Kapan William bersikap lemah lembut padanya?
Grace menganggap semua ini benar-benar konyol.
William masih tidak mempercayainya. William menganggap Grace akan menggunakan perceraian untuk merusak reputasinya.
Perceraian setelah satu tahun menikah bukanlah hal yang mulia, jadi Grace tidak akan mempublikasikannya dengan terang-terangan.
"Aku berjanji tidak akan menyebutkannya sepatah kata pun. Kalau kamu khawatir, kamu bisa menambahkan ini ke dalam perjanjian perceraian."
William melihat ejekan di bibir Grace dan merasa sangat kesal. "Jangan tunda-tunda, cepat tanda tangan!"
Grace mengatakan ini seolah-oalah sengaja mengulur waktu.
Grace terlalu malas untuk berdebat dengan William, jadi langsung mengambil pena dan tanda tangan tanpa ragu-ragu.
"Giliranmu!"
Grace melemparkan pena serta surat perjanjian perceraian ke depan William.
Sudah menyuruh orang untuk mencetak dokumennya, kenapa tidak tanda tangan dulu? Benar-benar merepotkan!
William merasakan lirikan mata kesal dari Grace. William mencoba menahan diri untuk tidak marah. Lagi pula sebentar lagi mereka tidak akan berhubungan, jadi lebih baik menahannya selama beberapa menit saja.
Setelah mengambil pena, William hendak menandatangani tapi ponselnya tiba-tiba berdering.
Ternyata yang menelepon adalah Bibi Linda, pengasuh yang khusus untuk merawat neneknya.
Begitu menerima telepon, suara cemas dari Bibi Linda terdengar.
"Tuan, Nyonya tiba-tiba pingsan! Saya sudah memanggil dokter, cepat kemari!"
Setelah mendengar ini, William buru-buru berdiri dan segera keluar!
"Kamu mau ke mana?"
Grace berteriak, "Tanda tangan dulu!"
William tiba-tiba teringat sesuatu dan menatap Grace dengan wajah dingin ....
"Apa ini perbuatanmu?"
Grace bingung. "Apa yang kulakukan? Siapa yang menelepon tadi?"
Grace sengaja duduk jauh dari William, jadi hanya tahu bahwa orang di ujung telepon sedang terburu-buru dan tidak mendengar dengan jelas apa yang terjadi.
Melihat ekspresi Grace yang sepertinya tidak berpura-pura, William tidak punya waktu untuk menyelidikinya lebih jauh.
"Grace, sebaiknya kamu jangan bercanda tentang nyawa Nenek!"
Setelah mengatakan itu, William segera pergi.
Grace tahu dari reaksi dan kata-katanya bahwa ini tentang Nenek Tamara.
Grace segera meneleponnya.
Setelah mendengar Bibi Linda bilang bahwa Nenek pingsan, Grace buru-buru pergi dari Kantor Catatan Sipil.
Nenek Tamara selalu baik padanya.
Nenek Tamara bukan hanya mengizinkannya menikah dengan William, tapi juga membantunya melampiaskan amarahnya saat Grace dianiaya.
Alasan kenapa dia bisa mempertahankan pernikahannya dengan William adalah karena dukungan Nenek Tamara.
Hanya saja di kehidupan sebelumnya, Grace terlalu mengecewakan Nenek Tamara.
Setelah masuk rumah sakit jiwa, Grace mendengar bahwa neneknya kurang sehat, sehingga tidak lagi punya tenaga untuk mencampuri urusannya.
Meskipun tidak lagi menjadi istri cucunya dalam kehidupan ini, tapi Grace tidak akan pernah melupakan kebaikan Nenek Tamara padanya.
William tidak lagi berada di tempat parkir di luar, jadi Grace tidak punya pilihan selain naik taksi dan bergegas ke kediaman Keluarga Sanjaya secepat mungkin.
Setelah ke ruang tamu, tidak ada dokter yang seperti dibayangkan, bahkan tidak ada pelayan yang sedang cemas.
Nyonya Tamara sedang duduk di kursi utama, tidak terlihat sedang sakit dan menatap ke arah William dengan marah.
"Kamu hebat sekali, berani-beraninya bercerai dengan Grace di belakangku!"
"Nenek, Grace ...."
William baru saja membuka mulut untuk berbicara, tapi Nyonya Tamara memukulnya dengan tongkat!
"Kamu masih ingin berdalih? Grace sangat mencintaimu, mana mungkin bisa mengajukan perceraian! Apa kamu ingin membuatku mati?"
Nyonya Tamara begitu marah hingga batuk beberapa kali.
"Nenek!" Grace buru-buru berlari ke arahnya.
Nyonya Tamara sedikit senang melihatnya. "Grace datang tepat pada waktunya, beri tahu Nenek kalau bocah ini yang memaksamu bercerai!"
Grace melirik ke arah William, tatapan matanya sudah dipenuhi rasa dingin.
Jika Nyonya Tamara tidak ada di sana, William pasti sudah langsung membunuhnya!
"Kenapa melihat Grace saja?"
Nyonya Tamara memukul William lagi dan berkata pada Grace, "Jangan takut, Grace. Katakan yang sebenarnya. Nenek akan membelamu!"
Hati Grace merasa hangat.
Grace memegang tangan Nenek dan berkata dengan lembut, "Nenek, bukan William yang ingin bercerai, aku sendiri yang ingin bercerai."
Nyonya Tamara menepuk punggung tangannya dengan nyaman.
"Grace, beritahu Nenek apa yang kamu derita. William akan meminta maaf atau Nenek bisa memukulnya! Hanya saja, jangan bercanda tentang perceraian."
Nenek masih tidak percaya padanya.
Grace sedikit tidak berdaya. "Nenek, aku tahu Nenek merasa kasihan padaku, tapi aku nggak bercanda."
"Aku nggak gegabah, aku sudah memikirkannya dengan jelas. Aku ingin bercerai."
Melihat ekspresi tegas Grace, ekspresi Nyonya Tamara menjadi sedikit lebih serius.
"Grace, ikut Nenek pergi ke ruang meditasi."
...
Setengah jam kemudian, Grace membantu Nyonya Tamara kembali ke ruang tamu dengan mata merah.
Nyonya Tamara menatap William dengan marah. "Bawa kembali Grace!"
"Kalau kalian bercerai di belakangku, aku akan beri kalian pelajaran!"
William sepertinya tidak terkejut dengan hasil ini, mencibir dan berdiri untuk pergi.
"Dasar bocah tengil!"
Nyonya Tamara mengumpat sambil memegang tangan Grace dengan sedih. "Grace, ingat apa yang kamu janjikan pada Nenek."
"Nenek harus berjanji nggak akan menghentikanku menceraikan William setelah ulang tahun Nenek bulan depan."
"Bagaimana kalau William jatuh cinta padamu?" tanya Nyonya Tamara.