Terima kasih atas dukungannya. Maaf atas segala kesalahan yang ada.
Mirna dan Manisa benar-benar tidak berani keluar dari persembunyian mereka. Dua orang itu bahkan harus menyamar ketika mencari makanan seadanya di sekitar rumah.“Ma, mau sampai kapan kita begini? Aku sudah tidak kuliah. Aku tidak bisa terus sembunyi.” Manisa tampak kesal karena terkurung di dalam rumah lama yang kotor dan jauh dari pusat kota. Dia pun sudah beberapa hari tidak kuliah.“Apa kamu mau ditangkap anak buah Elvis?” tanya Mirna.“Apa Mama yakin orang-orang itu anak buah Kak Elvis?” Manisa balik bertanya.“Mahira hidup sebatang kara. Elvis pasti mencarinya dan pergi ke rumah kita,” jelas Mirna.“Kak Elvis kan tidak mencintai Kak Mahira. Kenapa dia harus mencari Kak Mahira?” Manisa menatap Mirna.“Mungkin dia mau menagih utang dalam perjanjian pernikahan,” ucap Mirna. Wanita itu tahu jelas bahwa dirinya telah menjual Mahira kepada Elvis dengan alasan tanggung jawab atas kecelakaan.“Apa Kak Mahira ada utang pada Kak Elvis? Pantas saja kita tidak mendapatkan kiriman uang lagi.
Elvis duduk di tepi kasur. Dia membuka berkas tentang kehidupan Mahira dari kecil hingga menikah dengannya.“Dia sangat menderita. Pantas saja hatinya begitu lembut dan lemah.” Elvis melihat foto-foto dan bahkan video kehidupan Mahira. Jari-jari itu meremas berkas di tangannya.“Dia selalu menolong nyawa orang lain. Padahal nyawanya dalam bahaya. Terlihat bahagia, tetapi harinya sangat tersiksa.” Elvis membuang semua berkas hingga berhamburan di lantai. “Apa yang kamu cari Mahira? Apa tujuan hidup kamu hanya menyenangkan orang lain? Kamu begitu bodoh dan menderita.” Elvis benar-benar kesal pada Mahira yang terlalu lemah dan menerima apa pun.“Pantas saja kamu rela bertahan dalam dua tahun pernikahan yang penuh penderitaan.” Elvis benar-benar memikirkan Mahira sehingga pria itu rela memberikan kebebasan dan masa tenang untuk istrinya.“Aku tidak akan menganggu kamu selama satu minggu ini. Aku tepati janjiku, Mahira.” Elvis menghubungi Rino untuk menarik anak buah yang mengawasi rumah M
“Arrggh!” Elvis mengamuk. Pria itu menarik semua pakaian Mahira dari lemari dan menghamburkan ke lantai. “Mahira. Aku telah memberikan kepercayaan kepada kamu, tetapi apa yang kamu lakukan? Pergi tanpa memberitahuku.” Elvis melempar vas bunga ke meja rias hingga cermin pecah.“Aargggh!” Elvis membuka semua pintu lemari dan mengosongkan isinya.“Rino bawa semua barang-barang Mahira tanpa ada yang tersisa. Pindahkan ke rumah baru!” printah Elvis pada Rino yang berlari masuk ke dalam kamar karena mendengarkan pecahan kaca dan vas yang cukup kuat.“Apa?” Rino terkejut melihat kamar Mahira yang sudah berantakan. Elvis benar-benar menghancurkan ruangan pribadi Mahira.“Hancurkan lantai milik Mahira,” ucap Elvis lagi.“Agar dia tidak pernah kembali lagi ke rumah ini.” Elvis duduk di atas kasur. Dia melihat bantal dan guling Mahira. “Bawa ini juga.” Elvis mencium bantal yang masih meninggalkan aroma tubuh Mahira.“Baik, Bos.” Rino cukup bergidik melihat Elvis yang tersenyum tipis memeluk sel
Renaldi dan Elvita pulang dari perjalanan bisnis. Mereka tidak tahu bahwa telah terjadi hal besar di dalam keluarga.“Lia,” sapa Elvita masuk ke dalam rumah.“Ma.” Relia segera memeluk Elvita dan menangis. “Ada apa?” tanya Renaldi bingung. “Ma, aku tidak boleh keluar rumah lagi. Aku diantar jemput ke kampus,” jelas Relia. “Itu bagus. Kenapa menangis?” Renaldi duduk di sofa. Pria itu melonggarkan darinya. Dia sangat lelah setelah melakukan perjalanan panjang dan jauh.“Hm.” Relia tidak bisa memberikan jawaban. Dia sedang dihukum Elvis karena telah membawa Mahira keluar dari rumah hinngga diculik.“Di mana Elvis?” tanya Elvita.“Apa dia masih di Perusahaan?” Elvita melihat Relia yang sudah pindah ke sofa lain.“Kak Elvis tidak pulang ke rumah ini lagi,” ucap Relia.“Kemana dia?” tanya Renaldi.“Kak Elvis membeli rumah yang ada di pusat kota dan dekat dari perusahaannya,” jawab Relia.“Rumah itu memang sudah dibeli dua tahun yang lalu, tetapi belum ditinggal. Dulu, Mama pikir akan dija
Elvis benar-benar kehilangan Mahira. Pria itu tidak menemukan istrinya dalam waktu yang cukup lama. Dia sangat ingin marah. “Kemana Feliz menyembunyikan Mahira?” Elvis mengepalkan tangannya. Pria itu benar-benar tidak menemukan petunjuk apa pun. Seakan semuanya hilang begitu saja. Istrinya tidak pernah terlihat lagi. Tidak ada kabar apa pun.“Mahira, kemana kamu? Kenapa pergi lagi dan lagi? Aku merindukan kamu, Mahira. Kenapa menyiksaku?” Elvis berada di dalam kamar Mahira. Ruangan itu tampak gelap. Sedikit cahaya berasal dari luar yang masuk melalui jendela dan dinding kaca.Jari-jari kekar Elvis meremas gaun terakhir yang dikenakan Mahira. Dia mencium dengan dalam. Menikmati aroma yang sangat dirindukannya.“Hah!” Elvis memejamkan matanya. Dia menekan gigi atas dan bawah untuk menahan emosi yang ingin keluar.“Aarrggh!” Elvis meninju bantal. Pria itu bisa saja menghancurkan rumah kaca jika benar-benar sudah marah.“Sudah berapa lama kamu pergi, Mahira? Aku bahkan tidak bisa menghitu
Mahira benar-benar merasakan kehidupan yang tenang. Dia tinggal di desa terpencil. Hidup sederhana bersama warga.“Dokter Mahira. Aku bawakan buah.” Seorang anak kecil berlari ke rumah Mahira yang sederhana. Wanita itu tersenyum bahagia. Dia tetap menjadi dokter dengan membantu warga dalam perawatan dan pengobatan.“Terima kasih. Buah ini pasti manis.” Mahira menerima satu keranjang buah strobery.“Ya. Aku dan ayah baru memanennya,” ucap anak kecil.“Hebat.” Mahira mengusap kepala anak kecil. “Ini bayaran untuk pengobatanku.” Anak kecil tersenyum menatap Mahira. “Terima kasih. Ibu Dokter sangat suka.” Mahira melihat anak kecil yang sudah pergi lagi.Mahira hampir tidak hanya mendapatkan bayaran berupa uang, tetapi ada juga buah-buahan, hasil laut dan makanan. Dia tidak kan kekurangan apa pun untuk melanjutkan kehidupannya. Wanita itu mendapatkan cinta dan kasih sayang dari warga desa. “Apa kamu sudah di sini?” tanya Feliz. “Feliz.” Mahira terkejut dengan kedatangan Feliz.“Ya. Teri
Sasa telah berada di rumah. Dia melamun di balkon. Tidak sekali pun Elvis datang ke rumahnya. Wanita yang pura-pura lumpuh itu benar-benar merasakan tidak bisa berjalan dalam waktu yang cukup lama.“Sasa, ayo makan siang.” Selia mendekati Sasa.“Kenapa Kak Elvis tidak pernah datang mengunjungiku? Nomor ponselnya bahkan tidak aktif lagi.” Sasa menatap tajam pada Selia.“Elvis sangat sibuk dengan bisnisnya. Mama dengan dia semakin sukses hingga membuka cabang di luar negeri.” Selia merapikan rambut Sasa. “Aku lumpuh dan sekarang sudah sembuh. Dia tidak sekali pun datang menjengukku. Kenapa, Ma? Apa Mahira kembali bersama dengannya?” tanya Sasa.“Tidak. Mahira tidak ada lagi di negara ini. Dia sudah pergi dan tidak akan pernah kembali lagi. Apa kamu lupa dengan pesan terakhir dari rekan kamu?” Selia tersenyum.“Di mana ponsel khusus ku, Ma?” Sasa ingat kepada Feliz.“Sebentar. Siapa pria ini?” tanya Selia.“Dia rekan sekaligus musuh. Pria yang sangat kejam. Walaupun terlihat baik,” jawab
Elvis yang tahu bahwa Sasa ada hubungan dengan Feliz mulai memfokuskan segalanya pada dua orang itu. Dia yakin Mahira disembunyikan di tempat yang jauh tanpa jaringan internet sehingga lokasinya tidak bisa dideteksi.“Tidak ada tempat yang bisa aku tebak,” ucap Elvis.“Anda benar, Bos. Ada banyak tempat di Indonesia ini yang masih belum tersentuh dan tidak memiliki jaringan. Apalagi jika sudah sampai ke luar negeri. Akan sangat sulit menemukan Nyonya.” Rino dan Elvis berada di dalam ruang kerja yang ada di rumah.“Ikuti terus Feliz dan Sasa. Sadap ponsel wanita itu!” perintah Elvis.“Ya, Pak. Kami hanay fokus pada dua orang itu,” ucap Rino.“Mahira sudah ditakdirkan untuk diriku. Kemana pun dia pergi pasti akan kembali.” Elvis tersenyum. Pria itu yakin akan mendapatkan Mahira lagi dalam waktu yang cepat.“Enam bulan telah berlalu dan itu tidak masalah, Mahira. Aku masih sanggup menunggu, tetapi tidak akan ada kesempatan lagi untuk kamu lari.” Elvis mengepalkan tangannya.Sasa benar-ben
“Arrghhh!” Elvis menghambur kamarnya. Pria itu bahkan menghancurkan perlengkapan kecantikan milik Mahira dan dirinya. Dia benar-benar kesal. Siang malam mencari sang istri hingga tidak tidur.“Mahira!” Elvis terduduk di lantai di dalam ruangan yang gelap. Air mata pria itu menetes untuk pertama kalinya.“Maafkan aku.” Elvis melihat punggung tangannya yang berdarah karena memukul dinding untuk meluapkan amarahnya.“Harusnya aku tidak membawa kamu keluar rumah, tetapi aku ingin dunia tahu bahwa kamu adalah istriku agar tidak ada pria lain yang menginginkan kamu.” Elvis mengepalkan tangan dan memukul sofa. Dia tidak bisa merasakan sakit lagi karena hatinya terluka lebih parah.“Kemana aku harus mencari kamu, Mahira? Tidak ada tanda-tanda keberadaanmu di Cina. Aku sudah mengirim orang ke sana.” Elvis benar-benar lelah. Dia menjadi sangat lemah.“Aku bahkan belum sempat memeluk dirimu dan anak kita. Aarggh!” teriakan Elvis menggema di dalam rumah mewah itu.“Mahira, kembalilah kepadaku. Ak
Ryu bergabung dengan Chris dan Luo serta Edo di ruang pribadi. Pria itu menghempaskan tubuh di sofa sehingga membuat semua orang melihat padanya.“Ada apa, Tuan?” tanya Edo.“Apa Mahira sudah punya anak dengan Elvis? Mereka sudah menikah hampir tiga tahun.” Ryu menatap tajam pada Edo yang tetap tenang. Chris dan Lua saling pandang.“Belum, Tuan. Awalnya, mereka menikah karena terpaksa, tetapi sepertinya Elvis baru jatuh cinta kepada Dokter Mahira di tahun ini. Elvis benar-benar tidak mengenal dokter Mahira,” jelas Edo.“Hm.” Ryu memukul bantal sofa.“Ini semua karena Biyanka. Kenapa pria itu harus mati dengan mudahnya? Aku harus menyiksanya hingga tidak ingin hidup lagi.” Wajah Ryu memerah.“Apa kita akan pergi ke laboratorium?” tanya Lua mengalihkan topik pembicaraan.“Kita pergi besok. Hari ini biarkan Mahira beristirahat hingga tubuhnya benar-benar pulih,” jawab Ryu melihat pada Chris yang hanya diam saja. Pria itu terlihat menikmati minumannya.“Edo, tetap pantau Elvis. Mahira me
Pelayan wanita masuk ke dalam kamar Ryu. Dia datang untuk mengambil kembali peralatan makan Mahira.“Permisi, Nyonya.” Pelayan membungkung dan membereskan piring.“Tunggu. Di mana ini?” tanya Mahira memegang tangan pelayan.“Maaf. Permisi.” Pelayan menarik tangannya dengan lembut agar tidak menyakiti Mahira. Mereka tidak bisa berbicara atau menjawab pertanyaan karena dilarang.“Hah!” Mahira bingung. Dia turun dari kasur dan menyadari bahwa dirinya masih mengenakan gaun pesta.“Kenapa pakaianku bahkan belum diganti?” Mahira memperhatikan sekeliling. Di mana kamar mandi?” tanya Mahira pada dirinya sendiri. Dia tidak melihat pintu apa pun di ruangan itu. Semua terlihat seperti kaca dan cermin.“Ini juga rumah kaca.” Mahira berjalan ke dinding dan melihat keluar.“Kenapa aku hanya melihat hutan? Tidak ada jalanan.” Mahira berusaha menggeser dinding kaca. Dia ingin keluar agar bisa melihat lebih leluasa.“Apa yang kamu cari?” tanya Ryu dan Mahira segera memutar tubuhnya.“Ini di mana? Ah t
Elvis terduduk di sofa. Pria itu benar-benar kebingungan. Dia telah mengerahkan segalanya untuk mendapatkan sang istri yang tiba-tiba hilang.“Kenapa Mahira terus pergi?” tanya Elvis.“Kali ini dia bukan pergi, Elvis,” tegas Feliz.“Mahira telah diculik dan akan sulit untuk mendapatkannya kembali. Jaringan mereka sangat luas hingga internasional.” Feliz pun sangat kesal.“Sudah benar kamu sembunyikan saja Mahira di dalam rumah selamanya,” ucap Feliz pelan.“Feliz, Mahira sedang hamil anak kami.” Elvis menatap Feliz.“Apa?” Feliz terkejut.“Dia hilang di rumah sakit. Kami sedang melakukan pemeriksaaan dan aku sudah mengobar-abrik kota ini.” Elvis berbicara dengan nada tinggi. Pria itu marah, kesal dan takut. Dia benar-benar kacau.“Apa kamu bisa membantuku mencari Mahira? Aku akan membayar berapa pun yang kamu mau,” jelas Elvis.“Elvis, mereka mafia obat-obatan. Mahira adalah seorang ilmuan dan penemu yang cerdas. Dia bisa menciptakan apa pun yang kamu inginkan.” Suara Feliz terdengar
Mahira terduduk di lantai. Dia memuntahkan semua isi perutnya. Wanita itu menjadi lemas.“Apa aku terlalu lelah?” Mahira berusaha beranjak dari lantai dan membuka pintu.“Mahira, ada apa?” Elvis melihat wajah pucat Mahira. Pria itu segera menggendong dan istri dan membawa ke tempat tidur.“Mahira, apa yang terjadi? Kenapa wajah kamu pucat?” Elvis menyentuh pipi Mahira yang dingin.“Aku muntah dan sekarang kepalaku pusing. Rasanya mengantuk juga,” ucap Mahira.“Kita ke rumah sakit sekarang!” Elvis menghubungi Rino untuk mempersiapkan mobil di pintu belakang. Pria itu juga menyerahkan acara pesta kepada orang tuanya. Dia membawa Mahira ke rumah sakit tanpa sepengetahuan siapa pun.Wajah Elvis benar-benar panik. Dia terus memeluk Mahira dengan perasaan khawatir hingga tiba di rumah sakit.“Kita sampai. Aku sudah menghubungi dokter keluarga,” ucap Rino membuka pintu dengan cepat.“Pak Elvis.” Dokter telah menunggu di depan pintu ruang perawatan khusus.“Periksa istriku. Pastikan dia baik-
Elvis dengan mudah mempersiapkan pesta untuk memperkenalkan istrinya kepada dunia. Dia tahu seorang wanita sangat butuh pengakuan. Walaupun sudah terlambat, tetapi semuanya bisa dimulai dari awal. Selama itu bukan kasus perselingkuhan.Mahira berdiri di depan cermin. Dia bergitu cantik dengan gaun putih yang mewah. Wanita itu layaknya seorang putri dari istana Kerajaan. Riasan yang tipis, tetapi manis benar-benar cocok di wajahnnya yang lembut.“Apa kamu sudah siap?” tanya Elvis masuk ke dalam kamar.“Ya.” Mahira melihat Elvis dari pantulan cermin. Wanita itu tersenyum kepada pria tampan yang selalu tampil rapi dan menawan.“Ayo kita keluar.” Elvis mengulurkan tangan pada Mahira dan mereka bergandegan mesra keluar dari kamar menuju aula pesta.Semua keluarga dan tamu undangan sudah menunggu kehadiran istri dari Elvis. Mereka sangat penasaran dengan wanita yang sangat beruntung karenan emnjadi pilihan terakhir sang pengusaha muda.“Kita sambut Pak Elvis dengan istri tercinta Dokter Mahi
Mahira mengenakan mini dress seksi berwarna putih. Dia membuka gorden kamar dan keluar dari kamar. Wanita itu berdiri di balkon untuk menikmati langit malam yang cerah.“Indah sekali. Rumah kaca ini seperti kristal karena memantulkan cahaya.”Mahira benar-benar cantik. Rambut panjang dan bergelombang dibiarkan tergerai melewati pundaknya yang terbuka. Gaun putih yang hanya sebatas paha pun melambai-lambai tertiup angin. “Cantik.” Seorang pria berada di atas Gedung lain berhasil melihat Mahira dengan teropong canggih miliknya sehingga dokter cantik itu terlihat jelas dan jernih.“Tidak disangka. Ketika berada di rumah dia sangat seksi. Padahal selama bekerja di laboratorium, Dokter Mahira selalu mengenakan pakaian panjang.” Pria itu terus tersenyum lebar. Giginya sampai kering.“Hah! Gila.” Sang pria memegang dadanya yang berbedar kencang.“Tanda apa ini? Jantungku seakan ingin meledak.” Pria itu turun dari tangga. Dia khawatir dengan keseimbangan diri yang akan membahayakannya.“Sial!
Elvis bersiap untuk pergi ke pesta ulang tahun Sasa. Pria itu tidak melihat istrinya di kamar.“Di mana Mahira?” Elvis keluar dari kamar.“Di mana Mahira?” tanya Elvis kepada bibi di dapur.“Nyonya sudah pulang ke rumah kaca untuk memasak dan meracik obat,” jawab bibi.“Bukankah dia sudah janji tidak akan melakukan apa pun ketika ada aku di rumah.” Elvis mengeluarkan ponsel dari saku.“Kata Nyonya, Tuan mau ke pesta,” ucap bibi dan tidak ada respon dari Elvis. Pria itu menghubungi Mahira dan berjalan menuju rumah kaca. Dia membuka pintu dengan kode.“Mahira.” Elvis melihat Mahira di dapur. Wanita itu benar-benar sedang memasak obat.“Ya.” Mahira melihat pada Elvis.“Di mana ponsel kamu?” tanya Elvis. “Sepertinya tertinggal di kamar,” jawab Mahira.“Ada apa? Kenapa kamu belum pergi?” tanya Mahira menatap pada Elvis yang berjalan mendekat.“Bisakah kamu terus menyimpan ponsel di dekat kamu?” tanya Elvis.“Untuk apa?” Mahira bingung.“Mahira. Jika ada apa-apa kamu bisa langsung menghubun
Mahira mendongak karena ada helicopter yang berputar-putar di atas rumah mereka. Wanita itu memperhatikan kendaraan udara yang tidak berniat untuk mendarat.“Paman, apa itu helicopter Elvis?” tanya Mahira.“Bukan, Nyonya.” Tukang kebun pun ikut mendongak.“Kenapa dia hanya mutar-mutar di atas rumah?” Mahira bingung.“Nyonya, sebaiknya Anda masuk ke rumah.” Tukang kebun mengkhawatirkan Mahira. Pria yang juga bertugas menjaga rumah itu mencurigai helicopter yang berada di atas rumah.Helikopter mendarat di atas rumah Elvis. Seseorang menggunakan teropong untuk melihat Mahira yang mendongak.“Aku mendapatkannya,” ucap pria itu. “Woah. Wanita ini sangat cantik.” Pria itu tersenyum berhasil merekam Mahira dengan teropong. “Dia bersembunyi dengan baik di rumah yang mewah. Aktifkan akun sebentar saja. Aku langsung bisa menemukannya.” Pria itu tersenyum.“Kenapa mereka mendarat?” Mahira penasaran.“Nyonya, Tuan meminta Anda untuk masuk ke dalam rumah.” Dua orang pelayan menarik tangan Mahira