Terima kasih. Semoga suka. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi umat islam di seluruh dunia.
Mahira membuka mata dan tidak mendapatkan Elvis di tempat tidur.“Tubuhku benar-benar terasa ringan setelah minum ramuan heral.” Mahira duduk di tepi kasur. Dia melihat Elvis keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggang. Rambut dan tubuhnya masih basah. Dia mengerikan kepalanya dengan handuk lain.“Pria tampan dan kaya memang mempesona. Mereka merawat diri. Lelaki pertama yang telanjang di hadapanku adalah Elvis. Ya karena dia yang menjadi suamiku sehingga kami satu rumah dan tidur di kamar serta kasur yang sama.” Mahira tanpa sadar menatap Elvis yang berjalan mendekatinya.“Apa kamu suka?” tanya Elvis.“Ya. Ah. Tidak.” Mahira kebingungan. Dia memalingkan wajahnya yang terasa panas dan merah.“Kamu padahal seorang dokter, tetapi masih terpesona pada tubuh pria.” Elvis menggoda Mahira. “Kamu bukan pasien,” tegas Mahira berdiri.“Benar. Aku sudah sering melihat tubuh manusia ketika berada di rumah sakit. Apalagi di ruangan operasi, tetapi rasanya ber
Mahira melihat kepergian mobil Elvis hingga hilang dari pandangan. Wanita itu tersenyum senang. Dia akan mulai bermain dengan tanaman obat. “Ela, apa kamu ada jadwal di rumah sakit?” tanya Mahira.“Tidak, Dok. Aku sedang mengambil cuti satu hari,” jawab Ela tersenyum.“Bagus. Ayo ikut aku. Kita pergi ke kebun di belakang rumah kaca. Kamu pasti suka.” Mahira menarik tangan Ela.“Ya.” Ela mengikuti langkah kaki Mahira yang tampak bersemangat dan bahagia. “Dok, apa aku boleh bertanya?” tanya Ela. “Apa?” Mahira berjalan berdampingan dengan Ela. Mereka melangkah santai di jalan setapak.“Apa Anda bahagia?” Pertanyaan Ela menghentikan langkah kaki Mahira. Wanita itu pun memutar tubuh menghadap mantan asisten pribadinya.“Aku sedang berusaha mencapai kebagianku bersama Elvis. Dia sekarang sangat berbeda. Tidak seperti dulu lagi.” Mahira tersenyum dan memegang kedua tangan Ela. “Lihatlah. Elvis membangun rumah kaca sesuai impianku. Dia menebus dua tahun pernikahan yang sia-sia,” lanjut Mah
Ela hanya diam saja di dalam mobil. Dia tidak bertanya apa pun kepada Rino yang menjadi sopir.“Apa yang ini kamu beli? Katakan saja,” ucap Rino berhenti di depan sebuah mall.“Tidak ada.” Ela menoleh kepada Rino dan tersenyum.“Kalau begitu aku akan mengantar Anda pulang.” Rino mengeluarkan secarik kertas dari saju jas dan memberikan kepada Ela. “Apa ini?” tanya Ela melihat cek.“Itu bayaran dari Pak Elvis untuk kamu yang telah menemani Nyonya Mahira,” jawab Rino.“Aku rasa tidak perlu.” Ela melihat angka dengan banyak nol tertulis di cek. “Aku senang bisa menemani Dokter Mahira,” lanjut Ela.“Pak Elvis tidak mau ada utang budi. Anda harus menerimanya agar kami tidak segan menjemput Anda kembali,” tegas Rino.“Kami mau makan siang di mana?” tanya Rino.“Terserah,” jawab Ela masih memegang cek tanpa menyimpannya.“Lebih baik cek itu kamu simpan. Jika hilang kami tidak akan menggantinya dan uang bisa ditarik langsung oleh pemilik cek,” jelas Rino.“Ya. Terima kasih.” Ela menyimpan cek
Mahira menikmati waktu yang sangat berkualitas. Dia sibuk dalam bahagia. Bermain dengan tanaman obat dan membuat ramuan.“Apa aku boleh meminta dibuatkan laboratorium?” tanya Mahira pada dirinya sendiri. “Aku harus membersihkan diri. Hari sudah sore.” Mahira terus berada di rumah kaca.“Apa ada pakaian ganti?” Mahira masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dapur.“Kamar mandi yang lengkap. Ini benar-benar disiapkan untukku.” Mahira melihat perlengkapan mandi yang biasa digunakannya.“Aku suka ini. Elvis benar-benar luar biasa.” Mahira pun mandi dengan tenangnya.“Ah tidak. Pakaian ganti ku. Tidak mungkin aku keluar dengan handuk. Baju tadi sudah kotor.” Mahira keluar dari kamar mandi. Dia menaiki tangga menuju kamar dan berharap ada baju ganti di rumah kaca.“Di rumah utama saja tidak ada baju ganti. Apalagi di sini.” Mahira membuka lemari kaca. Dia terkejut.“Hah! Bagaimana ini bisa di sini?” Mahira sangat mengenali pakaian yang ada di lemari. Semua itu yang ditinggalkannya di apartem
Elvita dan Sasa masih sabar menunggu di dalam mobil dengan menahan emosi karena Elvis tidak juga membuka pintu untuk mereka. Dua orang itu mulai kesal dan sangat ingin marah. “Tante, apa Mahira tidak memberitahu Elvis bahwa kita menunggu di sini?” tanya Sasa dengan wajah cemberutnya. Dia benar-benar sudah sangat dekat dengan Elvita karena sejak kecil sering berada di rumah keluarga Elvis. “Tante akan menghubungi Elvis.” Elvita mengeluarkan ponsel dan menghubungi Elvis. Wanita itu harus menunggu cukup lama.“Ponsel kamu.” Mahira mendorong dada Elvis agar pria itu melepaskan ciumannya.“Hhhhh.” Mahira menarik napas. Dia benar-benar sudah kehabisan oksigen di paru-parunya.“Bengkak lagi.” Mahira menyentuh bibirnya dan melihat pada Elvis yang menatapnya dalam senyuman.“Kenapa tidak diangkat?” tanya Mahira menggigit bibirnya. “Tidak penting,” jawab Elvis duduk di samping Mahira. “Aku akan ganti pakaian.” Mahira beranjak dari sofa, tetapi tangannya di tarik kuat oleh Elvis hingga jatuh
Elvis menuruni tangga. Pria itu telah rapi dengan kemejanya dan celana panjang. Dia memperhatikan Mahira yang tampak tersenyum seorang diri. “Apa yang membuat kamu tersenyum?” tanya Elvis berdiri di depan Mahira yang tidak menyadari kehadirannya. “Elvis.” Mahira masih tersenyum dan segera beranjak dari sofa. “Apa yang kamu pikirkan?” tanya Elvis lagi. “Tidak ada.” Mahira menggeleng cepat. “Aku tidak suka dibohongi, Mahira. Tidak ada yang boleh disembunyikan dariku,” tegas Elvis menatap tajam pada Mahira. “Kita bicara setelah makan saja,” ucap Mahira. “Katakan sekarang!” Elvis duduk di sofa. “Hah!” Mahira menatap Elvis yang tampak memicingkan matanya. “Hm.” Mahira kembali duduk. “Ada apa?” tanya Elvis mengintrogasi Mahira. Pria itu masih selalu mencurigai istrinya. Apalagi wanitanya pernah dibawa pergi oleh pria lain cukup lama. Dia takut ada rasa lain yang tumbuh sehingga membuatnya masih belum percaya sepenuhnya. “Mm.” Mahira tampak ragu. “Katakan, Mahira!” Elvis benar-
Elvis mengirim orang untuk menyelidiki tentang laboratorium dan pabrik obat milik Mahira yang dibangun bersama Biyanka. Pria itu benar-benar sedang berjuang untuk mendapatkan cinta istrinya.“Bos. Laboratorium dan pabrik memang ada, tetapi sudah diambil pihak lain dengan nama yang berbeda.” Rino memberikan laporan kepada Evis.“Siapa yang mengambilnya?” tanya Elvis.“Aku belum mendapatkan informasinya. Ini sudah masuk jaringan mafia luar negeri. Mereka menutupi kepemilikan baru,” jelas Rino.“Maksud kamu?” Elvis menatap Rino.“Pabrik dan laboratorium ditutup, tetapi masih ada kegiatan di dalam sana. Sepertinya dipakai untuk kepentingan beberapa organisasi saja,” jelas Rino.“Apa ini illegal?” tanya Elvis.“Aku rasa demikian. Mereka hanya memproduksi obat yang diminta konsumen dengan harga jual yang sangat tinggi. Bos, semua ini adalah hasil penemuan Nyonya.” Rino menunjukkan daftar obat yang ada di dalam berkas.“Nyonya adalah ilmuan hebat di sana. Dia bukan hanya seorang dokter bedah,
Kedua orang itu kembali terdiam. Elvis dan Mahira menutupi kegelisahan mereka. Tidak ada satu pun yang ingin terbuka.“Mahira, apa sebenarnya dirimu dalam bahaya sehingga sengaja bersembunyi di rumahku selama dua tahun dan pergi ketika Sasa datang?” tanya Elvis di dalam hati.“Tidak mungkin wanita secerdas kamu mau ditindas oleh keluargaku.” Elvis terus menat Mahira.“Kenapa hanya diam dan menatapku? Apa ada yang salah?” Mahira segera beranjak dari sofa. Dia merasa tidak nyaman dengan Elvis yang hanya diam saja.“Mahira.” Elvis memeluk Mahira dari belakang.“Aku akan melindungi kamu. Tetaplah berada di sisiku,” bisik Elvis pelan. Suara pria itu seakan tertekan. Dia benar-benar masih belum mengenal Mahira seutuhnya.“Ahh. Melindungi dari apa?” Mahira tertawa ringan. Dia merasakan bahwa pelukan Elvis berbeda.“Apa kamu tidak butuh perlindungan?” tanya Elvis memutar tubuh Mahira menghadap dirinya.“Hmm.” Mahira terdiam dan mengalihkan pandangannya. Dia masih belum bisa mempercayai Elvis u
Mahira menikmati makanan berbahan daging kelinci, kancil dan trenggiling. Wanita itu benar-benar tersenyum puas bisa makan-makanan yang tidak biasa.“Bagaimana?” Elvis pun tersenyum menatap lucu pada Mahira dan dirinya sendiri. Mereka berdua penasaran dengan daftar menu sehingga mencobanya.“Aku suka,” bisik Mahira di telinga Elvis dengan tertawa kecil.“Hahaha.” Elvis pun tertawa lepas. Dia tidak menyangka istrinya yang tampak Anggun akan menyukai daging mahal dan tidak biasa.“Aku juga suka, Sayang.” Elvis mencubit hidung Mahira.“Kita bungkus dan bawa ke hotel.” Elvis menyapa pelayan.“Boleh.” Mahira masih ingin makan makanan yang sama.“Kami pesan untuk dibungkus dengan menu yang sama,” ucap Elvis kepada pelayan.“Mohon tunggu sebentar. Kami akan menyiapkan pesanan Anda.” Pelayan tersenyum ramah.“Ya.” Elvis mengangguk.Setelah mendapatkan pesanan dan membayar. Elvis dan Mahira kembali ke mobil. Mereka langsung menuju hotel karena sudah lelah.“Aku mau mandi dan tidur siang,” ucap
Mahira dan Elvis telah berada di dalam pesawat terbang. Sasa pun ikut serta. Wanita itu memilih kursi di belakang agar bisa mengawasi pasangan suami istri yang baru akan berbulan madu.“Mereka akan pergi ke hotel Parai.” Sasa sangat senang karena telah mengetahui tujuan Elvis dan Mahira sehingga dia pun mengikuti mereka.“Sayang, kita pilih penginapan yang di tengah laut itu. Apa bisa?” tanya Mahira.“Aku sudah memesannya dan membayar dengan harga yang mahal.” Elvis tersenyum dan mencubit hidung Mahira.“Apa aku merugikan kamu?” Mahira menatap Elvis.“Apa? Hahaha. Tidak akan, Sayang. Aku bahkan bisa membelikan pulau beserta isinya untuk kamu.” Elvis mencium dahi Mahira.“Terima kasih, Sayang.” Mahira memeluk Elvis. Wanita itu benar-benar menafaatkan cinta dan kasih sayang sang suami sebaik-baiknya. Dia tidak akan membuat dirinya menjadi rugi.Empat puluh lima menit pesawat bisnis telah mendarat di bandara Depati Amir. Sebuah mobil mewah telah menunggu di ujung tangga. Menjemput tamu is
Seorang wanita mendekati Mahira. Dia berdiri dengan tatapan penuh benci.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Sasa. “Sasa.” Mahira beranjak dari kursi. Dia tidak takut sama sekali pada wanita yang selalu berusaha menyakitinya itu.“Kenapa kamu tidak pergi saja menjauh dari KakElvis? Kamu hadir dengan membawa kehancuran,” tegas Sasa.“Apa yang aku hancurkan?” tanya Mahira.“Apa kamu tahu, Kak Elvis kehilangan proyek milyaran karena mencari kamu,” jawab Sasa memberikan berkas kepada Mahira.“Kamu telah menimbulkan kerugian yang besar,” tegas Sasa. “Apa?” Mahira sangat terkejut.“Apa yang bisa kamu berikan kepada Kak Elvis? Tidak ada. Kehadiran kamu benar-benar sebagai pembawa sial,” jelas Sasa.“Aku mencintai Elvis,” ucap Mahira.“Aku akan membayar kerugian yang telah dialaminya dengan hidupku karena Elvis mencintai aku,” tegas Mahira.“Apa?” Sasa sangat kesal karena tidak berhasil membuat Mahira merasa bersalah dan pergi.“Aku tahu bahwa kamu sudah diusir Elvis. Jadi, jangan berhar
Elvis mengendarai mobil hitam tanpa atap sehingga Mahira bisa melihat dengan leluasa. Mereka benar-benar menikmati jalanan sore yang cukup ramai.“Apa kamu ke puncak?” tanya Elvis.“Itu sangat jauh,” jawab Mahira.“Benar. Jika mau liburan. Kita pergi dengan helicopter saja. lebih aman dan cepat,” ucap Elvis.“Liburan kemana?” tanya Mahira.“Kemana pun kamu mau, Sayang.” Elvis menoleh pada Mahira.“Kita ke taman saja untuk hari ini,” ucap Mahira.“Baiklah.” Elvis mengendarai mobil dengan kecepatan standar. Dia menikmati suasana sore bersama Mahira.“Sudah lama tidak jalan-jalan.” Mahira tersenyum melihat langit yang mulai memerah.“Sayang, udara di kota terlalu berpolusi. Mungkin kita bisa pergi ke pantai atau puncak,” ucap Elvis.“Ya. Aku mau ke pantai. Apa bisa?” tanya Mahria.“Besok kita pergi. Malam ini siap-siap. Aku akan meminta Rino mengubah jadwal kerja,” jawab Elvis.“Terima kasih.” Mahira merebahkan kepalanya di pundak Elvis. Wanita itu ingin merasakan bulan madu bersama suami
Elvis mendapatkan laporan tentang Sasa, Mirna dan Manisa. Pria itu sangat berhati-hati. Dia tidak ingin kejadian yang membahayakan nyawa istrinya kembali terulang.“Selalu awasi mereka. Pastikan Sasa meninggalkan negara ini,” tegas Elvis.“Baik, Bos. Aku sudah mengirimkan surat ancamana untuk kelurga Sasa,” ucap Rino.“Beri mereka waktu tiga hari. Jika tidak juga pergi, maka aku akan menghancurkan Perusahaan mereka,” tegas Elvis.“Baik, Bos.” Rino mengangguk.“Aku tidak ingin melihatnya di negara ini lagi. Apalagi sampai mendekati Mahira. Wanita itu sangat berbahaya dan gila,” ucap Elvis tersenyum tipis.“Aku akan pulang sekarang.” Elvis melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dia beranjak dari kursi dan mengenakan jas.“Aku duluan,” ucap Elvis meninggalkan Rino.“Ya.” Rino tersenyum. Dia senang melihat Elvis yang kembali bersemangat karena sudah bersama sang istri. Pria itu pun menjadi rajin ke kantor. Walaupun pulang lebih awal karena dengan mudah rindu pada sang M
Sasa benar-benar kesal karena Mirna gagal membawa Mahira keluar dari rumah Elvis. Dia benar-benar tidak punya lagi kesempatan untuk menyakiti wanita itu.“Arrggh! Apa yang harus aku lakukan?” teriak Sasa. Dia benar-benar kehabisan akal. Wanita itu hanya berada di dalam rumah tanpa bekerja. Ada rasa malu bertemu orang lain karena dirinya bukanlah kekasih masa kecil Elvis.“Elvis mengatakan kepada dunia bahwa cinta pertamanya adalah Mahira. Itu benar-benar sangat memalukan diriku.” Sasa meremaskan jari-jarinya. Dia duduk di tepi kasur.“Aku bahkan tidak berani lagi menampakkan wajah di depan semua orang.” Sasa memukul guling.“Kapan Mahira keluar lagi? Aku akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Wanita itu harus mati. Hahaha.” Sasa benar-benar tertekan. Dia terus mengurung diri di dalam kamar. memperlihatkan wajahnya di depan umum sama saja dengan mempermalukan diri.“Mahira, kenapa kamu merebut Elvis dariku? Kenapa kamu hadir dan menghancurkan impianku? Aku benci kamu, Mahira!”
Mirna pergi ke rumah Elvita. Wanita itu tidak tahu tempat tinggal Mahira. Dia juga tidak memiliki nomor ponsel anak sambungnya.“Apa yang membuat kamu datang kemari?” tanya Elvita dengan sini. Wanita itu tetap mempesilakan Mirna masuk ke ruang tamu.“Maaf, Bu Elvita. Aku hanya mau bertemu dengan Mahira,” jawab Mirna.“Ibu, Tante. Kami datang untuk minta maaf kepada Kak Mahira,” ucap Manisa.“Apa yang kalian lakukan pada Mahira?” tanya Elvita.“Karena Kak Mahira tidak memberiku uang sehingga aku jadi gelap mata dan menjebaknya,” jelas Manisa menangis.“Apa?” Elvita terkejut.“Kami kekurangan uang. Jadi, melakukan itu dengan terpaksa,” jelas Mirna.“Aku hanya seorang janda dan tidak ada pekerjaan. Manisa harus kuliah. Dia terancam akan putus kuliah.” lanjut Mirna yang juga meneteskan air matanya.“Harapan kami hanya Mahira dan Elvis,” ucap Mirna lagi.“Hm. Kalian pasti telah membuat Elvis marah sehingga membuatnya tidak mengirim uang lagi,” tegas Elvita.“Mereka hampir membuat Kak Mahira
Mahira menepuk tangan Elvis yang melingkar di perutnya. Wanita itu masih berada di dalam pelukan sang suami yang belum juga mau beranjak dari kasur.“Sayang, ayo bangun dan mandi. Kita sudah melewatkan sarapan,” ucap Mahira.“Apa kamu lapar?” tanya Elvis.“Apa kamu tidak lapar?” Mahira balik bertanya.“Aku sangat lapar, tetapi cukup dengan makan kamu saja. Bagaimana? Apa bisa?” Elvis tersenyum.“Lepaskan aku! Aku mau mandi. Hari sudah sangat siang. Tubuh pun gerah bekas keringat tadi malam.” Mahira membuka tangan Elvis yang melingkar di tubuhnya.“Kita mandi bersama.” Elvis segera menggendong Mahira. Pria itu hanya mengenakan boxer.“Aaah. Ini tidak akan selesai dengan mudah!” teriak Mahira yang sudah dibawa ke kamar mandi.“Hm. Ternyata di pagi hari dan bangun tidur itu benar-benar menegang.” Elvis tersenyum melihat senjatanya yang berdiri tegak.“Tidak usah gila, Elvis. Tadi malam saja kamu sudah menghajar aku habis-habisan.” Mahira sudah berada di atas meja keramik.“Tidak usah pura
WARNING 21+++++Elvis menggendong Mahira ke kamar mereka. Malam yang semakin larut menjadi waktu yang tepat untuk bercinta. Pria itu akan meminta jatahnya setelah cukup lama berpuasa.“Apa kamu lelah?” tanya Elvis membaringkan tubuh Mahira di atas kasur.“Aku lelah kenapa? Hari ini aku hanya tiduran saja di kantor.” Mahira tidak melepaskan tangan yang menggantung di leher Elvis.“Baiklah. Aku tidak akan menahan diri lagi.” Elvis mulai menyerang leher Mahira.“Aahhh!” Mahira menikmati setiap ciuman dan gigitan Elvis yang kuat. Leher putih itu tidak akan menyisakan ruang kosong lagi. Tanda merah memenuhi kulit.“Lepas ya?” Elvis meminta izin pada Mahira.“Ya.” Mahira pun melepaskan gaun putih seksinya sehingga memperlihatkan sepasang buah kembar yang menggoda.“Oh yeah!” Elvis melahap putik buah berwarna merah muda. Dia memejamkan mata dan menghisap dengan lembut hingga menjadi lebih kuah.“Aah. Sakit,” ucap Mahira.“Nikmat, Sayang.” Elvis memakan buah kembar hingga memenuhi mulutnya dan