Terima kasih atas dukungannya. Semoga suka. Maaf ya Elvis tidak seperti Wijaya karena menulis sesuai tema lomba yaitu "Penyesalan dan Penebusan"
Mahira selesai memanaskan makanan untuk Elvis. Dia tidak tahu bahwa pria yang berada di kamar itu mengotak-atik ponselnya.“Elvis,” sapa Mahira.“Makanan sudah siap,” ucap Mahira di depan pintu kamar.“Apa kamu belum selesai?” Mahira mengetuk pintu yang dikunci dari dalam. “Apa dia mandi?” Mahira pergi ke ruang tengah. “Hah! Sudah selarut ini. Aku benar-benar mengantuk. Pria itu tidak akan melakukan apa pun padaku.” Mahira merebahkan tubuh di atas kasur.“Mahira, dengan ini kamu tidak akan bisa lari dariku.” Elvis mengisi daya ponselnya dengan milik Mahira. Dia keluar dari kamar dan melihat sang istri yang kembali tidur.“Dia sangat mengantuk.” Elvis menggendong Mahira.“Apa yang kamu lakukan?” Mahira dengan mudahnya terbangun.“Aku memindahkan kamu ke kamar,” jawab Elvis membawa Mahira ke kamar.“Aku bisa sendiri,” tegas Mahira.“Apa kamu jalan sambil tidur?” tanya Elvis dan tidak ada jawaban dari Mahira. Pria itu melepaskan istrinya di atas kasur.“Lanjutkan tidur kamu dan akum au
Keluarga Elvita dan Selia mencari Elvis yang hilang begitu saja. Tidak ada yang tahu bahwa pria itu tidur di rumah istrinya. Dia tidak mempedulikan kondisi Sasa.“Kemana Elvis? Dia tidak muncul lagi dari semalam?” tanya Selia.“Aku juga tidak tahu. Ponselnya tidak aktif.” Elvita terlihat gelisah.“Rino.” Elvita segera menghubungi Rino.“Halo, Rino. Di mana Elvis?” tanya Elvita ketika panggilan terhubung.“Saya tidak tahu, Bu,” jawab Rino.“Kamu di mana? Tidak mungkin tidak tahu di mana Elvis.” Elvita sangat kesal. “Saya di rumah sakit, Bu. Menemani Non Relia yang kecelakaan,” jawab Rino jujur. “Apa?” Elvita terkejut.“Kapan dia kecelakaan? Kenapa tidak ada yang memberitahuku?” Elvita yang duduk di sofa segera beranjak dan berjalan keluar.“Maaf, Bu. Saya tidak memiliki wewenang karena tidak ada perintah dari Pak Elvis,” jelas Rino.“Di mana Lia dirawat?” tanya Elvis dan Rino memberitahunya.“Elvita, kamu mau kemana?” Selia menahan tangan Elvita. “Aku harus mencari Relia.” Elvita san
Elvis tidak pergi. Pria itu berada di dapur. Dia membuka lemari penyimpanan makanan yang penuh dengan bahan makanan, sayuran dan buah-buahan.“Aku tidak akan pulang sebelum sarapan di rumah istriku.” Elvis mengenakan celemek pada dada bidangnya yang telanjang. “Kamu adalah orang pertama yang akan mencicipi nasi goreng buatanku.” Elvis membuka magic com dan mendapatkan nasi sisa mereka tadi malam. “Bahannya cukup.” Elvis tersenyum. Jari-jarinya sangat cekatan membuatkan nasi goreng lengkap. Pria itu juga memanggang roti dengan mesin pemanggang. Dia menyajikan di atas meja.“Kenapa dia belum keluar dari kamar? Aku sudah sangat gerah karena belum mandi.” Elvis berjalan mendekati pintu kamar Mahira. “Mahira, apa kamu belum selesai?” Elvis mencoba membuka pintu, tetapi gagal karena masih dikunci dari dalam. “Apa tidak ada kamar mandi di dapur, ruang tamu atau ruang tengah?” Elvis memperhatikan apartemen Mahira yang cukup luas dan lengkap.“Ini kamar mandi.” Elvis tersenyum menemukan kam
Elvis menekan tubuh Mahira ke dinding. Pria itu mendekatkan wajah mereka berdua dan tersenyum.“Kenapa kamu terkejut? Bukankah itu yang kamu inginkan?” Elvis tersenyum dan menatap Mahira yang harus mendongak melihat suaminya.“Dengar, Elvis. Aku saja bingung kenapa kamu mau menikahiku? Kenapa tidak bayar saja ganti rugi pada keluarga Biyanka dan tidak usah berurusan dengan kami dari sejak awal?” Mahira membalas tatapan Elvis tanpa ragu.“Aku kasian melihat kamu yang begitu terpuruk ketika Biyanka meninggal di hari pernikahan kalian,” jawab Elvis di dalam hati.“Kenapa diam?” tanya Mahira. “Kamu pria berkuasa dan punya banyak uang. Kamu bisa melakukan apa pun yang inginkan dengan harta dan tahta yang kamu miliki. Buktikan kecelakaan itu bisa diredam dengan mudahnya tanpa ada yang tahu bahwa kamu yang menjadi penyebabnya,” jelas Mahira dengan menekankan suaranya.“Ayo ikut aku agar semuanya jelas.” Elvis menarik Mahira meninggalkan rumah dan pergi ke tempat parkir.“Kamu akan tahu kenap
Mahira terdiam menatap layar computer yang menampilkan rekaman pembicaraan keluarga Biyanka.“Mahira adalah wanita pembawa sial. Dia yang menyebabkan kematian Biyanka,” ucap Mama Biyanka.“Apalagi sekarang dia tidak sadarkan diri. Tidak ada yang bisa diharapkan. Pria yang itu harus bertanggung jawab. Dia harus membayar semua biaya penikahan ini,” sambung yang lain.“Biyanka sudah mengeluarkan banyak uang untuk pernikahan yang megah, tetapi yang terjadi adalah pemakaman.” Keluarga Biyanka benar-benar tidak ingin dirugikan. Setelah kehilangan banyak uang untuk pesta.“Mahira hanya akan menjadi beban keluarga. Dia pasti tidak bisa bekerja lagi dengan kondisinya yang lemah,” ucap Mirna yang tidak lain ibu tiri Mahira. “Mama benar. Aku tidak bisa mendapatkan uang lagi,” lanjut Manisa. Adik sambung Mahira.Ada banyak hinaan yang ditujukan kepada Mahira. Wanita itu tidak menyangka bahwa dirinya telah dibuang dan dijual kepada keluarga Elvis. Pantas saja dia diperlakukan layaknya seorang pem
Feliz yang mendapatkan laporan bahwa Mahira kembali ke rumah sakit segera meninggalkan kantornya. Pria itu tidak ingin melepaskan semua kesempatan yang ada. Dia terus mengawasi cinta masa remajanya yang indah dan tidak bisa dilupakan.“Aku ingin tahu. Apakah Mahira mencintai Elvis?” tanya Feliz mengendarai mobil menuju rumah sakit.Mahira duduk di ruang kerja dan merebahkan kepala di atas meja dengan berbantalkan lengannya. Wanita menyendiri dan tidak ingin diganggu. Menangis mengingat kembali kejadian dua tahu lalu. Kecelakaan yang telah menghancurkan hidupnya.“Kak Biyan. Kenapa takdirku begitu pedih sejak kepergian kamu? Apa hanya kamu keberuntunganku?” Mahira terisak. Dia benar-benar sedih dan sesak di dadanya. Berharap bisa hidup bahagia dan penuh semangat, tetapi video serta perjanjian itu telah menghancurkan mimpinya di masa depan. “Aku telah ditinggalkan dan dibuang. Padahal, ketika masih ada Kak Biyan. Mereka tampak manis, baik dan begitu perhatian padaku. Apa semua itu hanya
Elvis pergi begitu saja. Dia benar-benar kesal dan tidak ingin berdebat dengan orang tuanya. Pria itu sedang berusaha menahan amarah. “Elvis!” teriak Elvita.“Hentikan, Elvita. Jangan memaksa Elvis. Aku tidak ingin melihat dia marah. Apa kamu sudah lupa dengan kepribadian anak kita ketika dia tidak bisa lagi menahan amarah?” tanya Renaldi memegang pundak Elvita.“Lalu kita harus bagaimana?” Elvita menatap suaminya.“Lebih baik kita mengatakan apa yang Elvis inginkan. Dia akan bertanggung jawab kepada Sasa, tetapi tidak bisa menikah karena Elvis masih punya Mahira,” jelas Renaldi.“Tetapi Sasa sangat ingin menikah dengan Elvis,” ucap Elvita.“Elvis tidak ingin berpisah dengan Mahira dan tidak akan ada wanita yang mau diduakan,” jelas Renaldi dan Elvita terdiam.“Aargh!” Elvis menghempaskan tubuh di sofa kamar Relia membuat sang adik dan Rino terkejut. “Ada apa, Kak?” tanya Relia.“Ada apa, Bos?” Rino pun menatap pada Elvis. Wajah dan mata pria itu memerah.“Rino, cari tahu dokter yang
Mahira berada di rumahnya. Wanita itu berdiri di depan cermin. Dia tampil cantik dengan gaun panjang berwarna putih berpadu dengan warna biru langit. Rambut panjang bergelombang digelung tinggi dengan hiasan bunga kecil dan Mutiara. Leher jenjang dengan pundak terbuka.“Anda sangat cantik, Dok.” Ela kagum melihat kecantikan Mahira. Wanita itu membantu istri Elvis untuk berdandan agar pantas mendampingi Feliz di pesta peresmian hotel sekaligus restaurant.“Terima kasih. Ini berkat kamu,” ucap Mahira tersenyum menatap dirinya sendiri. Dia pun tidak menyangka akan tampak sangat cantik dengan apa yang dikenakannya.“Dok, pasti Pak Feliz. Saya buka pintu dulu.” Ela keluar dari kamar Mahira. Dia pergi ke ruang tamu dan membuka pintu.“Pak Elvis.” Ela terkejut melihat Elvis yang tampil rapi.“Di mana Mahira?” tanya Elvis.“Aku di sini. Elvis!” Mahira terkejut. Senyuman di wajahnya hilang. Dia pikir yang datang adalah Feliz.“Kenapa kamu terlihat kecewa?” Elvis memperhatikan Mahira dari atas h
Elvis menjadi tidak tahu malu. Dia memeriksa rumah Mahira. Memastikan tidak ada barang milik pria lain.“Apa Feliz pernah menginap di sini? Tidak mungkin. Mahira cukup pelit.” Elvis tersenyum. Pria itu membuka lemari pakaian Mahira.“Aku akan meminta Rino berbelanja untuk mengisi lemari penyimpanan milik Mahira.” Elvis sangat senang karena tidak ada tanda-tanda keberadaan pria lain di rumah istrinya.“Aku harus pastikan dia benar-benar berada di rumah Ela dan bukan bersama dengan Feliz.” Elvis mengenakan kemejanya dan keluar dari kamar. Dia pergi ke rumah Ela. Pria itu menekan bel.“Siapa yang datang?” tanya Mahira pada Ela.“Aku akan melihatnya.” Ela beranjak dari sofa dan berjalan menuju pintu. Dia mengintip.“Apa, Pak Elvis?” Ela terkejut melihat Elvis.“Ada apa, Pak?” Ela dengan cepat membuka pintu.“Saya hanya mau memastikan bahwa Mahira benar-benar menginap di sini dan tidak ada pria,” tegas Elvis.“Iya, Pak. Dokter Mahira ada di sini dan tidak ada pria,” jelas Ela merasa mendap
Mahira dan Elvis berdiri di depan pintu yang terkunci. Wanita itu enggan untuk masuk karena sang suami mau ikut serta tidur di rumahnya.“Kenapa tidak membuka pintu?” tanya Elvis.“Di sebelah masih ada kamar kosong. Aku akan minta kunci kepada pengurus apartemen,” ucap Mahira menoleh pada Elvis.“Aku mau tidur di rumah kamu,” tegas Elvis.“Atau kamu mau aku bawa pulang ke rumahku?” Elvis menatap Mahira.“Tidak mau.” Mahira segera membuka pintu. Tidak ada kenangan manis dari rumah Elvis. Dua tahun dirinya tersiksa dan terkurung dalam pernikahan yang dingin. Dirinya hanya dijadikan pembantu rumah tangga.“Mm.” Elvis tersenyum. Pria itu masuk ke dalam rumah. Dia menghempaskan tubuh di sofa dengan tidak lupa membuka jas dan melepaskan dasi.“Aku belum makan di pesta sehingga sangat lapar,” ucap Elvis memperhatikan Mahira dari atas hingga bawah. “Kamu bisa cari makanan di dapur. Aku mau ganti pakaian.” Mahira berjalan cepat masuk ke dalam kamar. Dia menutup dan mengunci pintu. “Aku harap
Elvis benar-benar tidak peduli dengan teriakan dan pukulan dari tangan Mahira. Pria itu terus membopong tubuh istrinya di atas pundak. Dia membawa Mahira lewat pintu belakang. “Aarhh! Elvis. Turunkan aku!” Mahira sangat kesal.“Elvis!” teriak Mahira marah dan pria itu tetap tidak menghiraukannya.Feliz yang merasa Mahira pergi terlalu lama segera menyusul wanita itu ke kamar mandi. Dia bertemu dengan wanita yang baru dari ruangan pembuangan itu.“Pak Feliz.” Wanita itu tersenyum.“Apa kamu melihat Dokter Mahira?” tanya Feliz.“Ada seorang di dalam kamar mandi dan dia sedang sakit perut,” jawab wanita itu.“Terima kasih.” Feliz segera pergi ke kamar mandi dengan tidak lupa memanggil petugas kebersian wanita.“Periksa kamar mandi!” perinta Feliz menunggu di depan pintu kamar mandi.“Baik, Pak.” Petugas segera membuka semua pintu dan mematikan bahwa tidak ada siapa pun di san.“Kamar mandi sudah kosong, Pak,” ucap petugas.“Apa? Kemana Mahira?” Feliz bingung.“Tadi saya melihat Pak Elvis
Mahira dan Feliz berada di atas podium. Tepat di depan pita peresmian hotel milik Feliz.“Baiklah. Pak Feliz akan melakukan pemotongan pita bersama dengan Dokter Mahira yang malam ini menjadi tamu special,” ucap pembawa acaara.“Terima kasih atas kehadiran tamu undangan. Pada kesempatan ini saya ingin memperkenalkan cinta pertama yang hilang.” Feliz tersenyum dan menatap pada Mahira yang bingung.“Kami bertemu di usia empat belas tahun. Ketika masih SMP. Dia pergi saat akan melanjutkan sekolah ke SMA. Aku terus mencarinya hingga baru bertemu lagi sekarang.” Feliz tidak mengalihkan pandangan pada Mahira.“Wah. Apa wanita itu adalah dokter Mahira?” Semua orang ikut tersenyum melihat ekspresi Feliz yang penuh dengan bunga-bunga cinta.“Mereka sama-sama beruntung. Pasangan yang serasi,” ucap para tamu undangan. “Dia pasanganku.” Elvis mengepalkan tangan menahan marah dan cemburu. Dia benar-benar tidak suka melihat Mahira dekat dengan Feliz.“Aku tidak ingin mempermalukan diri sendiri dan
Mahira berada di rumahnya. Wanita itu berdiri di depan cermin. Dia tampil cantik dengan gaun panjang berwarna putih berpadu dengan warna biru langit. Rambut panjang bergelombang digelung tinggi dengan hiasan bunga kecil dan Mutiara. Leher jenjang dengan pundak terbuka.“Anda sangat cantik, Dok.” Ela kagum melihat kecantikan Mahira. Wanita itu membantu istri Elvis untuk berdandan agar pantas mendampingi Feliz di pesta peresmian hotel sekaligus restaurant.“Terima kasih. Ini berkat kamu,” ucap Mahira tersenyum menatap dirinya sendiri. Dia pun tidak menyangka akan tampak sangat cantik dengan apa yang dikenakannya.“Dok, pasti Pak Feliz. Saya buka pintu dulu.” Ela keluar dari kamar Mahira. Dia pergi ke ruang tamu dan membuka pintu.“Pak Elvis.” Ela terkejut melihat Elvis yang tampil rapi.“Di mana Mahira?” tanya Elvis.“Aku di sini. Elvis!” Mahira terkejut. Senyuman di wajahnya hilang. Dia pikir yang datang adalah Feliz.“Kenapa kamu terlihat kecewa?” Elvis memperhatikan Mahira dari atas h
Elvis pergi begitu saja. Dia benar-benar kesal dan tidak ingin berdebat dengan orang tuanya. Pria itu sedang berusaha menahan amarah. “Elvis!” teriak Elvita.“Hentikan, Elvita. Jangan memaksa Elvis. Aku tidak ingin melihat dia marah. Apa kamu sudah lupa dengan kepribadian anak kita ketika dia tidak bisa lagi menahan amarah?” tanya Renaldi memegang pundak Elvita.“Lalu kita harus bagaimana?” Elvita menatap suaminya.“Lebih baik kita mengatakan apa yang Elvis inginkan. Dia akan bertanggung jawab kepada Sasa, tetapi tidak bisa menikah karena Elvis masih punya Mahira,” jelas Renaldi.“Tetapi Sasa sangat ingin menikah dengan Elvis,” ucap Elvita.“Elvis tidak ingin berpisah dengan Mahira dan tidak akan ada wanita yang mau diduakan,” jelas Renaldi dan Elvita terdiam.“Aargh!” Elvis menghempaskan tubuh di sofa kamar Relia membuat sang adik dan Rino terkejut. “Ada apa, Kak?” tanya Relia.“Ada apa, Bos?” Rino pun menatap pada Elvis. Wajah dan mata pria itu memerah.“Rino, cari tahu dokter yang
Feliz yang mendapatkan laporan bahwa Mahira kembali ke rumah sakit segera meninggalkan kantornya. Pria itu tidak ingin melepaskan semua kesempatan yang ada. Dia terus mengawasi cinta masa remajanya yang indah dan tidak bisa dilupakan.“Aku ingin tahu. Apakah Mahira mencintai Elvis?” tanya Feliz mengendarai mobil menuju rumah sakit.Mahira duduk di ruang kerja dan merebahkan kepala di atas meja dengan berbantalkan lengannya. Wanita menyendiri dan tidak ingin diganggu. Menangis mengingat kembali kejadian dua tahu lalu. Kecelakaan yang telah menghancurkan hidupnya.“Kak Biyan. Kenapa takdirku begitu pedih sejak kepergian kamu? Apa hanya kamu keberuntunganku?” Mahira terisak. Dia benar-benar sedih dan sesak di dadanya. Berharap bisa hidup bahagia dan penuh semangat, tetapi video serta perjanjian itu telah menghancurkan mimpinya di masa depan. “Aku telah ditinggalkan dan dibuang. Padahal, ketika masih ada Kak Biyan. Mereka tampak manis, baik dan begitu perhatian padaku. Apa semua itu hanya
Mahira terdiam menatap layar computer yang menampilkan rekaman pembicaraan keluarga Biyanka.“Mahira adalah wanita pembawa sial. Dia yang menyebabkan kematian Biyanka,” ucap Mama Biyanka.“Apalagi sekarang dia tidak sadarkan diri. Tidak ada yang bisa diharapkan. Pria yang itu harus bertanggung jawab. Dia harus membayar semua biaya penikahan ini,” sambung yang lain.“Biyanka sudah mengeluarkan banyak uang untuk pernikahan yang megah, tetapi yang terjadi adalah pemakaman.” Keluarga Biyanka benar-benar tidak ingin dirugikan. Setelah kehilangan banyak uang untuk pesta.“Mahira hanya akan menjadi beban keluarga. Dia pasti tidak bisa bekerja lagi dengan kondisinya yang lemah,” ucap Mirna yang tidak lain ibu tiri Mahira. “Mama benar. Aku tidak bisa mendapatkan uang lagi,” lanjut Manisa. Adik sambung Mahira.Ada banyak hinaan yang ditujukan kepada Mahira. Wanita itu tidak menyangka bahwa dirinya telah dibuang dan dijual kepada keluarga Elvis. Pantas saja dia diperlakukan layaknya seorang pem
Elvis menekan tubuh Mahira ke dinding. Pria itu mendekatkan wajah mereka berdua dan tersenyum.“Kenapa kamu terkejut? Bukankah itu yang kamu inginkan?” Elvis tersenyum dan menatap Mahira yang harus mendongak melihat suaminya.“Dengar, Elvis. Aku saja bingung kenapa kamu mau menikahiku? Kenapa tidak bayar saja ganti rugi pada keluarga Biyanka dan tidak usah berurusan dengan kami dari sejak awal?” Mahira membalas tatapan Elvis tanpa ragu.“Aku kasian melihat kamu yang begitu terpuruk ketika Biyanka meninggal di hari pernikahan kalian,” jawab Elvis di dalam hati.“Kenapa diam?” tanya Mahira. “Kamu pria berkuasa dan punya banyak uang. Kamu bisa melakukan apa pun yang inginkan dengan harta dan tahta yang kamu miliki. Buktikan kecelakaan itu bisa diredam dengan mudahnya tanpa ada yang tahu bahwa kamu yang menjadi penyebabnya,” jelas Mahira dengan menekankan suaranya.“Ayo ikut aku agar semuanya jelas.” Elvis menarik Mahira meninggalkan rumah dan pergi ke tempat parkir.“Kamu akan tahu kenap