Derak – derak dari derap kaki berebut cepat menyusul sampai ke ruang bawah tanah terhenti oleh kekosongan yang mereka temukan. Seharusnya George Keneddy masih di sana, berada di antara jeruji besi yang di lapisi jeruji besi lainnya, tetapi bagian dari rapatan gembok yang telah dienskripsi kode – kode tertentu hancur seperti telah di-bom dan di-disfungsikan—membuat siapa pun, orang – orang di balik hilangnya Geroge Keneddy bekerja dengan mudah hingga tak terendus. Mereka lebih kepada ahli – ahli terlatih. Menyelesaikan masalah dengan cermat, orang – orang yang tentu sudah terbiasa terjun ke lapangan.“Apa ini, Tuan?”Perhatian Theo ditarik cepat menatap Travis bersama sebuah kotak persegi panjang, yang baru saja pria itu ambil saat menunduk ke bawah.Theo menerima pemberian kotak tersebut. Benda kecil dengan sebuah katup menempel di sana. Bagian tembus pandang persis memperlihatkan sebuah disk record dan segera merayu Theo untuk melepas katup itu secara kasar.Dugaan Theo terhadap bend
Rose menenggelamkan wajah menyeruk dalam – dalam di dada bidang Theo. Dia memanjat tubuh membeku suaminya dengan cepat, menghirup aroma memabukkan untuk membuatnya sedikit lebih tenang. Theo masih tidak mengatakan apa pun. Menghujam benak Rose bahwa dia begitu mencemaskan Theo akan menolak permohonannya. Rose tidak ingin itu, segera memperketat dekapan lengan yang melingkar sempurna di antara garis bahu suaminya.Kapan Theo akan mulai bicara Rose masih menunggu sekaligus tak berani berekspektasi tinggi. Dia takut ... namun tiba – tiba merasakan gerakan kecil, yakni usapan ringan di punggung Rose termasuk langkah yang menderak pelan meninggalkan ruang bawah tanah.“Segera katakan pada yang lain, jangan lupa siapkan Esme dan seluruh keperluannya.”Sekilas Rose mendapati Travis mengangguk cepat, dan sampai di ujung lorong posisi mereka berpencar—Rose bersama Theo, sementara Travis ke sisi gedung berbeda. “Kau berubah pikiran?” tanya Rose, separuh memberi jarak pada dirinya agar bisa mena
Pemicu berisi kabel – kabel mematikan itulah yang harus Theo selesaikan dengan sisa waktu satu jam satu menit. Benda itu ada di sekitarnya, mungkin bagian paling tepat saat dia harus memulai adalah ruang bawah tanah. George terkurung dan hilang di sana. Kemudian terdapat chip terpasang di sudut tembok yang berpotensi meledakkan mansion maupun seisi benda dan makhluk di dalamnya.Setelah lima menit terbuang Theo takkan bisa membiarkan detik – detik berharganya ikut termakan keadaan. Dia kembali ke ruang bawah tanah dengan benar – benar terburu. Kondisi di keremangan itu masih sama seperti terakhir kali dia ada di sana. Chip di badan dinding dan analog digital terus menunjukkan setiap waktu yang berkurang merupakan hal sangat penting untuk diperhitungkan.Theo berhamburan cepat menelusuri setiap sisi gudang bawah tanah. Pada sudut – sudut tersembunyi dia memutuskan untuk membongkar beberapa benda tersusun bertingkat – tingkat, beberapa di antaranya sulit dikeluarkan—yang meskipun berhas
“Sugar, tunggu!”Suara bariton di belakang terus memanggil dengan sesekali jemari besar itu berusaha mencekal, tetapi Rose terus menolaknya. Ada harga yang harus Theo bayar dari tindakan berbahaya, yang meskipun telah berhasil ditangani tetap tidak membuat Rose tenang. Rose tak suka bagaimana Theo tak acuh terhadap keselamatan pria itu sendiri. Jantungnya masih berdebar keras membayangkan hal – hal buruk bisa saja terjadi. Langkah Rose makin cepat usai memasuki gedung mansion. Sebentar lagi akan mencapai kamar utama. Dia menekan ganggang pintu tidak peduli Theo masih berusaha membujuknya.“Sugar.”Theo berada sangat dekat, demikian pula selangkah lagi Rose telah melewati ambang pintu. Dia sengaja menghantam kusen sangat keras dan saat itu bertepatan Theo akan masuk.“Oh!”Pria itu meringis sepertinya sangat sakit. Sementara Rose terdiam beberapa saat. Terdiam untuk memahami situasi di luar sana. Hanya satu kali Theo mengeluh selebihnya tanpa kata—hening yang memancing Rose memutar ku
Lolongan nyaring hampir setiap saat memenuhi indera pendengaran Rose. Padahal kamar sudah dia kunci. Posisi wajahnya pun ditenggelamkan di bawah bantal, tetapi Theo sengaja membiarkan Esmeralda berkeliaran di dalam mansion. Sesekali suara bariton itu bahkan terkekeh rambat di kupingnya. Mereka sepertinya berada sangat dekat dan mungkin Rose seharusnya memberi Theo peringatan untuk tidak mengeluarkan secuil suara mengusik.Rose mendesah panjang membiarkan tapak kakinya berpijak di atas marmer dingin. Selangkah demi selangkah dia berjalan keluar mencapai sekaligus menekan ganggang pintu kemudian menarik kusennya ke dalam, detik itu di saat bersamaan tubuh Theo tumbang beserta Esmeralda yang menggigit lengan bawah pria tersebut. Tidak ada rasa sakit, karena yang Rose temukan Theo sedang menikmati perlakuan Esmeralda. Sebenarnya kejadian demikian mengingatkan Rose kali pertama dia dipertemukan dengan siberian husky dan—pertama kalinya saat Theo mengetahui Rose sedang mengandung. Dia ters
Selepas kesibukan bersama beberapa gaun dan aksesoris – aksesoris memanjakan mata. Keputusan Rose kemudian bulat untuk menemui Theo di ruang kerja usai berpisah dengan wanita yang memperkenalkan diri sebagai Alma maupun dua sekretaris cantik wanita tersebut, Evalina dan Lindsey. Ketidaksengajaan bertemu Lion yang kondisi demamnya jauh lebih baik itulah saat – saat di mana pria itu memberitahu Rose keberadaan Theo—yang katanya tidak sengaja melihat ketika Lion menyusuri beberapa sudut mansion sekadar menambah kegerahan. Pria itu ingin berkeringat, tetapi urusan Rose sebenarnya adalah bersama Theo. Dia tak perlu memusingkan hal lain, kecuali suaminya mungkin kembali sibuk. Itu juga yang dikatakan Lion sebelum berpamitan pergi, yang akhirnya membawa Rose berdiri di depan pintu ruang kerja Theo ... menimbang – nimbang haruskah dia mengetuk sebelum masuk.Tidak. Rose takkan melakukan itu saat setelah pintu telah dibuka. Sebuah ruang cukup temaram menampilkan suaminya di sana. Fokus menghada
Terpukau.Itulah satu reaksi utama Theo kali pertama Rose melangkahkan kaki keluar dari ruang ganti dengan balutan gaun pernikahan creamy agak putih seperti seorang pengantin yang romantis. Sebuah kesimpulan yang menarik muncul saat Theo menatap Rose seupama wanita lembut yang berliku – liku ... begitu cantik dan murni. Senyum manis wanitanya hal yang tak pernah Theo bayangkan akan dia miliki secara utuh. Rose benar – benar memukau terbungkus dalam gaun yang memulai kecantikannya dengan membiarkan leher Rose terekspos transparan dan elegan. Pada bagian dada, kain yang pas di tubuh Rose berhias renda berbentuk bunga dan daun yang menjalar disertai taburan kristal berkilauan. Adapula dari batas pinggul gaun tersebut mekar sempurna, tetapi tidak melebihi porsi yang sedikit harus Rose angkat ketika melangkah pelan. Lengkung di bibir Rose semakin lebar menatap lurus ke depan. Di saat – saat itu pula Rose menyadari suaminya masih terdiam tanpa mengatakan apa pun, seakan benar – benar seda
“Undangan sebanyak ini siapa saja yang akan hadir di acara kita?”Perhatian Rose tertuju pada Theo dan selembar kertas berbahan concorde di tangannya. Sesekali dia berpaling ke belakang untuk memastikan keberadaan setumpuk undangan tersusun bertingkat – tingkat yang sebagiannya berada di bagasi mobil dengan sisa menduduk di kursi penumpang.Warna keemasan pada hampir keseluruhan kertas undangan memberi kesan mewah, apalagi bingkaian tulisan yang timbul di permukaan menambah sisi elegan. Rose suka ketika sedang meraba bagian dari huruf – huruf yang mencuak keluar. Rasanya dia baru saja memanjakan jari – jari tangan.“Namamu sudah benar di situ?”Namun alih – alih menjawab pertanyaan Rose, Theo sebaliknya menanyakan satu hal itu padanya.“Sudah.” Sesaat Rose kembali memperhatikan kertas undangan.O’Douglas.Netranya menelisik lamat – lamat nama yang tersemat di belakang. Rose tak pernah diizinkan untuk menyandang sebutan ‘O’Douglas’ selama sisa hidupnya, tetapi kali ini Rose mengambil