Terima kasih atas dukungan teman-teman. Semoga suka dan berbahagia selalu.
Mahira hanya diam saja. Dia tidak bicara sepatah kata pun pada Elvis yang selalu setia berada di sisinya. Pria itu tidak pernah meninggalkan kamar sama sekali.“Mahira, kenapa kamu diam? Apa ada yang sakit?” tanya Elvis dan tidak ada jawaban dari Mahira.“Mahira, katakan apa pun yang kamu inginkan. Pasti aku penuhi.” Elvis menatap Mahira. “Berpisah untuk selamanya.” Mahira menoleh pada Elvis dan kedua bola mata mereka saling bertemu.“Apa?” Elvis menarik napas dengan dalam dan menghembuskan dengan kasar.“Biarkan aku pergi dan menjauh dari kamu. Aku akan menetap di luar negeri. Pasti hidup kita akan tenang. Tidak ada yang terluka atau pun sakit hati,” ucap Mahira dengan tersenyum.“Mahira, aku telah lama mencari kamu dan kamu ingin pergi.” Elvis menatap tajam pada Mahira.“Kita sudah menikah dua tahun dan itu semua sudah cukup. Aku harap tidak ada utang lagi diantara kita sehingga tidak ada yang perlu dibayar di masa depan,” lanjut Mahira.“Tidak ada utang apa pun, Mahira. Aku ingin k
Elvis masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu. Dia melihat Feliz melepas tangan Mahira. Pria itu menatap tajam penuh kebencian.“Apa masih lama memeriksa istriku?” Elvis mendekati Mahira. Dia mencium dahi wanita itu di depan Feliz. “Maaf, aku rasa kalian sudah cerai,” ucap Feliz tidak suka melihat Elvis mencium Mahira.“Itu hanya perasaan kamu saja.” Elvis menarik kursi dan duduk di samping Mahira. Dia membelai rambut Mahira yang diam saja karena tidak ingin menghancurkan harga diri sang suami di depan pria lain.“Baiklah. Mahira, aku keluar dulu. Cepat sembut ya.” Feliz melambaikan tangan pada Mahira.“Terima kasih,” ucap Mahira.“Ya.” Feliz tersenyum dan keluar dari kamar Mahira.Dua pria itu menahan cemburu. Mereka benar-benar mencintai wanita yang sama. Elvis yang dingin di awal kini sangat posesif pada Mahira dan Feliz yang memang tidak mengubah hati serta perasaan dari pertama jumpa hingga detik ini.“Mahira, apa kamu menyukai Feliz?” tanya Elvis menatap Mahira.“Ya,” jawab Ma
Malam hadir dengan teratur. Sasa tidak sadarkan diri. Tubuhnya dingin dan membeku. Dia begitu dekat dengan kematian.“Kenapa Non Sasa tidak keluar juga dari kamar? Sekarang sudah waktu makan malam.” Bibi menaiki tangga menuju kamar Sasa.“Non, Non Sasa.” Bibi mengetuk pintu kamar Sasa.“Ada apa, Bi?” tanya Selia yang baru pulang dari Perusahaan bersama suaminya.“Aku masuk kamar dulu.” Sang suami pergi ke kamarnya. Pria itu sangat lelah setelah melakukan perjalanan bisnis. Dia butuh istirahat dan membersihkan diri.“Non Sasa belum keluar dari siang tadi, Bu. Sekarang sudah waktu makan malam,” jawab bibi.“Apa? Tidak biasanya dia berkurung di dalam kamar. Sasa.” Selia membuka pintu kamar Sasa. Dia mendapatkan ruangan yang gelap.“Sasa, di mana kamu? Kenapa kamarnya gelap? Apa dia tidur?” Selia segera menyalakan lampu dan melihat tempat tidur yang kosong dan kamar berantakan.“Apa yang terjadi?” Sasa dan bibi memperhatikan sekeliling. Semua gorden dan jendela masih terbuka.“Sasa, di man
Elvis benar-benar tidak pergi ke kantor sama sekali. Padahal ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Rapat yang telah dibatalkan karena pria itu tidak mau meninggalkan Mahira. Dia tidak ingin memberi kesempatan kepada Feliz mendekati istrinya.“Dia sangat sibuk.” Mahira melihat Elvis yang duduk di sofa dan memangku laptop.“Tangannya masih sakit dan terluka, tetapi tetap kerja dan berada di kamarku. Sebenarnya apa yang kamu inginkan, Elvis?” Mahira memperhatikan Elvis yang tampak fokus bekerja. Jiwa seorang dokter sangat ingin membantu orang yang terluka, tetapi dia pun sedang sakit.“Apa kamu tidak lelah?” tanya Mahira yang sudah duduk di tempat tidur. Selama menjadi pasangan suam istri, dia terus berusaha bisa membantu Elvis.“Apa kamu sedang mengkhawatirkanku?” Elvis yang sedang bekerja segera menutup komputernya.“Kamu juga pasien sehingga harus beristirahat.” Mahira melihat Elvis yang beranjak dari sofa dan mendekati dirinya. Dia benar-benar menyesal telah mengganggu pria it
Mahira melakukan terapi pada dirinya sendiri dengan bantuan Ela yang memang asistennya. Elvis memperhatikan sang istri yang tidak peduli pada suaminya. Pria itu sangat kagum pada wanita yang memiliki kemampuan medis tradisional dan modern.“Apa kamu bisa keluar?” tanya Mahira.“Kenapa?” Elvis balik bertanya.“Aku akan melepaskan pakaian dan mencari titik yang sakit,” jelas Mahira.“Aku sudah melihat semuanya,” ucap Elvis dan Ela tersenyum.“Keluarlah! Aku mau cepat sembuh,” tegas Mahira.“Baik. Aku akan menunggu di luar.” Elvis pun menurut dan keluar dari kamar. “Tolong lihat punggungku. Apa ada luka atau memar?” Mahira melepas pakaiannya tanpa ragu.“Tidak ada. Semuanya sudah bersih. Sisa luka pada tangan dan kaki saja,” ucap Ela.“Ya. Aku pun sudah merasa lebih baik dengan meminum ramuan tanpa obat kimia.” Mahira yang seorang dokter saja menggunakan obat herbal untuk kesembuhan dirinya.“Aku rasa Anda sudah bisa pulang.” Ela tersenyum.“Ya. Terima kasih sudah membuatkan ramuan untuk
Mahira telah keluar dari rumah sakit dan diantar oleh Elvis. Pria itu ingin memastikan bahwa istrinya sampai di rumah dengan selamat.“Kamu boleh pulang. Aku mau istirahat,” ucap Mahira. “Aku akan mengantarkan kamu ke dalam.” Elvis mengikuti Mahira masuk dan wanita itu tidak menolak. Dia malas untuk terus berdebat. “Hm.” Mahira langsung masuk kamar dan merebahkan diri di kasur. Dia benar-benar butus istirahat setelah perculikan dan dirawat di rumah sakit. Wanita itu cukup beruntung karena seorang dokter hebat sehingga denga mudah pulih dan sembuh.Elvis duduk di sofa dan melihat Mahira yang telah menghilang dari balik pintu yang terutup. Pria itu duduk di sofa dan merebahkan tubuhnya. Dia pun cukup lelah dengan begitu banyak kejadian secara tiba-tiba. Hidup yang tenang dan damai kini seakan banyak ujian serta cobaan yang tidak terduga.“Apa aku hanya ingin balas budi?” Elvis menatap pintu kamar Mahira yang tertutup rapat. “Kenapa aku tidak ingin melepaskannya? Kenapa aku marah ketik
Mirna dan Manisa benar-benar tidak berani keluar dari persembunyian mereka. Dua orang itu bahkan harus menyamar ketika mencari makanan seadanya di sekitar rumah.“Ma, mau sampai kapan kita begini? Aku sudah tidak kuliah. Aku tidak bisa terus sembunyi.” Manisa tampak kesal karena terkurung di dalam rumah lama yang kotor dan jauh dari pusat kota. Dia pun sudah beberapa hari tidak kuliah.“Apa kamu mau ditangkap anak buah Elvis?” tanya Mirna.“Apa Mama yakin orang-orang itu anak buah Kak Elvis?” Manisa balik bertanya.“Mahira hidup sebatang kara. Elvis pasti mencarinya dan pergi ke rumah kita,” jelas Mirna.“Kak Elvis kan tidak mencintai Kak Mahira. Kenapa dia harus mencari Kak Mahira?” Manisa menatap Mirna.“Mungkin dia mau menagih utang dalam perjanjian pernikahan,” ucap Mirna. Wanita itu tahu jelas bahwa dirinya telah menjual Mahira kepada Elvis dengan alasan tanggung jawab atas kecelakaan.“Apa Kak Mahira ada utang pada Kak Elvis? Pantas saja kita tidak mendapatkan kiriman uang lagi.
Elvis duduk di tepi kasur. Dia membuka berkas tentang kehidupan Mahira dari kecil hingga menikah dengannya.“Dia sangat menderita. Pantas saja hatinya begitu lembut dan lemah.” Elvis melihat foto-foto dan bahkan video kehidupan Mahira. Jari-jari itu meremas berkas di tangannya.“Dia selalu menolong nyawa orang lain. Padahal nyawanya dalam bahaya. Terlihat bahagia, tetapi harinya sangat tersiksa.” Elvis membuang semua berkas hingga berhamburan di lantai. “Apa yang kamu cari Mahira? Apa tujuan hidup kamu hanya menyenangkan orang lain? Kamu begitu bodoh dan menderita.” Elvis benar-benar kesal pada Mahira yang terlalu lemah dan menerima apa pun.“Pantas saja kamu rela bertahan dalam dua tahun pernikahan yang penuh penderitaan.” Elvis benar-benar memikirkan Mahira sehingga pria itu rela memberikan kebebasan dan masa tenang untuk istrinya.“Aku tidak akan menganggu kamu selama satu minggu ini. Aku tepati janjiku, Mahira.” Elvis menghubungi Rino untuk menarik anak buah yang mengawasi rumah M
Ryu bergabung dengan Chris dan Luo serta Edo di ruang pribadi. Pria itu menghempaskan tubuh di sofa sehingga membuat semua orang melihat padanya.“Ada apa, Tuan?” tanya Edo.“Apa Mahira sudah punya anak dengan Elvis? Mereka sudah menikah hampir tiga tahun.” Ryu menatap tajam pada Edo yang tetap tenang. Chris dan Lua saling pandang.“Belum, Tuan. Awalnya, mereka menikah karena terpaksa, tetapi sepertinya Elvis baru jatuh cinta kepada Dokter Mahira di tahun ini. Elvis benar-benar tidak mengenal dokter Mahira,” jelas Edo.“Hm.” Ryu memukul bantal sofa.“Ini semua karena Biyanka. Kenapa pria itu harus mati dengan mudahnya? Aku harus menyiksanya hingga tidak ingin hidup lagi.” Wajah Ryu memerah.“Apa kita akan pergi ke laboratorium?” tanya Lua mengalihkan topik pembicaraan.“Kita pergi besok. Hari ini biarkan Mahira beristirahat hingga tubuhnya benar-benar pulih,” jawab Ryu melihat pada Chris yang hanya diam saja. Pria itu terlihat menikmati minumannya.“Edo, tetap pantau Elvis. Mahira me
Pelayan wanita masuk ke dalam kamar Ryu. Dia datang untuk mengambil kembali peralatan makan Mahira.“Permisi, Nyonya.” Pelayan membungkung dan membereskan piring.“Tunggu. Di mana ini?” tanya Mahira memegang tangan pelayan.“Maaf. Permisi.” Pelayan menarik tangannya dengan lembut agar tidak menyakiti Mahira. Mereka tidak bisa berbicara atau menjawab pertanyaan karena dilarang.“Hah!” Mahira bingung. Dia turun dari kasur dan menyadari bahwa dirinya masih mengenakan gaun pesta.“Kenapa pakaianku bahkan belum diganti?” Mahira memperhatikan sekeliling. Di mana kamar mandi?” tanya Mahira pada dirinya sendiri. Dia tidak melihat pintu apa pun di ruangan itu. Semua terlihat seperti kaca dan cermin.“Ini juga rumah kaca.” Mahira berjalan ke dinding dan melihat keluar.“Kenapa aku hanya melihat hutan? Tidak ada jalanan.” Mahira berusaha menggeser dinding kaca. Dia ingin keluar agar bisa melihat lebih leluasa.“Apa yang kamu cari?” tanya Ryu dan Mahira segera memutar tubuhnya.“Ini di mana? Ah t
Elvis terduduk di sofa. Pria itu benar-benar kebingungan. Dia telah mengerahkan segalanya untuk mendapatkan sang istri yang tiba-tiba hilang.“Kenapa Mahira terus pergi?” tanya Elvis.“Kali ini dia bukan pergi, Elvis,” tegas Feliz.“Mahira telah diculik dan akan sulit untuk mendapatkannya kembali. Jaringan mereka sangat luas hingga internasional.” Feliz pun sangat kesal.“Sudah benar kamu sembunyikan saja Mahira di dalam rumah selamanya,” ucap Feliz pelan.“Feliz, Mahira sedang hamil anak kami.” Elvis menatap Feliz.“Apa?” Feliz terkejut.“Dia hilang di rumah sakit. Kami sedang melakukan pemeriksaaan dan aku sudah mengobar-abrik kota ini.” Elvis berbicara dengan nada tinggi. Pria itu marah, kesal dan takut. Dia benar-benar kacau.“Apa kamu bisa membantuku mencari Mahira? Aku akan membayar berapa pun yang kamu mau,” jelas Elvis.“Elvis, mereka mafia obat-obatan. Mahira adalah seorang ilmuan dan penemu yang cerdas. Dia bisa menciptakan apa pun yang kamu inginkan.” Suara Feliz terdengar
Mahira terduduk di lantai. Dia memuntahkan semua isi perutnya. Wanita itu menjadi lemas.“Apa aku terlalu lelah?” Mahira berusaha beranjak dari lantai dan membuka pintu.“Mahira, ada apa?” Elvis melihat wajah pucat Mahira. Pria itu segera menggendong dan istri dan membawa ke tempat tidur.“Mahira, apa yang terjadi? Kenapa wajah kamu pucat?” Elvis menyentuh pipi Mahira yang dingin.“Aku muntah dan sekarang kepalaku pusing. Rasanya mengantuk juga,” ucap Mahira.“Kita ke rumah sakit sekarang!” Elvis menghubungi Rino untuk mempersiapkan mobil di pintu belakang. Pria itu juga menyerahkan acara pesta kepada orang tuanya. Dia membawa Mahira ke rumah sakit tanpa sepengetahuan siapa pun.Wajah Elvis benar-benar panik. Dia terus memeluk Mahira dengan perasaan khawatir hingga tiba di rumah sakit.“Kita sampai. Aku sudah menghubungi dokter keluarga,” ucap Rino membuka pintu dengan cepat.“Pak Elvis.” Dokter telah menunggu di depan pintu ruang perawatan khusus.“Periksa istriku. Pastikan dia baik-
Elvis dengan mudah mempersiapkan pesta untuk memperkenalkan istrinya kepada dunia. Dia tahu seorang wanita sangat butuh pengakuan. Walaupun sudah terlambat, tetapi semuanya bisa dimulai dari awal. Selama itu bukan kasus perselingkuhan.Mahira berdiri di depan cermin. Dia bergitu cantik dengan gaun putih yang mewah. Wanita itu layaknya seorang putri dari istana Kerajaan. Riasan yang tipis, tetapi manis benar-benar cocok di wajahnnya yang lembut.“Apa kamu sudah siap?” tanya Elvis masuk ke dalam kamar.“Ya.” Mahira melihat Elvis dari pantulan cermin. Wanita itu tersenyum kepada pria tampan yang selalu tampil rapi dan menawan.“Ayo kita keluar.” Elvis mengulurkan tangan pada Mahira dan mereka bergandegan mesra keluar dari kamar menuju aula pesta.Semua keluarga dan tamu undangan sudah menunggu kehadiran istri dari Elvis. Mereka sangat penasaran dengan wanita yang sangat beruntung karenan emnjadi pilihan terakhir sang pengusaha muda.“Kita sambut Pak Elvis dengan istri tercinta Dokter Mahi
Mahira mengenakan mini dress seksi berwarna putih. Dia membuka gorden kamar dan keluar dari kamar. Wanita itu berdiri di balkon untuk menikmati langit malam yang cerah.“Indah sekali. Rumah kaca ini seperti kristal karena memantulkan cahaya.”Mahira benar-benar cantik. Rambut panjang dan bergelombang dibiarkan tergerai melewati pundaknya yang terbuka. Gaun putih yang hanya sebatas paha pun melambai-lambai tertiup angin. “Cantik.” Seorang pria berada di atas Gedung lain berhasil melihat Mahira dengan teropong canggih miliknya sehingga dokter cantik itu terlihat jelas dan jernih.“Tidak disangka. Ketika berada di rumah dia sangat seksi. Padahal selama bekerja di laboratorium, Dokter Mahira selalu mengenakan pakaian panjang.” Pria itu terus tersenyum lebar. Giginya sampai kering.“Hah! Gila.” Sang pria memegang dadanya yang berbedar kencang.“Tanda apa ini? Jantungku seakan ingin meledak.” Pria itu turun dari tangga. Dia khawatir dengan keseimbangan diri yang akan membahayakannya.“Sial!
Elvis bersiap untuk pergi ke pesta ulang tahun Sasa. Pria itu tidak melihat istrinya di kamar.“Di mana Mahira?” Elvis keluar dari kamar.“Di mana Mahira?” tanya Elvis kepada bibi di dapur.“Nyonya sudah pulang ke rumah kaca untuk memasak dan meracik obat,” jawab bibi.“Bukankah dia sudah janji tidak akan melakukan apa pun ketika ada aku di rumah.” Elvis mengeluarkan ponsel dari saku.“Kata Nyonya, Tuan mau ke pesta,” ucap bibi dan tidak ada respon dari Elvis. Pria itu menghubungi Mahira dan berjalan menuju rumah kaca. Dia membuka pintu dengan kode.“Mahira.” Elvis melihat Mahira di dapur. Wanita itu benar-benar sedang memasak obat.“Ya.” Mahira melihat pada Elvis.“Di mana ponsel kamu?” tanya Elvis. “Sepertinya tertinggal di kamar,” jawab Mahira.“Ada apa? Kenapa kamu belum pergi?” tanya Mahira menatap pada Elvis yang berjalan mendekat.“Bisakah kamu terus menyimpan ponsel di dekat kamu?” tanya Elvis.“Untuk apa?” Mahira bingung.“Mahira. Jika ada apa-apa kamu bisa langsung menghubun
Mahira mendongak karena ada helicopter yang berputar-putar di atas rumah mereka. Wanita itu memperhatikan kendaraan udara yang tidak berniat untuk mendarat.“Paman, apa itu helicopter Elvis?” tanya Mahira.“Bukan, Nyonya.” Tukang kebun pun ikut mendongak.“Kenapa dia hanya mutar-mutar di atas rumah?” Mahira bingung.“Nyonya, sebaiknya Anda masuk ke rumah.” Tukang kebun mengkhawatirkan Mahira. Pria yang juga bertugas menjaga rumah itu mencurigai helicopter yang berada di atas rumah.Helikopter mendarat di atas rumah Elvis. Seseorang menggunakan teropong untuk melihat Mahira yang mendongak.“Aku mendapatkannya,” ucap pria itu. “Woah. Wanita ini sangat cantik.” Pria itu tersenyum berhasil merekam Mahira dengan teropong. “Dia bersembunyi dengan baik di rumah yang mewah. Aktifkan akun sebentar saja. Aku langsung bisa menemukannya.” Pria itu tersenyum.“Kenapa mereka mendarat?” Mahira penasaran.“Nyonya, Tuan meminta Anda untuk masuk ke dalam rumah.” Dua orang pelayan menarik tangan Mahira
Mahira yang sudah meminum ramuan rahasia buatannya tidak mampu dikalahkan Elvis. Wanita itu masih dengan kuatnya berdiri setelah dihajar sang suami semalaman.“Mahira, kenapa ini lebih menggigit?” Elvis yang berada di atas Mahira menatap istrinya.“Aku minum ramuan khusus yang aku buatkan sendiri dan itu rahasia,” ucap Mahira tersenyum.“Luar biasa. Kamu juga wangi dan manis. Bahan alam memang jauh lebih hebat dari kimia. Kamu semakin membuat aku ketagihan.” Elvis seakan tidak puas dengan Mahira. Pria itu ingin melakukan lagi dan lagi setiap harinya.“Sepertinya stamina tubuh kamu juga lebih kuat,” ucap Elvis.“Tentu saja. Aku sudah mempersiapkan diri setelah kamu hajar habis-habisan.” Mahira memalingkan wajah menahan senyum.“Bagus. Aku benar-benar suka. Apa bisa berikan obat untukku agar bisa bermain bekali-kali dalam satu waktu?” tanya Elvis.“Tidak akan aku buatkan. Itu sama saja menyiksaku,” tegas Mahira. “Hahaha.” Elvis tertawa. Dia menggigit Pundak Mahira. “Aaah, Sakit.” Mahir