Share

Bab 10

Penulis: R15
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-08 17:21:56
Leo terkejut mendengar penuturan Khania, tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Cih! Lakukan saja yang kau mau, itu tidak akan berpengaruh padaku maupun keluarga ini," hardik Rebecca sambil berjalan meninggalkan ruangan.

Khania melihat kepergian Rebecca yang diikuti beberapa pelayan.

Leo menghela napas panjang sambil memegang kepala dengan sebelah tangan. "Maaf atas sikap bibiku padamu, dia memang seperti itu," ujarnya sambil menatap Khania.

Gadis itu tersenyum dan menjawab, "Tak apa, nanti juga aku akan terbiasa."

Bohong, sejujurnya gadis itu masih sangat kaget, entah apa yang akan terjadi jika dia tidak pandai membalikkan keadaan seperti tadi.

"Boleh aku kembali lagi ke taman? Di sana sangat menenangkan," tanya Khania.

Keinginan gadis itu mengingatkan Leo pada sang mendiang ibunya, sosok yang selalu berada di taman saat ingin menyendiri.

"Tentu, mari aku antar," jawab Leo dengan sigap mengulurkan tangan pada sang istri. "Aku juga akan mengajakmu berkeliling taman."

Khani
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 11

    Manik hitam Khania menatap sosok Leo, yang tengah serius mengobati lukanya akibat terkilir beberapa waktu lalu. Tangan besar pria itu terasa bergetar saat menyentuh dan sedikit memijat pergelangan kaki Khania, gadis itu pun heran di buatnya. "Kenapa tanganmu bergetar?" tanya Khania, dia khawatir jika kondisi Leo akan sama seperti kemarin. "Aku, gugup," jawab pria itu. "Hah? Gugup?" tanya Khania dalam hati. Leo menatap Khania sesaat, gadis itu terlihat bingung. "Aku gugup karena mengontrol tenagaku, kau ini seperti kelinci dengan kulit dan tulang yang rapuh," lanjutnya. "Hmph! Hahaha!" Tawa Khania pecah saat mendengar penjelasan Leo, apa yang dipikirkan pria itu sungguh tidak bisa dia tebak. Yang jadi bahan tertawa Khania pun hanya terdiam dengan ekspresi datar. "Kenapa kau samakan aku dengan kelinci?" tanya Khania di sela tawanya. "Entahlah," jawab Leo sambil berpose sedang berpikir. "Mungkin karena kalian sama-sama manis." Sontak Khania terdiam. "Apa?" Leo menatap Kha

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • Nyonya Satu Miliar   Bab 12

    "Sesak." Khania menatap dirinya di cermin, gaun yang menurutnya aneh itu membuatnya tak nyaman, proses memakainya pun butuh waktu lama. "Icha, bolehkah aku membuka ini, apa namanya? korset," ujar Khania sambil mencoba untuk merentangkan tangan dan bergerak bebas. "Tidak boleh nyonya, itu sangat penting saat memakai gaun," jawab Icha sambil merapikan pakaian. Khania menghela napas berat dan berkata, "Jangankan untuk bergerak, bernapas juga rasanya sulit." "Maaf nyonya, anda harus tahan sampai pertemuannya selesai," ujar Icha merasa bersalah. "Karena tamu yang datang adalah bagian dari keluarga kerajaan, maka anda wajib mengikuti budaya berpakaian mereka." Hal yang sungguh merepotkan bagi Khania, dia tidak habis pikir para bangsawan itu bisa tahan dengan pakaian seperti ini. Tak hanya membuat dada terasa sesak, bergerak pun sangat sulit, alhasil gadis itu berjalan dengan langkah yang kaku. "Mari saya bantu, nyonya," ujar Icha sambil menuntun Khania dan memberi tahu sang nyonya

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • Nyonya Satu Miliar   Bab 13

    Khania menatap tajam ke arah Leo, apa yang dikatakan pria itu sungguh membuatnya malu. Yang dipelototi hanya mengangkat bahu seakan tidak peduli. "Begitukah? Anda memang luar biasa," puji Gabriella pada Khania. "Bu- bukan begitu ..." Khania ingin menjelaskan namun perkataannya dipotong oleh Leo. "Marquess, bagaimana kondisi perbatasan?" Rupanya Leo tidak mau larut dalam pembicaraan itu, dan mencari topik lain untuk mereka bahas, Khania pun menghela napas lega. "Sejauh ini masih baik-baik saja, meski beberapa waktu lalu para tory kembali melakukan pemberontakan," jawab Javier dengan wajah serius. "Tory? Apa itu?" tanya Khania dalam hati. Pembicaraan mereka mengarah pada politik negara, Khania hanya diam mendengarkan tanpa bisa mengerti, yang jelas ketiga kepala keluarga itu begitu serius membicarakannya. "Tuan Leo," panggil Herlan sambil sedikit mwmbungkukkan badan. "Hidangan sudah disajikan." Leo mengangguk dan berkata, "Baiklah, mari makan bersama," ajaknya diikuti ang

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17
  • Nyonya Satu Miliar   Bab 14

    Siron menghampiri Khania. "Bagaimana kabarmu, Khania?" tanya pria itu sambil tersenyum. Khania tidak langsung menjawab, dia masih kaget saat tahu pria itu berada di sana. "Khania?" panggil Siron. "Eh?" gadis itu pun sadar dari lamunannya. "Ka- kabarku baik, bagaimana dengan anda?" "Kabarku juga baik," jawab Siron sambil duduk di hamparan rumput. "Dan jangan bicara terlalu formal, santai saja." Khania mengangguk ragu saat pria itu meminta demikian. Sejujurnya bukan tanpa alasan sikap Khania jadi lebih formal terhadap Siron, hal itu karena penjelasan Icha saat mereka sedang membahas tentang keluarga Leo. "Tuan Siron, dia adalah sahabat kecil tuan Leo dan merupakan anak pertama dari raja Claude, beliau menempuh pendidikan di berbagai negara untuk mempelajari kebudayaan mereka." "Pangeran!" Khania menoleh dan mendapati seorang pria berkacamata, sedang berlari menghampiri Siron. Benar, Siron adalah seorang pangeran dari negaranya yang bernama Liechtenstein, yang konon memiliki tan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-20
  • Nyonya Satu Miliar   Bab 15

    "Apa salahku?" tanya Khania yang heran dengan sikap kasar pria itu. SET! Leo melepas cengkramannya pada bahu Khania, lalu berbalik membelakanginya. Kedua tangan pria itu mengepal kuat seperti menahan amarah, hal itu lantas membuat Khania semakin bingung. Setelah mengembuskan napas berat, Leo pun berkata, "Kau hanya perantara agar aku bisa mencapai tujuanku, jangan bersikap seolah-olah bisa melakukan apapun yang kau mau," ujar Leo tanpa membalikkan badan. Khania tahu itu, sangat tahu. Tapi kenapa ada rasa sakit ketika Leo mengingatkan bahwa kehadiran dirinya di sana hanya sebagai perantara. Gadis itu pun tersenyum dengan wajah sendu. "Aku mengerti, maaf jika ada hal yang kulakukan dan itu membuatmu tidak nyaman." Permintaan maaf Khania membuat Leo semakin kesal, pria itu pun bingung harus bagaimana saat dengan spontan perasaan itu muncul dan berubah setiap waktu. "Ck!" Setelah itu Leo pun pergi meninggalkan Khania, yang sedang memandang sosok itu dengan ekspresi sedih. "Tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-22
  • Nyonya Satu Miliar   Bab 16

    Khania pun pergi tanpa memedulikan hinaan mereka yang semakin menjadi. "Dasar tidak punya sopan santun." "Sebaiknya tuan Duke ceraikan saja dia." "Cih! Sekali sampah tetaplah sampah!" CKLEK! "Nyonya!" Icha pun melihat Khania yang keluar dari ruangan itu dengan wajah berderai air mata. "Maaf Icha, aku ingin sendiri," ujar Khania sambil melenggang pergi. "Nyonya." Pelayan muda itu hanya bisa menatap kepergian sang majikan dalam diam. Hatinya terasa sakit saat sosok itu terlihat sangat terluka. CKLEK! Icha melihat seseorang yang ikut keluar dari ruangan utama, dan ternyata itu adalah Leo. "Di mana Khania?" tanya Leo. Pelayan muda itu tidak langsung menjawab, dia melihat Leo dengan tatapan marah. Hal itu pun membuat pria itu heran. "Tolong, jangan sakiti nyonya lagi, tuan," ujar Icha. Sejujurnya pelayan muda itu sangat marah, dengan apa yang telah terjadi pada sang nyonya selama berada di kediaman Martin. Dia sudah tidak peduli jika Leo akan memecatnya karena bersikap ti

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • Nyonya Satu Miliar   Bab 17

    JIIITT! Khania melihat wajahnya di depan cermin, penampilannya saat ini sudah seperti gelandangan di pinggir jalan. Dengan baju berantakan dan rambut bak singa si raja hutan. Bagaimana tidak, sedari tadi dia berteriak dan berguling di atas kasur berulang kali, dengan ekspresi wajah yang dia sendiri anggap jelek. "Dasar gila! Gila! Gila!" BUK! BUK! BUK! Semua bantal yang ada di sana pun menjadi korban kebrutalannya. "Aarrggh!" Khania kembali mengingat apa yang terjadi kemarin, saat dia meluapkan segala emosinya pada Leo. Khania merasa sedikit lega karena berhasil mencurahkan keluh kesahnya pada pria itu, tapi di sisi lain dia juga merasa sangat malu saat dengan tiba-tiba Leo menciumnya. Pria itu tidak tahu bahwa sebenarnya Khania masih terjaga. "Tapi saat dia bilang mencintaiku, apakah itu benar?" Khania masih belum percaya dengan apa yang dia dengar dari pria itu kemarin, meski sangat jelas, tapi sulit baginya untuk membenarkan bahwa itu nyata. Sepintas Khania kembali te

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Nyonya Satu Miliar   Bab 18

    Kesibukkan terlihat di kediaman Martin saat ini, semua pelayan melakukan tugasnya masing-masing dengan gesit, adapun dari mereka membawa beberapa koper besar untuk di bawa keluar ruangan dan meletakkannya di dalam mobil mewah. Sang empu hanya melihat mereka dengan manik birunya, terkadang memberi perintah saat merasa ada sesuatu yang kurang. "Kau tidak perlu melakukan persiapan sebanyak ini, kita kan hanya pergi dua hari," ujar Khania saat melihat koper yang lumayan banyak. "Apa isi semua itu?" "Hm, pakaianku," jawab Leo. Pria itu berbohong, sebenarnya yang ada di dalam koper itu adalah berkas-berkas dan dokumen penting yang harus dia kerjakan, Leo tidak ingin memberitahu Khania karena khawatir membuat gadis itu merasa tidak enak. "Banyak sekali, padahal yang kau pakai itu-itu saja," ledek Khania. Leo menahan senyumnya saat mendengar penuturan Khania. Gadis itu benar, meski pria itu memiliki puluhan lusin pakaian, tapi yang dia pakai hanya beberapa dan cenderung berulang kali di

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28

Bab terbaru

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 27

    Suasana malam terlihat begitu indah dengan hamparan bintang juga bulan yang bersinar terang. Pemandangan yang cukup memanjakan mata sosok yang tengah terduduk dan menatap keluar jendela kamar. Manik hitamnya menatap ke atas langit. "Indah sekali," gumamnya. "Benarkah?." Suara berat itu lantas membuat Khania terlonjak kaget, diapun segera menoleh dan melihat Leo sudah memakai piyama. Penampilan pria itu sukses membuat wajah Khania merona. Dengan rambutnya yang masih basah dan baju piyama tanpa dikancing. "Rapikan bajumu, kenapa terlihat seperti itu?," tanya Khania sambil menoleh ke arah lain. Melihat respon sang istri membuat Leo tersenyum menyeringai. "Agar lebih erotis." "Astaga, dia memang serius tentang malam pertama!" batin Khania pasrah. Dengan penuh persiapan diri dan mental, Khania pun berjalan menuju tempat tidur lalu duduk. Gadis itu menutup mata dan menunggu Leo datang menghampiri. "Kau sedang apa?" tanya Leo bingung. "Jangan banyak bicara, ayo

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 26

    Seakan terkena petir di siang bolong, kini gadis itu terdiam seribu bahasa, membuat lawan bicaranya bingung."Bagaimana?" tanya Leo yang sedari tadi menunggu jawaban.Wajah cantik Khania semakin pucat, dia benar-benar tidak tahu harus menjawab apa, baginya hal ini sungguh di luar dugaan."Itu ...""Hm?"Entah kenapa kini gadis itu merasa sebal dengan ekspresi sang suami yang sedang menggodanya."Aku tahu ini akan terjadi, tapi ... Kenapa terasa sangat memalukan?" jerit Khania dalam hati. "Lihat wajahnya! Menyebalkan!""Aku tidak ingin ada penolakan, kau mengerti?" bisik Leo dengan senyum menyeringai."HIIYYY!" Seketika tubuh Khania merinding saat mendengar ancaman itu. Dia tidak menyangka sampai seperti itu Leo menunjukkan keinginannya."Baiklah, jika sudah selesai akan aku antar kalian pulang," ujar Leo beranjak dari tempat duduknya. "Mari, nyonya." Sambungnya sambil mempersilahkan Khania berdiri."Mereka berdua sangat romantis.""Khania benar-benar beruntung.""Tuan Leo sangat gentle

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 25

    "Khania, semua ini ... Yang benar saja," ujar Rosi tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Berlian dengan berbagai ukuran dan warna berjejer di depan mereka, terlihat pula para pegawai toko tengah sibuk mencari stok lain karena Khania memintanya. "Pilihlah saja dulu, aku yang akan bertanggung jawab." Khania menjawab sambil melihat salah satu berlian dengan ukuran sedang. "Aku ingin, tapi ... Apa ini mimpi?" tanya Dina sambil mencubit pipinya. "Khania, semua ini, beneran tidak apa-apa?" tanya Rosi berulang kali. Khania menjawab keraguan teman-temannya dengan senyum manis. "Ya, sepertinya Leo memang sudah sengaja mempersiapkannya untuk kita." Keraguan Khania hilang saat mendapat pesan dari Leo, pria itu memberikan secarik kertas lewat pelayannya dan bertuliskan agar Khania tidak membatasi keinginannya, karena sebagai seorang Duchess, dia berhak mendapatkan itu semua. Di sisi lain Leo tidak mau dibilang suami yang pelit karena tidak memberikan kebebasan dalam hal keuanga

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 24

    "ARRGGHH! HENTIKAN!" Teriak sosok itu saat Leo mencengkram pergelangan tangannya semakin keras, satu orang lainnya hanya melihat kejadian itu dengan tatapan ngeri. "Hey! Ada apa ini?" "Ya ampun!" Dina dan Riki sangat kaget saat masuk ke dalam rumah Rosi dan melihat apa yang sedang terjadi. "Akan kupatahkan semua tulang-tulangmu," gumam Leo penuh amarah. "AARGHH!" "Leo! Hentikan!" teriak Khania merasa tidak tega. "Yah, aku tahu kau pasti berkata begitu," ujar Leo menghela napas, dengan cepat dia pun melepaskan tangan pria itu. "Sebenarnya siapa kalian berdua?" Khania pun menghampiri Leo dan menjelaskan apa yang terjadi. "Mereka adalah paman Rosi, kedatangannya kemari untuk mengambil alih rumah ini, padahal Rosi membayarnya dengan mencicil dan sudah berjalan selama lima tahun." "Pantas saja, jika dilihat dari sikap mereka yang berani, sepertinya mereka memiliki hak yang lebih kuat," batin Leo. "Aku tidak boleh gegabah." "Kalian orang luar jangan ikut campur, ini adalah urusa

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 23

    Terpaan angin lembut berhembus di padang rumput dan luas itu. Sinar mentari mulai naik menunjukkan eksistensinya, juga sebagai tanda makhluk hidup di bawahnya harus memulai aktivitas mereka. Suara decitan gir sepeda beberapa sosok itu menambah suasana pagi di sana menjadi lebih ramai, ada pula di antaranya selalu berhenti setelah melaju beberapa meter. "Rosi, sepertinya rantai sepedamu sudah gabisa dipakai," ujar Riki saat mencoba memperbaiki. Mendengar itu Khania pun segera menghampiri. "Rantainya putus?" Riki mengangguk. "Kau pakai punyaku saja, biar aku yang dorong sepedamu," ujar Riki pada Rosi. "Gausah ki, rumahku udah deket ko," ujar Rosi. "Rosi benar, sebaiknya kita dorong sepeda bersama-sama agar tidak ada yang tertinggal." Khania pun berjalan menghampiri Leo. "Kau tak keberatan kan?" "Tentu," jawab Leo sambil turun dan mendorong sepeda milik Khania. Beberapa menit mereka berjalan beriringan, melewati padang rumput itu hingga tiba di area sungai. Manik Khania menatap

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 22

    "Khania! Sebelah sini!" Khania menolehkan wajah dan mendapati Dina dan tiga orang gadis sebaya dengannya sedang duduk di sebuah pondok kecil. Dia pun segera mengayuh sepedanya lalu menghampiri mereka. "Maaf aku terlambat," ujar sambil terengah. Ke empat sosok itu tertawa lepas saat melihat Khania yang kelelahan karena mengendarai sepeda. "Kau jarang olahraga ya?" tanya salah satu dari mereka. Khania hanya tersenyum malu, mereka sangat tahu dirinya sejak dulu, sebenarnya dia di kenal sebagai anak yang lincah dan tidak kenal lelah, tak heran jika kini mereka merasa asing saat tahu dirinya banyak berubah. "Ah benar juga, di mana suamimu? Bukankah kau mau ajak dia jalan-jalan juga?" tanya Dina. Khania menyimpan sepedanya lalu duduk di antara teman-temannya. "Sepertinya Leo tidak akan ikut, aku takut dia kelelahan karena baru selesai melakukan pekerjaan." Meski sudah mencoba untuk tidak egois, tapi tidak dipungkiri Khania sangat ingin kehadiran sosok Leo saat ini. Sejak kepergiann

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 21

    "Silahkan," ujar Astusi sambil menyediakan beberapa makanan di atas meja makan. Leo melihat sajian di hadapannya dengan kagum, karena yang memasak semua itu adalah sang istri. Dia tidak menyangka jika Khania sangat pandai memasak makanan tradisional. Kini gadis itu masih berkutat di dapur bersama sang bibi, sedangkan Leo dan Bayu duduk manis di ruang makan. TIIN! TIIN! Seketika terdengar suara klakson di luar rumah, membuat ke empat orang di sana mengalihkan perhatian. "Akhirnya, datang juga," gumam Leo sambil beranjak berdiri. Hal itu pun membuat Bayu mengernyitkan alis. "Memangnya ada apa?" "Ikut saja dan lihatlah," jawab Leo. Mereka berdua pun berjalan keluar, betapa terkejutnya Bayu saat melihat apa yang ada di hadapannya. "Waah, i- ini ..." "Ada apa sih?" tanya Khania dan Astuti yang mengekor Bayu. Khania membelalakkan mata saat melihat beberapa mobil box dan terbuka sedang bertengger di depan halaman rumah sang paman, beberapa mobil itu membawa barang-barang elektron

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 20

    "Andri, kenapa kau ke sini?" tanya Dina dengan wajah heran. Pria itu tidak mengindahkan pertanyaan Dina, dia justru menatap Khania dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Khania sudah menikah, harusnya kamu ..." "Berisik." Andri mengerlingkan mata saat Dina mencoba untuk memperingatkannya. "Ini bukan urusanmu." Khania hanya terdiam menanggapi sosok itu. "Tapi, ini menjadi urusanku," ujar Leo yang muncul di belakang Khania. Andri terlihat tidak senang dengan kedatangan Leo, tangannya mengepal kuat seakan ingin menerjang dan meluapkan kekesalannya. Hal itu pun disadari oleh Leo. "Sepertinya ada hal ingin kau sampaikan padaku," ujarnya dengan nada datar. Bukan sekedar pertanyaan, Khania tahu sang suami sedang menantang Andri saat tahu sikap pria itu yang kurang menyenangkan. "Harusnya anda tahu malu, telah merebut kekasih orang lain," ujar Andri dengan tatapan tajam. Khania terkejut dengan penuturan Andri, tak di sangka pria itu berani mengatakannya dengan penuh percaya diri. Ma

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 19

    "Kau jahat, kenapa setega itu menghianati ibu?" "Maafkan aku bu, aku tidak bermaksud seperti itu." "Kau memang anak tidak berguna!" "Maaf, maafkan aku bu." "Leo." Khania mencoba menggoyangkan tubuh Leo, pria itu mengigau dan terus berkata maaf. Tak lama air mata mengalir di pipinya, membuat Khania semakin kaget. "Hei, bangunlah," ujar Khania. GYUT! Tiba-tiba tangan Leo meraih pinggang Khania dan memeluknya. "Tu-tunggu, Leo ..." "Biarkan seperti ini," pinta Leo. Khania tak bisa berbuat apapun, dia merasa pria itu sedang mencoba menenangkan diri dan tidak mau terlihat menyedihkan. Gadis itu pun menghela napas. "Baiklah, lakukan sesukamu." GYUUT! "Ta- tapi, jangan begini juga!" hardik Khania saat dengan sengaja Leo menenggelamkan wajah di atas dadanya. Pipi gadis itu memerah tak kala mendapati sikap sang suami dan tidak mengacuhkan perkataannya. "Diamlah." Sebenarnya Khania merasa kesal, tapi melihat kondisi Leo saat ini, dia hanya bisa pasrah. Manik hitam Khania melih

DMCA.com Protection Status