Share

Depresi Berat

Author: Risca Amelia
last update Huling Na-update: 2025-01-16 18:09:13

Ketegangan sedang melanda mansion keluarga Albantara. Nyonya Valerie, yang biasanya tampak anggun dan percaya diri, kini bersandar lemah di sofa ruang keluarga. Kepalanya terkulai, sementara tangannya memegang sapu tangan. Sesekali, ia mengangkat benda itu untuk menyeka keringat dingin di dahi.

Pelayan pribadinya dengan lembut memijat pundak dan kepala Nyonya Valerie menggunakan minyak kelapa murni yang dihangatkan. Aroma lembut dari minyak itu memenuhi ruangan, meredakan ketegangan yang menggantung di udara. Sementara itu, pelayan lain berlari ke dapur, menyiapkan teh jahe hangat untuk sang nyonya.

"Ini, Nyonya Besar," kata pelayan itu, sambil membawa nampan berisi cangkir teh jahe yang masih mengepul.

Nyonya Valerie mengangkat tangannya dengan lemah, memberi isyarat agar minuman itu diletakkan di meja.

"Biarkan di situ dulu. Aku ... masih pusing," katanya dengan suara nyaris berbisik.

Di sudut ruangan, Aira tengah sibuk dengan ponselnya. Panggilan demi panggilan masuk tanpa
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
Bodoh bgt Romeo kalo nnt dia ngalah cm krn liat kondisi Diva yg depresi kaya gtu . itu mknya Suri blg, mana yg lbh dipilih Romeo dlm keadaan sulit (Suri/Diva) ke dpnnya . sekali aja Romeo melunak, ke dpnnya Diva bklan ngancem mau bundir kalo Romeo ninggalin dia . fix males baca kalo kyk gt crtanya .
goodnovel comment avatar
Risca Amelia
Mohon maaf, untuk chapter ini terupload double karena kendala sinyal. Chapter di bawahnya yang sama abaikan saja ya, Kak. Tunggu upload berikutnya besok pagi. Terima kasih
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Merindukanmu

    Suri hampir tidak memejamkan mata semalaman. Pikiran tentang Romeo, hubungannya, dan semua kekacauan yang melingkupi hidupnya melintas silih berganti. Ketika akhirnya ia tertidur, mungkin hanya tiga jam berlalu sebelum matahari pagi menembus tirai. Cahaya itu mengusik tidurnya yang tak nyenyak, memaksanya untuk bangun. Suri duduk di tepi tempat tidur, menatap kosong ke arah jendela. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan jiwanya yang tertekan. Lalu, ia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang dapat mengalihkan perhatian—melukis. Sebelum memulai kegiatan, Suri pergi ke dapur, menuangkan segelas susu hangat, lalu membawanya ke ruang tengah. Di sana, kanvas dan peralatan lukis yang ia beli bersama Romeo beberapa hari lalu masih tertata rapi di sudut ruangan. Ketika melihat benda-benda itu, kenangan tentang Romeo kembali menyeruak. Romeo ingin dilukis sebagai hukuman kecil atas kebohongannya. Permintaan itu sederhana, tetapi ia belum

    Huling Na-update : 2025-01-17
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Giliranku yang Berjuang

    Raysa menatap jam dinding di ruang tamu. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh. Dengan nada mendesak, ia berkata. “Suri, kita hanya punya beberapa jam lagi untuk mencegah Romeo pergi.” Kebimbangan tergambar jelas di wajah Suri. Hatinya berdebat sengit antara keinginan untuk bertahan dengan prinsipnya, atau mengikuti kerinduan yang terus menguat. “Mungkin kamu butuh sudut pandang lain,” ujar Raysa menggenggam tangan Suri dengan erat. "Bertanyalah pada Azka. Sebagai sesama lelaki, dia bisa menilai apakah Romeo tulus mencintai kamu.” Suri menghela napas panjang, tetapi akhirnya mengangguk pelan. Raysa pun menggandeng tangan Suri menuju ke ruang tamu, di mana Azka sedang asyik memainkan ponselnya. “Azka,” panggil Raysa, membuat adiknya menoleh. “Suri ingin bertanya padamu.” Azka meletakkan ponselnya, menatap Raysa dan Suri secara bergantian. “Tanya apa?” Raysa mendorong Suri untuk duduk di sofa, sementara ia sendiri berdiri di sampingnya.“Kemarin sore, kamu men

    Huling Na-update : 2025-01-17
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Perjalanan Mengejar Cinta

    Suri berjalan mondar-mandir di ruang tamu dengan gelisah. Jemarinya sesekali meremas tas selempang yang telah ia siapkan. Setiap detik yang berlalu terasa seperti jarum yang menusuk kesabaran Suri. Sejak tadi, Suri sudah bersiap. Ia berganti pakaian dengan blouse lengan panjang berwarna dusty pink, yang diselipkan ke dalam celana jeans biru muda. Rambutnya diikat ekor kuda, supaya lebih praktis untuk melakukan pergerakan cepat. Di sudut ruangan, Raysa duduk dengan tangan terlipat di dada, memperhatikan Suri yang tidak bisa diam. "Suri, santai sedikit. Kita akan sampai di sana tepat waktu," ujar Raysa, mencoba menenangkan. Suri berhenti sejenak, menatap sahabatnya, lalu mendesah panjang. "Aku tahu, tapi aku tidak bisa tenang sebelum bertemu Romeo." Baru saja kata-kata itu terucap, suara deru mesin mobil dan decit ban terdengar dari luar rumah. Suri hampir melompat dari tempatnya berdiri. Tanpa pikir panjang, ia berlari menuju pintu depan dan membukanya lebar. Raysa dan Azka, men

    Huling Na-update : 2025-01-18
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sudah Terlambat

    Suri hanya mengangguk kecil, terlalu cemas untuk berkata apa-apa. Mobil terus melaju melewati jalan setapak yang menanjak, diapit pepohonan lebat yang membuat suasana terasa semakin sepi. Namun, di kejauhan, terlihat sebuah kawasan hijau yang luas. Di tengah kawasan itu, sebuah vila berdiri megah. Bangunannya bertingkat dua, terbuat dari kayu berkualitas tinggi yang dipoles mengilap, dipadu dengan beberapa jendela kaca dan balkon besar yang menghadap ke arah pegunungan. Kenzo menghentikan mobilnya di halaman vila. Ia turun lebih dulu, membuka pintu untuk Suri dan Raysa. "Ini vila Romeo," katanya singkat. Suri melangkah keluar, matanya langsung mencari tanda keberadaan mobil Romeo di sekitar vila. Namun, tidak ada satu pun mobil yang terlihat selain mobil mereka sendiri. Sontak, hatinya mulai tenggelam dalam kecemasan. Kenzo melangkah menuju pintu utama, diikuti Suri dan Raysa. Raysa memegang bahu Suri, mencoba memberinya semangat. "Tenang saja, Suri. Kamu pasti sempat bertemu

    Huling Na-update : 2025-01-18
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Menguji Cintamu

    Suri masih berbaring di atas ranjang, tubuhnya terasa lemah. Pusing yang sebelumnya mengganggu mulai mereda. Namun, kini kepalanya justru terasa seringan kapas. Hati Suri masih diiliputi kecemasan, menunggu kabar dari Raysa dan Kenzo tentang Romeo. Tangannya pun terulur meraih ponsel yang tergeletak di meja samping tempat tidur.Suri membuka layarnya, tetapi segera sadar bahwa Raysa dan Kenzo baru saja pergi. Mereka pasti belum sampai di bandara. Menelpon mereka saat ini hanya akan sia-sia.Dengan helaan napas panjang, Suri meletakkan kembali ponselnya tanpa beranjak dari tempat tidur. Tubuhnya masih terlalu lemah untuk bergerak. Terpaksa, Suri memejamkan mata lagi, berharap waktu bisa berlalu lebih cepat. Tanpa disadari, kelelahan fisik dan jiwa yang begitu dalam menyeret Suri ke dalam tidur. Awalnya, ia bergerak gelisah, tetapi lambat laun ia menjadi lebih tenang.Di ambang batas antara mimpi dan kenyataan, ia merasakan pelukan hangat seseorang. Pelukan itu begitu lembut, penuh ke

    Huling Na-update : 2025-01-19
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Maukah Kau Menjadi Milikku?

    Wajah Suri merona merah ketika mendengar ucapan Romeo yang menggoda. Dengan perlahan, ia melepaskan tangan Romeo yang memeluknya erat. "Aku... aku mau mandi dulu. Badanku lengket," ucapnya, suaranya nyaris berbisik.Romeo tersenyum lembut, matanya penuh perhatian. "Tentu, Sayang. Mandi saja, tapi di kamar utama kita di atas. Baju-bajumu ada di sana.”Suri mengangguk pelan, setuju dengan saran dari sang suami. Ketika ia mencoba bangkit dari tempat tidur, Romeo tiba-tiba mengulurkan tangannya. "Mau kugendong saja ke atas? Kalau kamu masih lemas, aku tidak keberatan."Suri menggeleng cepat, matanya melebar karena terkejut. “Tidak usah. Aku masih bisa jalan sendiri. Lagi pula, tidak enak kalau nanti dilihat Pak Gading dan Bu Murni.”Romeo mengangguk, senyum di bibirnya tak kunjung surut. “Kalau begitu, aku akan menemanimu.”Tanpa menunggu lebih lama, Romeo melingkarkan tangannya ke pinggang sang istri dengan lembut. Bersama-sama mereka keluar dari kamar dan berjalan menuju tangga. Saat

    Huling Na-update : 2025-01-19
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Malam Pengantin - Hanya Kau dan Aku

    Suri menatap Romeo dengan bulir bening yang masih membasahi pipinya. Ia tidak pernah merasa begitu dicintai seperti saat ini. Tanpa ragu, Suri mengangguk, matanya berkilauan dengan kebahagiaan yang sulit ia sembunyikan.“Iya,” jawabnya penuh keyakinan. “Aku adalah milikmu, selamanya.”Romeo tersenyum lega, senyum yang membuat hati Suri semakin jatuh cinta. Cincin di jari manisnya terasa hangat, seolah menjadi pengingat bahwa cinta mereka telah menemukan jalan untuk kembali.“Terima kasih, Sayang. Anggap saja hari ini adalah malam pengantin kita,” bisiknya di telinga Suri. “Kita nikmati malam ini, Suri. Hanya kamu dan aku. Tidak ada yang lain.”Keduanya saling beradu pandang dalam keheningan. Semakin lama, tatapan mereka semakin dalam, mengunci pergerakan satu sama lain. Suri bisa merasakan sinar mata Romeo yang penuh hasrat, seolah ingin memujanya tiada henti. Detik selanjutnya, hati Suri berde

    Huling Na-update : 2025-01-20
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kemesraan Suami Istri

    Dalam keheningan malam, tubuh Suri dan Romeo masih saling melekat di bawah selimut. Nafas mereka perlahan stabil setelah badai asmara yang mereka lewati bersama. Romeo membelai rambut Suri dengan lembut, bibirnya mengecup puncak kepala istrinya. "Kalau kamu mengantuk, tidurlah," bisiknya dengan suara rendah dan hangat.Suri menggeleng pelan, menyandarkan wajahnya di dada bidang Romeo yang naik-turun dalam ritme menenangkan. "Aku belum mengantuk," jawabnya tersenyum kecil. Matanya memancarkan kehangatan yang hanya bisa ia tunjukkan pada Romeo.Romeo mengangguk, lalu mengusapkan ibu jarinya ke pipi Suri. "Kalau begitu, kita lakukan pillow talk. Mulai sekarang, setiap malam sebelum tidur, kita harus bicara dari hati ke hati. Tidak boleh ada yang dirahasiakan. Setuju?"Suri mengangguk pelan, lalu menaruh kepalanya lagi di dada Romeo. “Aku setuju," balas Suri. Dengan gerakan penuh kasih, Romeo lantas mengelus punggung Suri."Setelah ini, aku akan mengajakmu ke beberapa dokter terbaik di

    Huling Na-update : 2025-01-20

Pinakabagong kabanata

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tiga Anak Kesayangan

    Langkah-langkah ringan terdengar menuruni tangga spiral di tengah mansion. Suri, mengenakan gaun rumah dan syal tipis di bahunya, turun dengan anggun sambil menoleh ke arah dapur. Ada sedikit garis khawatir di ujung matanya—sebuah kebiasaan yang tak bisa dihapuskan oleh waktu, terlebih saat menyangkut anak-anaknya.“Tini, makan malamnya sudah siap?” tanya Suri kepada salah satu pelayan. “Iya, Nyonya. Tinggal disajikan,” jawab sang pelayan sambil membungkuk sopan.Suri mengangguk, lalu mengarahkan pandangannya ke ruang kerja untuk mencari keberadaan Romeo.“Sayang, ayo makan malam dulu!”Pintu ruang kerja terbuka. Romeo menoleh dan membalas, “Baik, Sayang. Kami segera ke sana.”Ia pun berdiri dan menepuk bahu Jevandro ringan. “Ayo, Nak. Waktunya makan malam.”Jevandro bangkit, masih dalam diam, tetapi wajahnya tampak lebih ringan daripada saat ia datang tadi.Ketika mereka keluar dari ruang kerja, pandangan Suri jatuh pada sosok putra sulungnya. Wajah itu kini tumbuh menjadi dewasa, t

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tiga Anak Kesayangan

    Langkah-langkah ringan terdengar menuruni tangga spiral di tengah mansion. Suri, mengenakan gaun rumah dan syal tipis di bahunya, turun dengan anggun sambil menoleh ke arah dapur. Ada sedikit garis khawatir di ujung matanya—sebuah kebiasaan yang tak bisa dihapuskan oleh waktu, terlebih saat menyangkut anak-anaknya.“Tini, makan malamnya sudah siap?” tanya Suri kepada salah satu pelayan. “Iya, Nyonya. Tinggal disajikan,” jawab sang pelayan sambil membungkuk sopan.Suri mengangguk, lalu mengarahkan pandangannya ke ruang kerja untuk mencari keberadaan Romeo.“Sayang, ayo makan malam dulu!”Pintu ruang kerja terbuka. Romeo menoleh dan membalas, “Baik, Sayang. Kami segera ke sana.”Ia pun berdiri dan menepuk bahu Jevandro ringan. “Ayo, Nak. Waktunya makan malam.”Jevandro bangkit, masih dalam diam, tetapi wajahnya tampak lebih ringan daripada saat ia datang tadi.Ketika mereka keluar dari ruang kerja, pandangan Suri jatuh pada sosok putra sulungnya. Wajah itu kini tumbuh menjadi dewasa, t

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jangan Ulangi Kesalahan Papa!

    Selesai melakukan tugasnya, Jeandra segera menarik tangannya, seolah takut berada terlalu lama dalam lingkar keintiman yang tidak ia harapkan. Ia melangkah mundur, menghindari tatapan Kenan yang kini telah berbalik dan mulai mengenakan kembali kaos polo putihnya.“Saya tidak mau makan malam bersama Bapak,” tolak Jeandra tegas. “Saya lebih suka makan sendiri.”Kenan menatapnya sebentar, wajahnya tak menunjukkan perubahan apa pun. Pria itu hanya mengangguk, nyaris tanpa emosi. “Baiklah,” sahutnya ringan. "Kalau begitu, saya pulang sekarang.”Kenan menenteng tasnya, lalu menoleh sejenak sebelum melangkah ke pintu. “Jangan lupa, besok masuk kantor seperti biasa. Kamu tetap sekretaris saya, dan besok ada meeting penting. Datanglah tepat waktu.”“Ya, ya,” jawab Jeandra malas, mengibaskan tangannya tanpa menoleh.Dengan cepat, ia berjalan mendahului Kenan ke depan pintu apartemen. Sesampainya di sana, Jeandra berdiri dengan punggung lurus dan kepala sedikit menoleh ke samping. Tanpa ragu,

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Suami Istri Sungguhan

    Kenan lantas duduk bersandar di sofa empuk ruang tengah apartemen Jeandra, seolah ruangan itu telah lama menjadi miliknya. Cahaya temaram lampu gantung menciptakan siluet tegas di wajah tampannya yang selalu tenang dan sulit ditebak. Matanya menatap Jeandra sekilas, sebelum merogoh tas kerja kulit hitam yang ia bawa sejak tadi.Dengan gerakan terukur, Kenan mengeluarkan map dokumen berwarna gading lalu meletakkan di atas meja kaca di hadapannya.“Ini,” ucapnya seraya mendorong map itu ke arah Jeandra. “Draft perjanjian dari pengacara saya. Kami sudah berdiskusi cukup panjang tadi siang.”Jeandra menatap benda itu dengan kening berkerut, enggan menyentuhnya.“Dalam perjanjian ini,” lanjut Kenan tenang, “disepakati bahwa pernikahan kita akan tetap dijalankan selama enam bulan ke depan, demi menjaga nama baik keluarga saya, dan nama baik kamu juga. Setelah itu, saya akan memberimu satu milyar sebagai kompensasi perceraian.”Jeandra membelalak. “Enam bulan?” Sorot matanya menatap Kenan se

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Saya adalah Suamimu

    Langit nampak cerah ketika Jeandra tiba di butiknya, setelah hampir satu minggu tak menampakkan diri. Kedatangannya disambut dengan wajah-wajah penuh rindu dari para staf dan asistennya. Wangi lembut bunga peony yang menjadi ciri khas interior butik itu menguar di udara, memberikan rasa tenteram yang sudah lama tidak ia rasakan. Untuk sejenak, Jeandra merasa seperti pulang ke rumah kedua.“Bu Jeandra! Akhirnya datang juga,” seru Clara, asistennya yang setia, sembari menghampiri dengan antusias. Pegawai-pegawai lain ikut menyapa dan beberapa bahkan secara spontan memberikan pelukan ringan. “Kami pikir Anda tidak akan kembali dalam waktu dekat,” tambahnya dengan senyum lebar.Jeandra tertawa kecil. “Aku rindu tempat ini, tapi belum bisa datang setiap hari. Masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan di luar."Suasana hangat itu mendadak bertambah ramai, saat seorang wanita melangkah keluar dari ruang rias. Ia adalah Melina Pertiwi, calon pengantin dari keluarga pengusaha ternama yang s

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tanpa Rasa

    Meski sempat nyaris menolak dengan halus, Serin akhirnya menganggukkan kepala ketika Suri kembali mengajaknya makan siang. Ia mengikuti langkah Suri dan Jeandra menuju ruang makan keluarga dengan ragu-ragu. Kesadaran bahwa dirinya sedang berdiri di ambang perubahan besar—membuat hatinya berdebar.Selama makan siang, Serin lebih banyak menunduk dan menyentuh makanan di piringnya tanpa benar-benar mengecap rasanya. Namun, suasana akrab di meja makan membuat dada Serin terasa hangat. Sudah lama sekali ia tak merasakan atmosfer kekeluargaan seperti ini—sejak kepergian kedua orangtuanya.Terlebih, keramahan Jeandra yang sering menyelipkan obrolan ringan, serta perhatian halus dari Suri membuat Serin mulai merasa diterima, walau ia masih takut untuk terlalu banyak bicara. Ia lebih suka mendengar, mencatat dalam benaknya bagaimana sebuah keluarga yang sesungguhnya saling berinteraksi.Selesai makan siang, Serin kembali berdiri dengan sopan, lalu membungkukkan tubuh sedikit.“Terima kasih ban

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sandiwara Dalam Cinta

    Mendengar pengakuan dari bibir Serin, Jeandra nyaris tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Tatapan gadis itu memang tampak tulus, tetapi Jeandra mampu membaca lebih dalam dari sekadar kilau bening di bola mata seseorang. Ada yang disembunyikan, ada rasa yang terlalu ganjil untuk sekadar disebut cinta dalam waktu sesingkat itu. Dengan gerakan spontan, Jeandra memutar tubuh Serin agar menghadap ke arahnya. Kedua tangan Jeandra memegang bahu ramping Serin dengan kehangatan yang menguatkan, seperti seorang kakak yang sedang mencoba memahami keputusan adiknya.“Tatap mataku, Serin,” tukas Jeandra. “Jawab aku dengan jujur… apakah kamu sungguh-sungguh mencintai Jevan? Atau, kamu mengatakan semua ini atas suruhan seseorang?”Serin terdiam beberapa detik. Matanya membeku dalam kecamuk batin yang tak terucap. Di hadapannya, Jeandra menanti dengan penuh kesungguhan, seolah tak rela satu keping kebohongan pun bersembunyi.Serin tahu, Jeandra menuduhnya menyembunyikan kebenaran.

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mulai Jatuh Cinta

    Kalimat menenangkan yang diucapkan oleh Suri dan Romeo membuat suasana di ruangan itu terasa berbeda. Serin tak lagi merasa berada di ruang penghakiman, melainkan berada di tempat di mana ia bebas bersuara —tanpa prasangka, tanpa syarat.Sembari menggigit bibirnya, Serin mengangguk perlahan. Suara lirihnya keluar seperti bisikan dari jiwa yang selama ini terkunci rapat.“Terima kasih… telah menerima saya di sini.”Tak berselang lama, pelayan datang untuk menyajikan minuman, membuat keheningan sejenak mengendap di antara mereka. Suri menyesap teh di hadapannya, seakan ingin memberi jeda sebelum pertanyaan berikutnya dilontarkan.Tatapannya yang lembut terarah kembali menyentuh wajah Serin, mencoba menyelami rahasia yang tersimpan di balik sorot mata gadis itu.Pada akhirnya, Suri mulai mengajukan pertanyaan yang sejak semalam mengganjal di hatinya.“Serin,” panggilnya tenang. “Benarkah sekarang kamu bekerja sebagai karyawan magang di bagian call center?” “Iya, Tante, sebelumnya saya m

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Butuh Kejujuranmu

    Serin menunduk dalam-dalam. Air matanya hampir menetes, tetapi ia segera menahannya. Ia harus kuat. Ia tidak boleh gentar. Karena satu langkah saja yang salah, maka bukan hanya pekerjaannya yang akan lenyap, tapi juga martabat yang selama ini ia pertahankan dengan segenap tenaga.Seiring roda mobil yang menggesek halus permukaan aspal, denting waktu seakan melambat di telinga Serin. Keringat dingin mulai menggenang di dahinya, membasahi kulit tipis yang pucat pasi. Telapak tangannya lembap, menggigil oleh gugup yang tak mampu ia redam. Bola matanya menatap kosong ke jendela yang menampilkan dunia asing—megah dan berkelas—yang terasa begitu jauh dari kehidupannya sehari-hari. Ia tidak tahu di mana letak mansion keluarga Albantara. Bahkan, membayangkan wujudnya pun ia tidak berani.Namun satu hal yang ia yakini, rumah itu pasti tidak seperti rumah—melainkan seperti istana para raja.Serin memejamkan mata sejenak, bagaikan seorang tawanan yang hendak dibawa menuju ruang sidang. Ia tak

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status