Terima kasih. Semoga suka.
Ambulan yang membawa Relia dan Rangga serta korban lain sudah tiba di rumah sakit. Para perawat dan dokter yang piket bergerak cepat. “Dokter Mahira.” Dokter dan perawat terkejut melihat Mahira yang turun dari mobil. Mereka juga sangat kagum karena para korban telah ditangani dengan sangat baik dan tepat oleh wanita mud aitu. “Ada pasien harus segera diopearsi. Kaki mereka cidera. Aku sudah menghentikan pendarahan dan memberikan obat bius,” jelas Mahira.“Baik, Dok. Kami akan memeriksa pasien dan mempersiapkan ruangan operasi dan tim dokter.” Para perawat yang bertugas segera bekerja dengan cekatan. “Aku akan ikut dalam daftar operasi,” ucap Mahira.“Iya, Dok. Itu sudah pasti.” Ela tersenyum. Tidak ada yang mampu menandingi kemampuan bedah Mahira yang menyatuhan ilmu teknologi dan tradisional.Kemampuan yang sangat dibutuhkan di dunia kesehatan yang modern. Pengurangan penggunaan bahan kimia agar tidak memberikan efek samping yang buruk. Pemulihan yang cepat dan sangat dimintai Masy
Mahira benar-benar sibuk sehingga Elvis tidak punya kesempatan untuk mendekati istrinya. Ditambah lagi wanita itu memang tidak ingin peduli dengan pria yang akan menjadi calon mantan suaminya.“Kenapa tidak seakan tidak melihatku?” tanya Elvis yang duduk di koridor rumah sakit. Dia hanya bisa melihat Mahira yang mondar-mandir di depannya. “Mahira.” Elvis mencengkram tangan Mahira yang melewati dirinya.“Ada apa, Elvis? Aku sangat sibuk. Ada pasien yang harus segera mendapatkan tindakan.” Mahira menepis tangan Elvis.“Bisakah kita bicara ketika kamu sudah senggang?” tanya Elvis.“Apa yang perlu dibicarakan? Kita tidak ada urusan lagi,” tegas Mahira. “Aku hanya mau berterma kasih kepada kamu karena telah menolong Relia.” Elvis berdiri di depan Mahira.“Itu hanya kebetulan aku berada di lokasi,” ucap Mahira.“Katakan apa yang kamu inginkan sebagai ucapan terima kasih ku dan Relia.” Elvis menatap Mahira.“Mm.” Mahira tampak berpikir. Dia harus memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh
Elvis menghubungi mamanya yang sedang berada di luar kota menemani papa mereka yang yang sedang dinas. Pria itu hanya bisa menuduh Elvita dan Sasa. “Halo, Elvis.” Elvita menerima panggilan dari Elvis.“Mama, apa gugatan ceraiku di mama?” tanya Elvis.“Tidak ada. Kamu sendiri yang mengambilnya. Apa sudah kamu antar ke pengadilan?” Elvita balik bertanya.“Tidak ada, Ma. Aku akan cari dulu.” Elvis menutup panggilan. Dia tidak memberitahu orang tuanya tentang kecelakaan Relia. Pria itu tidak mau papa dan mamanya khawatir. “Bagaimana, Kak?” tanya Relia.“Mama masih di luar kota. Aku tidak memberitahunya tentang kecelakaan kamu,” jawab Elvis.“Ya.” Relia mengangguk. “Aku pulang dulu. Kamu ditemari Rino.” Elvis beranjak dari sofa. “Rino. Jaga Relia. Kamu bisa beli apa pun yang kamu mau.” Elvis keluar dari kamar Relia.“Siap, Bos.” Rino mengantar Elvis ke pintu.Elvis mengendarai mobil pulang ke rumah. Dia sudah tidak sabar ingin memastikan bahwa gugatan cerai masih tersimpan di laci kema
Sasa bangun tidur. Dia duduk di tepi kasur dan membuka tas. Melihat berkas gugatan cerai yang sudah di tanda tangan atas nama Elvis.“Aku akan langsung antar berkas penting ini ke pengadilan. Ah, aku harus tanya nomor pengacara yang mengurus perceraian Kak Elvis.” Sasa menyimpan kembali berkas ke dalam tas. Dia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Berganti pakaian dan berdandan cantik.“Sarapan dan pulang. Aku benar-benar beruntung lahir dari keluarga kaya sehingga bisa melakukan apa pun dengan uang.” Sasa turun ke ruang makan. Dia sarapan seorang diri tanpa peduli pada apa pun.“Halo, ada apa?” tanya Sasa yang sedang menikmati sarapan.“Apa kamu tidak bisa menahan Elvis agar tidak mengganggu Mahira lagi?” tanya seorang pria dari panggilan telepon.“Apa maksud kamu? Mahira yang selalu datang ke Perusahaan Kak Elvis,” tegas Sasa.“Aku tidak buta melihat pria itu memohon kepada Mahira agar kembali pulang bersama nya,” jelas pria di seberang panggilan.“Apa?” Sasa melihat layar p
Mahira beranjak dari kursi. Dia tidak ingin berada di rumah sakit karena kondisinya yang tidak stabil.“Ela, aku akan pulang. Tidak ada jadwal juga di siang hari.” Mahira mengambil tasnya.“Baik, Dok. Anda di rumah saja untuk menenangkan diri dan mengobati luka bakar.” Ela membuang pecahan gelas ke tempat sampah.“Ya. Aku akan mengobati luka dengan ramuan yang ada di rumah. Terima kasih, Ela. Aku pulang dulu.” Mahira tersenyum. Dia keluar dari ruang kerjanya dan memesan taksi.“Mahira.” Feliz bertemu dengan Mahira di koridor rumah sakit.“Ya.” Mahira menghentikan langkah kakinya dan tersenyum.“Apa kamu mau pergi makan siang?” tanya Feliz.“Tidak. Aku mau pulang ke rumah saja. Tubuh dan pikiranku tidak nyaman,” jawab Mahira.“Aku akan mengantar kamu. Sekalian mau pergi ke Perusahaan.” Feliz membalas senyuman manis dari Mahira.“Apa sejalur?” tanya Mahira.“Tentu saja. Apa kamu mau ikut ke kantorku?” Feliz balik bertanya.“Ah, tidak. Aku hanya mau pulang dan beristirahat,” jawab Mahira.
Elvis membuka mata. Pria itu memijit kepalanya. Ada rasa sakit yang tertahan di otak. Hormon bercinta yang dihentikan tiba-tiba oleh Mahira.“Wanita ini benar-benar bisa melindungi diri. Mahira, aku tidak akan melepaskan kamu. salahku membuat pernikahan dingin dan berharap kamu menyerahkan diri padaku.” Elvis berdiri di depan cermin. Dia melihat tubuhnya yang seksi sempurna dan menggoda kaum hawa.“Apa ini?” Elvis melihat sebuah catatan yang ditempel di cermin.“Pergi menjauh dari Elvis untuk selamanya dan tidak akan pernah kembali.” Elvis mengerutkan dahinya. Dia tidak menyangka bahwa Mahira benar-benar berencana meninggalkan dirinya.“Tidak akan aku biarkan, Mahira.” Elvis mengenakan kemejanya dan merapikan diri. Dia keluar dari kamar dan melihat Mahira tidur di sofa. Memperhatikan wanita itu dengan seksama.“Kenapa punggung tangannya merah?” Elvis menyentuh tangan Mahira.“Ada obatnya.” Elvis melihat salep yang masih ada di atas meja.“Luka bakar? Kapan dia terluka?” tanya Elvis di
Pria itu masih diam membeku dan tidak bergerak untuk turun. Dia tidak berniat untuk mendekat dan menolong Sasa yang tidak sadarkan diri.“Elvis!” teriak Elvita.“Cepat bawa Sasa ke rumah sakit,” bentak Elvita.Elvis segera merapikan kemeja dan mengambil kunci mobil. Pria itu menggendong Sasa dan semua orang ikut serta pergi ke rumah sakit.Mobil berhenti di depan ruang UGD. Elvis segera keluar dan menggendong kembali Sasa membawa masuk ke ruangan dengan cepat dan membaringkan di tempat tidur. Para dokter dan perawat yang bertugas segera memeriksa pasien.“Apa dia sengaja menjatuhkan diri? Tidak mungkin Sasa melakukan hal sebodoh itu. Percuma sekolah sampai ke luar negeri.” Elvis keluar dari ruangan dan duduk di depan.“Elvis, kenapa kamu mendorong Sasa?” tanya Selia di depan Elvis.“Saya tidak melakukannya. Putri Anda sendiri yang menjatuhkan dirinya,” tegas Elvis marah.“Apa? Itu tidak mungkin,” balas Juanda. Papa dari Sasa.“Om, jarak tangga dan pintu kamar saya itu jauh,” ucap Elvis
Mahira selesai memanaskan makanan untuk Elvis. Dia tidak tahu bahwa pria yang berada di kamar itu mengotak-atik ponselnya.“Elvis,” sapa Mahira.“Makanan sudah siap,” ucap Mahira di depan pintu kamar.“Apa kamu belum selesai?” Mahira mengetuk pintu yang dikunci dari dalam. “Apa dia mandi?” Mahira pergi ke ruang tengah. “Hah! Sudah selarut ini. Aku benar-benar mengantuk. Pria itu tidak akan melakukan apa pun padaku.” Mahira merebahkan tubuh di atas kasur.“Mahira, dengan ini kamu tidak akan bisa lari dariku.” Elvis mengisi daya ponselnya dengan milik Mahira. Dia keluar dari kamar dan melihat sang istri yang kembali tidur.“Dia sangat mengantuk.” Elvis menggendong Mahira.“Apa yang kamu lakukan?” Mahira dengan mudahnya terbangun.“Aku memindahkan kamu ke kamar,” jawab Elvis membawa Mahira ke kamar.“Aku bisa sendiri,” tegas Mahira.“Apa kamu jalan sambil tidur?” tanya Elvis dan tidak ada jawaban dari Mahira. Pria itu melepaskan istrinya di atas kasur.“Lanjutkan tidur kamu dan akum au
Pelayan wanita masuk ke dalam kamar Ryu. Dia datang untuk mengambil kembali peralatan makan Mahira.“Permisi, Nyonya.” Pelayan membungkung dan membereskan piring.“Tunggu. Di mana ini?” tanya Mahira memegang tangan pelayan.“Maaf. Permisi.” Pelayan menarik tangannya dengan lembut agar tidak menyakiti Mahira. Mereka tidak bisa berbicara atau menjawab pertanyaan karena dilarang.“Hah!” Mahira bingung. Dia turun dari kasur dan menyadari bahwa dirinya masih mengenakan gaun pesta.“Kenapa pakaianku bahkan belum diganti?” Mahira memperhatikan sekeliling. Di mana kamar mandi?” tanya Mahira pada dirinya sendiri. Dia tidak melihat pintu apa pun di ruangan itu. Semua terlihat seperti kaca dan cermin.“Ini juga rumah kaca.” Mahira berjalan ke dinding dan melihat keluar.“Kenapa aku hanya melihat hutan? Tidak ada jalanan.” Mahira berusaha menggeser dinding kaca. Dia ingin keluar agar bisa melihat lebih leluasa.“Apa yang kamu cari?” tanya Ryu dan Mahira segera memutar tubuhnya.“Ini di mana? Ah t
Elvis terduduk di sofa. Pria itu benar-benar kebingungan. Dia telah mengerahkan segalanya untuk mendapatkan sang istri yang tiba-tiba hilang.“Kenapa Mahira terus pergi?” tanya Elvis.“Kali ini dia bukan pergi, Elvis,” tegas Feliz.“Mahira telah diculik dan akan sulit untuk mendapatkannya kembali. Jaringan mereka sangat luas hingga internasional.” Feliz pun sangat kesal.“Sudah benar kamu sembunyikan saja Mahira di dalam rumah selamanya,” ucap Feliz pelan.“Feliz, Mahira sedang hamil anak kami.” Elvis menatap Feliz.“Apa?” Feliz terkejut.“Dia hilang di rumah sakit. Kami sedang melakukan pemeriksaaan dan aku sudah mengobar-abrik kota ini.” Elvis berbicara dengan nada tinggi. Pria itu marah, kesal dan takut. Dia benar-benar kacau.“Apa kamu bisa membantuku mencari Mahira? Aku akan membayar berapa pun yang kamu mau,” jelas Elvis.“Elvis, mereka mafia obat-obatan. Mahira adalah seorang ilmuan dan penemu yang cerdas. Dia bisa menciptakan apa pun yang kamu inginkan.” Suara Feliz terdengar
Mahira terduduk di lantai. Dia memuntahkan semua isi perutnya. Wanita itu menjadi lemas.“Apa aku terlalu lelah?” Mahira berusaha beranjak dari lantai dan membuka pintu.“Mahira, ada apa?” Elvis melihat wajah pucat Mahira. Pria itu segera menggendong dan istri dan membawa ke tempat tidur.“Mahira, apa yang terjadi? Kenapa wajah kamu pucat?” Elvis menyentuh pipi Mahira yang dingin.“Aku muntah dan sekarang kepalaku pusing. Rasanya mengantuk juga,” ucap Mahira.“Kita ke rumah sakit sekarang!” Elvis menghubungi Rino untuk mempersiapkan mobil di pintu belakang. Pria itu juga menyerahkan acara pesta kepada orang tuanya. Dia membawa Mahira ke rumah sakit tanpa sepengetahuan siapa pun.Wajah Elvis benar-benar panik. Dia terus memeluk Mahira dengan perasaan khawatir hingga tiba di rumah sakit.“Kita sampai. Aku sudah menghubungi dokter keluarga,” ucap Rino membuka pintu dengan cepat.“Pak Elvis.” Dokter telah menunggu di depan pintu ruang perawatan khusus.“Periksa istriku. Pastikan dia baik-
Elvis dengan mudah mempersiapkan pesta untuk memperkenalkan istrinya kepada dunia. Dia tahu seorang wanita sangat butuh pengakuan. Walaupun sudah terlambat, tetapi semuanya bisa dimulai dari awal. Selama itu bukan kasus perselingkuhan.Mahira berdiri di depan cermin. Dia bergitu cantik dengan gaun putih yang mewah. Wanita itu layaknya seorang putri dari istana Kerajaan. Riasan yang tipis, tetapi manis benar-benar cocok di wajahnnya yang lembut.“Apa kamu sudah siap?” tanya Elvis masuk ke dalam kamar.“Ya.” Mahira melihat Elvis dari pantulan cermin. Wanita itu tersenyum kepada pria tampan yang selalu tampil rapi dan menawan.“Ayo kita keluar.” Elvis mengulurkan tangan pada Mahira dan mereka bergandegan mesra keluar dari kamar menuju aula pesta.Semua keluarga dan tamu undangan sudah menunggu kehadiran istri dari Elvis. Mereka sangat penasaran dengan wanita yang sangat beruntung karenan emnjadi pilihan terakhir sang pengusaha muda.“Kita sambut Pak Elvis dengan istri tercinta Dokter Mahi
Mahira mengenakan mini dress seksi berwarna putih. Dia membuka gorden kamar dan keluar dari kamar. Wanita itu berdiri di balkon untuk menikmati langit malam yang cerah.“Indah sekali. Rumah kaca ini seperti kristal karena memantulkan cahaya.”Mahira benar-benar cantik. Rambut panjang dan bergelombang dibiarkan tergerai melewati pundaknya yang terbuka. Gaun putih yang hanya sebatas paha pun melambai-lambai tertiup angin. “Cantik.” Seorang pria berada di atas Gedung lain berhasil melihat Mahira dengan teropong canggih miliknya sehingga dokter cantik itu terlihat jelas dan jernih.“Tidak disangka. Ketika berada di rumah dia sangat seksi. Padahal selama bekerja di laboratorium, Dokter Mahira selalu mengenakan pakaian panjang.” Pria itu terus tersenyum lebar. Giginya sampai kering.“Hah! Gila.” Sang pria memegang dadanya yang berbedar kencang.“Tanda apa ini? Jantungku seakan ingin meledak.” Pria itu turun dari tangga. Dia khawatir dengan keseimbangan diri yang akan membahayakannya.“Sial!
Elvis bersiap untuk pergi ke pesta ulang tahun Sasa. Pria itu tidak melihat istrinya di kamar.“Di mana Mahira?” Elvis keluar dari kamar.“Di mana Mahira?” tanya Elvis kepada bibi di dapur.“Nyonya sudah pulang ke rumah kaca untuk memasak dan meracik obat,” jawab bibi.“Bukankah dia sudah janji tidak akan melakukan apa pun ketika ada aku di rumah.” Elvis mengeluarkan ponsel dari saku.“Kata Nyonya, Tuan mau ke pesta,” ucap bibi dan tidak ada respon dari Elvis. Pria itu menghubungi Mahira dan berjalan menuju rumah kaca. Dia membuka pintu dengan kode.“Mahira.” Elvis melihat Mahira di dapur. Wanita itu benar-benar sedang memasak obat.“Ya.” Mahira melihat pada Elvis.“Di mana ponsel kamu?” tanya Elvis. “Sepertinya tertinggal di kamar,” jawab Mahira.“Ada apa? Kenapa kamu belum pergi?” tanya Mahira menatap pada Elvis yang berjalan mendekat.“Bisakah kamu terus menyimpan ponsel di dekat kamu?” tanya Elvis.“Untuk apa?” Mahira bingung.“Mahira. Jika ada apa-apa kamu bisa langsung menghubun
Mahira mendongak karena ada helicopter yang berputar-putar di atas rumah mereka. Wanita itu memperhatikan kendaraan udara yang tidak berniat untuk mendarat.“Paman, apa itu helicopter Elvis?” tanya Mahira.“Bukan, Nyonya.” Tukang kebun pun ikut mendongak.“Kenapa dia hanya mutar-mutar di atas rumah?” Mahira bingung.“Nyonya, sebaiknya Anda masuk ke rumah.” Tukang kebun mengkhawatirkan Mahira. Pria yang juga bertugas menjaga rumah itu mencurigai helicopter yang berada di atas rumah.Helikopter mendarat di atas rumah Elvis. Seseorang menggunakan teropong untuk melihat Mahira yang mendongak.“Aku mendapatkannya,” ucap pria itu. “Woah. Wanita ini sangat cantik.” Pria itu tersenyum berhasil merekam Mahira dengan teropong. “Dia bersembunyi dengan baik di rumah yang mewah. Aktifkan akun sebentar saja. Aku langsung bisa menemukannya.” Pria itu tersenyum.“Kenapa mereka mendarat?” Mahira penasaran.“Nyonya, Tuan meminta Anda untuk masuk ke dalam rumah.” Dua orang pelayan menarik tangan Mahira
Mahira yang sudah meminum ramuan rahasia buatannya tidak mampu dikalahkan Elvis. Wanita itu masih dengan kuatnya berdiri setelah dihajar sang suami semalaman.“Mahira, kenapa ini lebih menggigit?” Elvis yang berada di atas Mahira menatap istrinya.“Aku minum ramuan khusus yang aku buatkan sendiri dan itu rahasia,” ucap Mahira tersenyum.“Luar biasa. Kamu juga wangi dan manis. Bahan alam memang jauh lebih hebat dari kimia. Kamu semakin membuat aku ketagihan.” Elvis seakan tidak puas dengan Mahira. Pria itu ingin melakukan lagi dan lagi setiap harinya.“Sepertinya stamina tubuh kamu juga lebih kuat,” ucap Elvis.“Tentu saja. Aku sudah mempersiapkan diri setelah kamu hajar habis-habisan.” Mahira memalingkan wajah menahan senyum.“Bagus. Aku benar-benar suka. Apa bisa berikan obat untukku agar bisa bermain bekali-kali dalam satu waktu?” tanya Elvis.“Tidak akan aku buatkan. Itu sama saja menyiksaku,” tegas Mahira. “Hahaha.” Elvis tertawa. Dia menggigit Pundak Mahira. “Aaah, Sakit.” Mahir
Elvis pergi ke ruang kerja. Pria itu benar-benar tidak tenang dengan laporan terakhir dari Rino.“Ada apa, Bos?” Rino heran karena Elvis mendatanginya karena biasanya pria itu selalu ingin berada di sisi Mahira.“Apa lagi yang kamu temukan?” tanya Elvis duduk di sofa.“Ini benar-benar aneh, Bos. Semua data Nyonya dihapus. Tidak ada lagi informasi tentangnya. Entah siapa yang melindungi, Nyonya. Padahal, kita baru saja akan melakukan itu,” jelas Rino.“Bos, saya berhasil masuk akun terakhir Nyonya dan menyimpan pesan yang tidak dibaca dari dua tahun lalu.” Rino memberikan computer kepada Elvis dengan cukup khawatir.“Apa ini?” Elvis yang berasal dari dunia berbeda dengan Mahira benar-benar tidak mengeti. Pria itu tidak menjalankan bisnis di dunia kesehatan dan kedokteran.“Ini adalah jaringan mafia kesehatan yang aku maksud, Bos. Mereka menjual obat-obatan terlarang untuk dimasukan ke rumah sakit terbesar dan juga permintaan pelanggan,” jelas Rino. “Lalu, kenapa mereka meminta Mahira k