaun rumah dan syal tipis di bahunya, turun dengan anggun sambil menoleh ke arah dapur. Ada sedikit garis khawatir di ujung matanya—sebuah kebiasaan yang tak bisa dihapuskan oleh waktu, terlebih saat menyangkut anak-anaknya.“Tini, makan malamnya sudah siap?” tanya Suri kepada salah satu pelayan. “Iya, Nyonya. Tinggal disajikan,” jawab sang pelayan sambil membungkuk sopan.Suri mengangguk, lalu mengarahkan pandangannya ke ruang kerja untuk mencari keberadaan Romeo.“Sayang, ayo makan malam dulu!”Pintu ruang kerja terbuka. Romeo menoleh dan membalas, “Baik, Sayang. Kami segera ke sana.”Ia pun berdiri dan menepuk bahu Jevandro ringan. “Ayo, Nak. Waktunya makan malam.”Jevandro bangkit, masih dalam diam, tetapi wajahnya tampak lebih ringan daripada saat ia datang tadi.Ketika mereka keluar dari ruang kerja, pandangan Suri jatuh pada sosok putra sulungnya. Wajah itu kini tumbuh menjadi dewasa, t

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tiga Anak Kesayangan

    Langkah-langkah ringan terdengar menuruni tangga spiral di tengah mansion. Suri, mengenakan gaun rumah dan syal tipis di bahunya, turun dengan anggun sambil menoleh ke arah dapur. Ada sedikit garis khawatir di ujung matanya—sebuah kebiasaan yang tak bisa dihapuskan oleh waktu, terlebih saat menyangkut anak-anaknya.“Tini, makan malamnya sudah siap?” tanya Suri kepada salah satu pelayan. “Iya, Nyonya. Tinggal disajikan,” jawab sang pelayan sambil membungkuk sopan.Suri mengangguk, lalu mengarahkan pandangannya ke ruang kerja untuk mencari keberadaan Romeo.“Sayang, ayo makan malam dulu!”Pintu ruang kerja terbuka. Romeo menoleh dan membalas, “Baik, Sayang. Kami segera ke sana.”Ia pun berdiri dan menepuk bahu Jevandro ringan. “Ayo, Nak. Waktunya makan malam.”Jevandro bangkit, masih dalam diam, tetapi wajahnya tampak lebih ringan daripada saat ia datang tadi.Ketika mereka keluar dari ruang kerja, pandangan Suri jatuh pada sosok putra sulungnya. Wajah itu kini tumbuh menjadi dewasa, t

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jangan Ulangi Kesalahan Papa!

    Selesai melakukan tugasnya, Jeandra segera menarik tangannya, seolah takut berada terlalu lama dalam lingkar keintiman yang tidak ia harapkan. Ia melangkah mundur, menghindari tatapan Kenan yang kini telah berbalik dan mulai mengenakan kembali kaos polo putihnya.“Saya tidak mau makan malam bersama Bapak,” tolak Jeandra tegas. “Saya lebih suka makan sendiri.”Kenan menatapnya sebentar, wajahnya tak menunjukkan perubahan apa pun. Pria itu hanya mengangguk, nyaris tanpa emosi. “Baiklah,” sahutnya ringan. "Kalau begitu, saya pulang sekarang.”Kenan menenteng tasnya, lalu menoleh sejenak sebelum melangkah ke pintu. “Jangan lupa, besok masuk kantor seperti biasa. Kamu tetap sekretaris saya, dan besok ada meeting penting. Datanglah tepat waktu.”“Ya, ya,” jawab Jeandra malas, mengibaskan tangannya tanpa menoleh.Dengan cepat, ia berjalan mendahului Kenan ke depan pintu apartemen. Sesampainya di sana, Jeandra berdiri dengan punggung lurus dan kepala sedikit menoleh ke samping. Tanpa ragu,

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Suami Istri Sungguhan

    Kenan lantas duduk bersandar di sofa empuk ruang tengah apartemen Jeandra, seolah ruangan itu telah lama menjadi miliknya. Cahaya temaram lampu gantung menciptakan siluet tegas di wajah tampannya yang selalu tenang dan sulit ditebak. Matanya menatap Jeandra sekilas, sebelum merogoh tas kerja kulit hitam yang ia bawa sejak tadi.Dengan gerakan terukur, Kenan mengeluarkan map dokumen berwarna gading lalu meletakkan di atas meja kaca di hadapannya.“Ini,” ucapnya seraya mendorong map itu ke arah Jeandra. “Draft perjanjian dari pengacara saya. Kami sudah berdiskusi cukup panjang tadi siang.”Jeandra menatap benda itu dengan kening berkerut, enggan menyentuhnya.“Dalam perjanjian ini,” lanjut Kenan tenang, “disepakati bahwa pernikahan kita akan tetap dijalankan selama enam bulan ke depan, demi menjaga nama baik keluarga saya, dan nama baik kamu juga. Setelah itu, saya akan memberimu satu milyar sebagai kompensasi perceraian.”Jeandra membelalak. “Enam bulan?” Sorot matanya menatap Kenan se

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Saya adalah Suamimu

    Langit nampak cerah ketika Jeandra tiba di butiknya, setelah hampir satu minggu tak menampakkan diri. Kedatangannya disambut dengan wajah-wajah penuh rindu dari para staf dan asistennya. Wangi lembut bunga peony yang menjadi ciri khas interior butik itu menguar di udara, memberikan rasa tenteram yang sudah lama tidak ia rasakan. Untuk sejenak, Jeandra merasa seperti pulang ke rumah kedua.“Bu Jeandra! Akhirnya datang juga,” seru Clara, asistennya yang setia, sembari menghampiri dengan antusias. Pegawai-pegawai lain ikut menyapa dan beberapa bahkan secara spontan memberikan pelukan ringan. “Kami pikir Anda tidak akan kembali dalam waktu dekat,” tambahnya dengan senyum lebar.Jeandra tertawa kecil. “Aku rindu tempat ini, tapi belum bisa datang setiap hari. Masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan di luar."Suasana hangat itu mendadak bertambah ramai, saat seorang wanita melangkah keluar dari ruang rias. Ia adalah Melina Pertiwi, calon pengantin dari keluarga pengusaha ternama yang s

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tanpa Rasa

    Meski sempat nyaris menolak dengan halus, Serin akhirnya menganggukkan kepala ketika Suri kembali mengajaknya makan siang. Ia mengikuti langkah Suri dan Jeandra menuju ruang makan keluarga dengan ragu-ragu. Kesadaran bahwa dirinya sedang berdiri di ambang perubahan besar—membuat hatinya berdebar.Selama makan siang, Serin lebih banyak menunduk dan menyentuh makanan di piringnya tanpa benar-benar mengecap rasanya. Namun, suasana akrab di meja makan membuat dada Serin terasa hangat. Sudah lama sekali ia tak merasakan atmosfer kekeluargaan seperti ini—sejak kepergian kedua orangtuanya.Terlebih, keramahan Jeandra yang sering menyelipkan obrolan ringan, serta perhatian halus dari Suri membuat Serin mulai merasa diterima, walau ia masih takut untuk terlalu banyak bicara. Ia lebih suka mendengar, mencatat dalam benaknya bagaimana sebuah keluarga yang sesungguhnya saling berinteraksi.Selesai makan siang, Serin kembali berdiri dengan sopan, lalu membungkukkan tubuh sedikit.“Terima kasih ban

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sandiwara Dalam Cinta

    Mendengar pengakuan dari bibir Serin, Jeandra nyaris tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Tatapan gadis itu memang tampak tulus, tetapi Jeandra mampu membaca lebih dalam dari sekadar kilau bening di bola mata seseorang. Ada yang disembunyikan, ada rasa yang terlalu ganjil untuk sekadar disebut cinta dalam waktu sesingkat itu. Dengan gerakan spontan, Jeandra memutar tubuh Serin agar menghadap ke arahnya. Kedua tangan Jeandra memegang bahu ramping Serin dengan kehangatan yang menguatkan, seperti seorang kakak yang sedang mencoba memahami keputusan adiknya.“Tatap mataku, Serin,” tukas Jeandra. “Jawab aku dengan jujur… apakah kamu sungguh-sungguh mencintai Jevan? Atau, kamu mengatakan semua ini atas suruhan seseorang?”Serin terdiam beberapa detik. Matanya membeku dalam kecamuk batin yang tak terucap. Di hadapannya, Jeandra menanti dengan penuh kesungguhan, seolah tak rela satu keping kebohongan pun bersembunyi.Serin tahu, Jeandra menuduhnya menyembunyikan kebenaran.

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mulai Jatuh Cinta

    Kalimat menenangkan yang diucapkan oleh Suri dan Romeo membuat suasana di ruangan itu terasa berbeda. Serin tak lagi merasa berada di ruang penghakiman, melainkan berada di tempat di mana ia bebas bersuara —tanpa prasangka, tanpa syarat.Sembari menggigit bibirnya, Serin mengangguk perlahan. Suara lirihnya keluar seperti bisikan dari jiwa yang selama ini terkunci rapat.“Terima kasih… telah menerima saya di sini.”Tak berselang lama, pelayan datang untuk menyajikan minuman, membuat keheningan sejenak mengendap di antara mereka. Suri menyesap teh di hadapannya, seakan ingin memberi jeda sebelum pertanyaan berikutnya dilontarkan.Tatapannya yang lembut terarah kembali menyentuh wajah Serin, mencoba menyelami rahasia yang tersimpan di balik sorot mata gadis itu.Pada akhirnya, Suri mulai mengajukan pertanyaan yang sejak semalam mengganjal di hatinya.“Serin,” panggilnya tenang. “Benarkah sekarang kamu bekerja sebagai karyawan magang di bagian call center?” “Iya, Tante, sebelumnya saya m

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Butuh Kejujuranmu

    Serin menunduk dalam-dalam. Air matanya hampir menetes, tetapi ia segera menahannya. Ia harus kuat. Ia tidak boleh gentar. Karena satu langkah saja yang salah, maka bukan hanya pekerjaannya yang akan lenyap, tapi juga martabat yang selama ini ia pertahankan dengan segenap tenaga.Seiring roda mobil yang menggesek halus permukaan aspal, denting waktu seakan melambat di telinga Serin. Keringat dingin mulai menggenang di dahinya, membasahi kulit tipis yang pucat pasi. Telapak tangannya lembap, menggigil oleh gugup yang tak mampu ia redam. Bola matanya menatap kosong ke jendela yang menampilkan dunia asing—megah dan berkelas—yang terasa begitu jauh dari kehidupannya sehari-hari. Ia tidak tahu di mana letak mansion keluarga Albantara. Bahkan, membayangkan wujudnya pun ia tidak berani.Namun satu hal yang ia yakini, rumah itu pasti tidak seperti rumah—melainkan seperti istana para raja.Serin memejamkan mata sejenak, bagaikan seorang tawanan yang hendak dibawa menuju ruang sidang. Ia tak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status