TErima kasih. Semoga suka. See soon
Elvis pergi begitu saja. Dia benar-benar kesal dan tidak ingin berdebat dengan orang tuanya. Pria itu sedang berusaha menahan amarah. “Elvis!” teriak Elvita.“Hentikan, Elvita. Jangan memaksa Elvis. Aku tidak ingin melihat dia marah. Apa kamu sudah lupa dengan kepribadian anak kita ketika dia tidak bisa lagi menahan amarah?” tanya Renaldi memegang pundak Elvita.“Lalu kita harus bagaimana?” Elvita menatap suaminya.“Lebih baik kita mengatakan apa yang Elvis inginkan. Dia akan bertanggung jawab kepada Sasa, tetapi tidak bisa menikah karena Elvis masih punya Mahira,” jelas Renaldi.“Tetapi Sasa sangat ingin menikah dengan Elvis,” ucap Elvita.“Elvis tidak ingin berpisah dengan Mahira dan tidak akan ada wanita yang mau diduakan,” jelas Renaldi dan Elvita terdiam.“Aargh!” Elvis menghempaskan tubuh di sofa kamar Relia membuat sang adik dan Rino terkejut. “Ada apa, Kak?” tanya Relia.“Ada apa, Bos?” Rino pun menatap pada Elvis. Wajah dan mata pria itu memerah.“Rino, cari tahu dokter yang
Mahira berada di rumahnya. Wanita itu berdiri di depan cermin. Dia tampil cantik dengan gaun panjang berwarna putih berpadu dengan warna biru langit. Rambut panjang bergelombang digelung tinggi dengan hiasan bunga kecil dan Mutiara. Leher jenjang dengan pundak terbuka.“Anda sangat cantik, Dok.” Ela kagum melihat kecantikan Mahira. Wanita itu membantu istri Elvis untuk berdandan agar pantas mendampingi Feliz di pesta peresmian hotel sekaligus restaurant.“Terima kasih. Ini berkat kamu,” ucap Mahira tersenyum menatap dirinya sendiri. Dia pun tidak menyangka akan tampak sangat cantik dengan apa yang dikenakannya.“Dok, pasti Pak Feliz. Saya buka pintu dulu.” Ela keluar dari kamar Mahira. Dia pergi ke ruang tamu dan membuka pintu.“Pak Elvis.” Ela terkejut melihat Elvis yang tampil rapi.“Di mana Mahira?” tanya Elvis.“Aku di sini. Elvis!” Mahira terkejut. Senyuman di wajahnya hilang. Dia pikir yang datang adalah Feliz.“Kenapa kamu terlihat kecewa?” Elvis memperhatikan Mahira dari atas h
Mahira dan Feliz berada di atas podium. Tepat di depan pita peresmian hotel milik Feliz.“Baiklah. Pak Feliz akan melakukan pemotongan pita bersama dengan Dokter Mahira yang malam ini menjadi tamu special,” ucap pembawa acaara.“Terima kasih atas kehadiran tamu undangan. Pada kesempatan ini saya ingin memperkenalkan cinta pertama yang hilang.” Feliz tersenyum dan menatap pada Mahira yang bingung.“Kami bertemu di usia empat belas tahun. Ketika masih SMP. Dia pergi saat akan melanjutkan sekolah ke SMA. Aku terus mencarinya hingga baru bertemu lagi sekarang.” Feliz tidak mengalihkan pandangan pada Mahira.“Wah. Apa wanita itu adalah dokter Mahira?” Semua orang ikut tersenyum melihat ekspresi Feliz yang penuh dengan bunga-bunga cinta.“Mereka sama-sama beruntung. Pasangan yang serasi,” ucap para tamu undangan. “Dia pasanganku.” Elvis mengepalkan tangan menahan marah dan cemburu. Dia benar-benar tidak suka melihat Mahira dekat dengan Feliz.“Aku tidak ingin mempermalukan diri sendiri dan
Elvis benar-benar tidak peduli dengan teriakan dan pukulan dari tangan Mahira. Pria itu terus membopong tubuh istrinya di atas pundak. Dia membawa Mahira lewat pintu belakang. “Aarhh! Elvis. Turunkan aku!” Mahira sangat kesal.“Elvis!” teriak Mahira marah dan pria itu tetap tidak menghiraukannya.Feliz yang merasa Mahira pergi terlalu lama segera menyusul wanita itu ke kamar mandi. Dia bertemu dengan wanita yang baru dari ruangan pembuangan itu.“Pak Feliz.” Wanita itu tersenyum.“Apa kamu melihat Dokter Mahira?” tanya Feliz.“Ada seorang di dalam kamar mandi dan dia sedang sakit perut,” jawab wanita itu.“Terima kasih.” Feliz segera pergi ke kamar mandi dengan tidak lupa memanggil petugas kebersian wanita.“Periksa kamar mandi!” perinta Feliz menunggu di depan pintu kamar mandi.“Baik, Pak.” Petugas segera membuka semua pintu dan mematikan bahwa tidak ada siapa pun di san.“Kamar mandi sudah kosong, Pak,” ucap petugas.“Apa? Kemana Mahira?” Feliz bingung.“Tadi saya melihat Pak Elvis
Mahira dan Elvis berdiri di depan pintu yang terkunci. Wanita itu enggan untuk masuk karena sang suami mau ikut serta tidur di rumahnya.“Kenapa tidak membuka pintu?” tanya Elvis.“Di sebelah masih ada kamar kosong. Aku akan minta kunci kepada pengurus apartemen,” ucap Mahira menoleh pada Elvis.“Aku mau tidur di rumah kamu,” tegas Elvis.“Atau kamu mau aku bawa pulang ke rumahku?” Elvis menatap Mahira.“Tidak mau.” Mahira segera membuka pintu. Tidak ada kenangan manis dari rumah Elvis. Dua tahun dirinya tersiksa dan terkurung dalam pernikahan yang dingin. Dirinya hanya dijadikan pembantu rumah tangga.“Mm.” Elvis tersenyum. Pria itu masuk ke dalam rumah. Dia menghempaskan tubuh di sofa dengan tidak lupa membuka jas dan melepaskan dasi.“Aku belum makan di pesta sehingga sangat lapar,” ucap Elvis memperhatikan Mahira dari atas hingga bawah. “Kamu bisa cari makanan di dapur. Aku mau ganti pakaian.” Mahira berjalan cepat masuk ke dalam kamar. Dia menutup dan mengunci pintu. “Aku harap
Elvis menjadi tidak tahu malu. Dia memeriksa rumah Mahira. Memastikan tidak ada barang milik pria lain.“Apa Feliz pernah menginap di sini? Tidak mungkin. Mahira cukup pelit.” Elvis tersenyum. Pria itu membuka lemari pakaian Mahira.“Aku akan meminta Rino berbelanja untuk mengisi lemari penyimpanan milik Mahira.” Elvis sangat senang karena tidak ada tanda-tanda keberadaan pria lain di rumah istrinya.“Aku harus pastikan dia benar-benar berada di rumah Ela dan bukan bersama dengan Feliz.” Elvis mengenakan kemejanya dan keluar dari kamar. Dia pergi ke rumah Ela. Pria itu menekan bel.“Siapa yang datang?” tanya Mahira pada Ela.“Aku akan melihatnya.” Ela beranjak dari sofa dan berjalan menuju pintu. Dia mengintip.“Apa, Pak Elvis?” Ela terkejut melihat Elvis.“Ada apa, Pak?” Ela dengan cepat membuka pintu.“Saya hanya mau memastikan bahwa Mahira benar-benar menginap di sini dan tidak ada pria,” tegas Elvis.“Iya, Pak. Dokter Mahira ada di sini dan tidak ada pria,” jelas Ela merasa mendapa
Elvis yang akan masuk ke kamar Relia dihentikan oleh Selia. Wanita itu berlari dari kamar Sasa. “Elvis!” teriak Selia dan memegang tangan Elvis.“Ada apa, Tante?” Elvis menarik tangannya dan menjauh. Pria itu tidak suka disentuh sembarangan orang. Apalagi tidak dekat dengannya. “Tolong, Elvis. Sasa mengamuk. Dia berteriak dan menangis karena kamu tidak mau menikahinya. Sasa mau bunuh diri,” jelas Selia dengan air mata.“Apa?” Elvis memicingkan matanya. Dia segera berjalan cepat menuju kamar Sasa dan Mahira melihatnya.“Hh! Jelas wanita itu sangat penting untuk kamu, Elvis.” Mahira tersenyum. Dia baru saja akan pergi ke kamar Relia, tetapi membatalkan niatnya. Wanita itu harus melepaskan dan melupakan semua orang yang berhubungan dengan Elvis.“Aku akan melihat apa yang terjadi.” Mahira tampak ragu untuk mendekati kamar Sasa.“Aku mau mati!” teriak Sasa memberontak. Wanita itu telah memporak porandakan kamarnya. Para perawat pun kewalahan.“Sasa,” sapa Selia sehingga Sasa melihat ke a
Rangga datang bersama kedua orang tuanya untuk bertemu dengan Mahira. Pria itu mau mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkannya dari kematian dan hampir jatuh ke jurang.“Ma, Pak. Dokter Mahira sangat cantik. Dia juga baik dan berani. Aku tidak bisa melupakan hari itu. Dia bagaikan malaikat bersayap putih yang turun dari langit.” Rangga menceritakan kejadian ketika Mahira menolongnya keluar dari mobilnya yang berada di tepi jurang.“Rangga. Kamu sudah mengulang cerita ini berkali-kali. Mama dan papa pun sudah melihat di televisi.” Rania memeluk lengan putranya yang kekar. “Benar. Papa dan mama benar-benar harus berterima kasih dengan benar kepada dokter Mahira yang telah menyelamatkan kamu.” Danuarta= merangkul anak semata wayangnya.“Ya.” Rangga terus tersenyum. Dia benar-benar senang bisa membawa kedua orang tuanya bertemu dengan Mahira. Apalagi papa dan mama langsung menyukai dokter mud aitu. “Pa, Ma. Tidak masalahkan usia dia lebih tua dariku?” Rangga menghentikan langk
Sasa melamun di dalam kamarnya. Dia sendirian dan bosan. Elvita lebih memilih pergi berkeliling butik dan berbisnis. Relia berada di taman belakang untuk belajar.“Kenapa rumah ini sangat sepi?” tanya Sasa bergerak dengan kursi rodanya.“Lelah sekali menggunakan kursi roda ini dan aku pun tidak berhasil mengambil perhatian Elvis. Apa dia tidak peduli kepadaku? Apa pria itu semakin tidak suka karena aku lumpuh?” Sasa menatap diri di depan cermin. Dia benar-benar kesal karena Elvis yang pergi ke luar kota untuk pertemuan bisnis.“Aku akan menghubungi mama agar menjemputku pulang. Aku bosan di rumah ini dan Kak Elvis pun tidak ada.” Sasa mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja.“Ma,” sapa Sasa.“Ada apa, Sayang?” tanya Selia menjawab panggilan Sasa.“Jemput aku pulang. Aku bosan di sini sendirian,” jawab Sasa.“Kenapa?” tanya Selia.“Tidak ada siapa pun di sini. Kak Elvis pergi ke luar kota. Tante melakukan perjalanan bisnis dan Relia belajar jarak jauh,” jelas Sasa.“Aku lelah
Elvis hanya diam saja. Pria itu terlihat berpikir keras untuk menyelesaikan masalahnya. Dia benar-benar tidak ingin bercerai dengan Mahira. Jatuh cinta itu nyata, tetapi gengsi untuk mengakuinya. Dua tahun bersama hanya saling menjaga perasaan tanpa ingin menyakiti.“Rino, cari orang di Jepang untuk menahan Mahira!” perintah Elvis tiba-tiba.“Apa?” Rino terkejut.“Bos, apa maksud Anda menahan?” tanya Rino.“Jangan biarkan dia meninggalkan Jepang. Aku akan segera menyusulnya,” jawab Elvis merebahkan tubuh di kasur.“Hhh!” Rino menatap Elvis.“Apa kamu perlu berpikir untuk mengerjakan tugas ini? Apa kamu mau dipecat?” tanya Elvis tanpa melihat Rino.“Siap! Laksanakan!” Rino segera menghubungi orang-orang bayaran yang bisa dipekerjakan untuk melarang Mahira meninggalkan Jepang. Wanita itu juga diawasi sehingga benar-benar hanya berada di rumah saja.“Saya sudah mendapatkan orang bayaran, Bos. Mereka berada tidak jauh dari penginapan Nyonya,” ucap Rino.“Janga nada yang berani menyentuh Ma
Elvis benar-benar marah. Dia sangat khawatir berkas perceraian itu sampai ke tangan Mahira. Dia pun berpikir buruk kemungkinan sang istri yang mengurus perceraian.“Apa Mahira bekerja sama dengan pengacara?” Elvis benar-benar tidak tenang.“Maaf, Pak. Saya tidak menemukan catatan Ibu Mahira melakukan pertemuan atau pun pergi ke persidangan,” ucap Rino.“Saya sudah memeriksa semuanya,” lanjut Rino.“Mungkin ada orang lain. Sekarang temukan pengacara itu,” tegas Elvis.“Di mana pun dia berada.” Elvis menghembus napas dengan kasar.“Baik, Pak.” Rino melirik Elvis.“Sudah lama Pak Elvis tidak marah. Hidupnya yang tenang mulai bergairah.” Rino tersenyum.Rino benar-benar sibuk. Dia harus terus memantau pergerakan Mahira dan mencari pengacara yang tiba-tiba hilang.“Sepertinya pengacara ini mendapat bayaran sehingga dia bisa pergi dengan semua keluarganya,” ucap Rino.“Kemana dia pergi? Siapa yang membayar? Aku tidak melihat Mahira mengeluarkan uang.” Rino berpindah duduk di samping Elvis.
Elvis berada dan Rino tiba di bandara. Mereka dijemput oleh mobil hotel menuju tempat pertemuan yang telah ditentukan. Tidak perlu istirahat karena semua dilakukan dengan serba cepat. Waktu adalah uang.“Selamat datang, Pak Elvis.” Pelayan hotel menyambut kedatangan Elvis dengan membungkukkan badan. Mereka sangat mengenal pengusaha mud aitu.“Silakan, Pak. Ini ruang pertemuan Anda.” Pintu dibuka dan Elvis berjalan tegak tanpa bicara sepatah kata pun. Tidak akan senyuman apalagi ucapan terima kasih. Dia benar-benar tidak peduli dengan orang-orang yang tidak ada hubungan dengannya. Itulah yang dilakukannya kepada Mahira dalam pernikahan mereka.“Ya Tuhan. Pak Elvis benar-benar tampan dan tinggi. Aku sangat beruntung bisa melihatnya dari dekat,” ucap para pelayan hotel.“Kamu benar. Ibu Sasa benar-benar beruntung menjadi kekasih Pak Elvis. Bersama sejak kecil hingga detik ini.” Orang-orang hanya tahu bahwa Sasa adalah kekasih Elvis karena wanita itu mengatakan kepada dunia dengan banggany
Relia masih belum pergi ke kampus, tetapi dia tidak akan ketinggalkan kuliah. Wanita muda itu punya banyak uang. Dia adalah adik dari Elvis Mahendra sehingga mendapatkan pelayanan yang berbeda dengan kuliah jarak jauh melalui zoom.“Sepi sekali.” Relia duduk di taman belakang yang tenang. Dia sedang belajar dengan fokus.“Kemana Kak Mahira?” Pikiran Relia tiba-tiba teringat kepada Mahira yang tidak ada lagi kabar berita dan Elvis pun tampak tenang. “Apa Kak Elvis sudah menemukan Kak Mahira?” Relia mencoba menghubungi Elvis.“Halo, Lia. Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Elvis dengan penuh wibawa.“Kak. Apa Kakak sudah menemukan Kak Mahira?” Relia balik bertanya.“Ya. Dia sedang menikmati liburan dengan jalan-jalan dan tidak menentap. Aku akan membiarkannya bersenang-senang karena setelah itu dia akan kembali pulang,” jelas Elvis tersenyum.“Oh syukurlah. Mungkin Kak Mahira sedang tidak ingin diganggu,” ucap Relia.“Kamu benar. Dia sedang marah dan cemburu karena Sasa selalu mengirimkan fo
Elvis rebahan di lantai. Pria itu menatap langit-langit ruangan. Dia benar-benar tampak berantakan, tetapi tidak membuat ketampanannya berkurang. Pesona pria matang dan kaya memang berbeda. Aura seorang pemimpin yang selalu menjadi daya tarik semua orang.“Siapa yang membantu kamu pergi Mahira?” Elvis benar-benar lelah setelah olah raga berat yang menyiksa tubuhnya. Pria itu melakukan dengan berlebihan dan memaksa diri untuk meluapkan amarah serta kekesalannya.“Tidak biasanya Rino gagal menemukan orang yang aku inginkan.” Elvis beranjak dari lantai. Pria itu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia tidak bisa tidur dengan tubuh yang kotor dan berkeringat. “Aku pastikan akan mendapatkan kamu, Mahira. Tidak ada makhluk sekecil apa pun bisa lari dari genggamanku ketika aku menginginkannya. Hidupku selama ini benar-benar terlalu santai. Dan sekarang kamu membuat permainan. Pasti akan menyenangkan.” Elvis yang tadi marah telah menjadi tenang karena sudah diluapkan dengan cara yan
Elvis pulang ke rumah. Dia pergi ke ruang computer yang ada di belakang ruang kerjanya. Pria itu disambut oleh Rino.“Pak.” Rino terkejut dengan kedatangan Elvis.“Cari Mahira!” perintah Elvis dengan matanya yang merah. Pria itu menghempaskan tubuhnya di sofa. Dia meninju bantal dan melepar ke lantai. “Arrggh!” Elvis benar-benar sangat marah. Dia tidak menyangka setelah membuka akun Mahira. Wanita itu pergi tanpa bersuara. Pria itu melepas jas dan dasi serta membuka beberapa kancing.“Apa dia pergi dengan Feliz?” tanya Elvis.“Tidak, Bos. Pak Feliz masih dalam pertemuan dalam pembukaan dan peresmian perusahaannya.” Rino memperlihatkan siaran langsung Feliz tanpa Mahira. Pria itu sedikit gugup melihat amarah Elvis yang tidak biasa. Lelaki yang tenang kini terlihat berantakan.“Pantas saja aku tidak bisa menghubunginya. Ternyata pria itu sedang sibuk. Apa dia tahu Mahira pergi?” tanya Elvis. “Sepertinya Nyonya pergi tanpa memberitahu siapa pun,” jawab Rino memperhatikan Elvis. Bosnya b
Mahira memejamkan mata. Wanita itu berada di dalam pesawat. Hatinya begitu tenang. Pergi menjauh dari Elvis. Lelaki yang telah mengisi hari dan hatinya, tetapi perasaan yang mulai tumbuh itu harus hilang ketika wanita dari masa lalu sang suami datang dan membuat kerusuhan.“Pergi adalah jalan terbaik.” Mahira membuka mata. Dia melihat langit begitu biru dan indah dengan awan yang menggantung.“Selamat tinggal Indonesia. Terima kasih untuk dua tahun yang tidak berharga.” Mahira tersenyum dengan butiran bening menetes melalui sudut matanya yang indah. Ada kenangan indah yang terselip selama menjadi istri Elvis. Dia tidak kesulitan dalam urusan keuangan. Pria itu memberikan semua yang diinginkannya.“Elvis cukup bertanggung jawab atas diriku. Dia terus Mengisi saldoku dengan banyak uang setiap bulannya.” Mahira tersenyum lebar.“Hanya itu kebaikan yang bisa aku ingat.” Mahira kembali memejamkan matanya. Dia akan cukup lama berada di udara karena wanita itu memilih pergi ke luar negeri unt
Rangga datang bersama kedua orang tuanya untuk bertemu dengan Mahira. Pria itu mau mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkannya dari kematian dan hampir jatuh ke jurang.“Ma, Pak. Dokter Mahira sangat cantik. Dia juga baik dan berani. Aku tidak bisa melupakan hari itu. Dia bagaikan malaikat bersayap putih yang turun dari langit.” Rangga menceritakan kejadian ketika Mahira menolongnya keluar dari mobilnya yang berada di tepi jurang.“Rangga. Kamu sudah mengulang cerita ini berkali-kali. Mama dan papa pun sudah melihat di televisi.” Rania memeluk lengan putranya yang kekar. “Benar. Papa dan mama benar-benar harus berterima kasih dengan benar kepada dokter Mahira yang telah menyelamatkan kamu.” Danuarta= merangkul anak semata wayangnya.“Ya.” Rangga terus tersenyum. Dia benar-benar senang bisa membawa kedua orang tuanya bertemu dengan Mahira. Apalagi papa dan mama langsung menyukai dokter mud aitu. “Pa, Ma. Tidak masalahkan usia dia lebih tua dariku?” Rangga menghentikan langk