Suasana basecamp begitu mencekam, lapangan bahkan porak poranda. Tanah-tanah di lapangan basecamp banyak berlubang, karena sudah tidak menyembunyikan identitasnya. Ivy bisa mengeluarkan sihirnya dengan leluasa. Terakhir kali Ivy mengeluarkan sihir andalannya untuk membunuh monster yang lebih mirip trenggiling dimata Ivy, tapi berwajah seperti babi hutan. Ivy keluar dari kabut yang cukup tebal dengan napas yang putus-putus, Ivy mulai bisa mengendalikan energi mana dan harasnya secara bersamaan, hingga kali ini Ivy tidak terlalu merasa lelah. Ivy setengah berlari menuju dimana Race, Winter, dan juga beberapa pengawal yang memang Ivy halangi dengan tabir pelindung.Ivy merapalkan mantra lalu kemudian mulai membuka tabir itu. Ivy tersenyum menghampiri Race dan Winter yang sedang berdiri berdampingan sekarang. Ivy mendekat pada Race lebih dulu, tapi berbeda dengan Ivy. Race justru mundur selangkah menjauh dari Ivy."Race," lirih Ivy tidak percaya dengan sikap Race."Kenapa kau begitu egois
Suasana ruangan pertemuan para pejabat penting di kerajaan cukup sedikit tegang. Raja Michel sedang melihat semua persiapan untuk festival tahunan kerajaan. Raja Michel mengerutkan keningnya lalu kemudian melihat ke arah Ivy."Kenapa basecamp harus dipindah untuk sementara waktu?" tanyanya pada Ivy."Maaf, Raja Michel itu semua harus dilakukan karena kondisi lapangan basecamp saat ini tidak memungkinkan untuk dipergunakan latihan. Beberapa hari lalu ada serangan dari monster yang kembali ingin menjarah batu rubi di lapangan basecamp," terang Ivy sembari menundukkan pandangannya sopan."Apa? Serangan monster lagi? Lalu, bagaimana dengan Winter?" tanya Raja Michel panik."Putra mahkota baik-baik saja, Raja Michel. Beliau sudah saya lindungi dengan tabir pelindung yang tidak bisa ditembus siapapun termasuk monster hutan itu."Jawaban Ivy baru saja membuat Raja Michel menghela napas lega. Beberapa petinggi kerajaan saling berbisik karena mendengar penjelasan Ivy. Ada yang memuji, tapi ada
Ivy terbangun di pagi hari, kakinya terasa sedikit kaku. Ivy lalu mengurut pelan kakinya, Race yang baru saja keluar dari ruang ganti mengerutkan keningnya bingung."Kenapa?" tanyanya sembari menghampiri Ivy dan duduk di tepi ranjang."Entahlah, sudah beberapa hari ini kakiku terasa kaku dipagi hari. Sekarang jadi sedikit mati rasa," terang Ivy masih terus mengurut pelan kakinya dan menggunakan sedikit sihirnya untuk menyembuhkan kakinya."Kalau begitu hari ini tidak usah ke istana dulu, istirahatlah! Aku, akan menyuruh seseorang untuk memanggil Tesla kesini," tukas Race yang mendadak panik dan khawatir.Ivy melihat ke arah Race lalu kemudian tersenyum tipis. Kepalanya menggeleng pelan menolak saran dari sang suami."Hari ini persiapan terakhir sebelum minggu depan festival lomba tahunan dilaksanakan, Race.""Aku tahu, maka dari itu istirahatlah! Itu bisa kau lakukan besok.""Aku, tidak mungkin tidak ke istana. Aku, sudah memiliki janji dengan Winter akan mengunjungi lokasi untuk tera
Race turun dari kereta kuda yang membawa dirinya, Race lalu berlari masuk ke dalam paviliun Ivy. Dia tidak menghiraukan sapaan dari para penjaga paviliun Ivy. Race langsung menuju kamar Ivy dan membuka pintu dengan keras. Dia mendapati Ivy sedang minum anggur, Ivy terkejut Race tiba-tiba masuk. Ivy meletakkan gelas yang dia pegang ke meja. Sedangkan Race sendiri langsung menubruk Ivy dan memeluk sang istri erat."Ada apa, Race?" tanya Ivy bingung."Syukurlah kau baik-baik saja," ujar Race."Race, aku memang baik-baik saja. Ada apa?"Ivy kembali bertanya lalu kemudian melepas pelukan Race secara paksa. Dia menatap Race dengan wajah bingung, sedangkan Race sendiri menatap Ivy dengan wajah khawatir dan terlihat mata Race berkaca-kaca."Race?"Ivy memegang pipi Race lembut."Jangan pernah pergi meninggalkanku, Iv! Aku mohon!"Ivy semakin mengerutkan keningnya bingung, tapi sekarang dia juga menyunggingkan senyum tipis."Ada apa sebenarnya? Aku, tidak akan meninggalkanmu begitu saja, Race.
"Siapa yang memberikan minuman itu untuk Ivy? Cepat bicara!"Race terus membentak semua pelayan di paviliun Ivy, tidak terkecuali Miranda yang juga ada disitu. Race lalu melihat ke arah Gareta."Siapa yang terakhir kali ada di kamarku dan Ivy?" tanya Race."Sa,,,saya, tapi saya hanya membantu Nyonya muda Ivy untuk bersiap. Nyonya muda Ivy juga bilang kalau akan sarapan di istana, jadi kami sengaja tidak menyiapkan apapun," terang Gareta yang sama sekali tidak berbohong.Race menatap tajam Gareta, dia tahu betul pelayan kesayangan istrinya ini tidak sedang berbohong. Sejurus kemudian Race mengerang frustasi lalu kemudian menjatuhkan apapun yang ada di meja dekat lorong kamar Ivy dan dirinya."Siapa yang berani meracuni istriku bahkan di paviliunnya sendiri," tukas Race yang marah besar.Miranda yang sejak tadi diam saja mengangkat kepalanya lalu berjalan mendekat ke arah Race."Tuan muda Race, jangan marah-marah seperti ini. Mau semarah apapun Nyonya muda Ivy tidak akan hidup kembali,"
Ivy menceritakan semua ramalan yang dia lihat sebelum meminum anggur itu. Ivy tidak bisa membiarkan racun yang ditujukan padanya itu justru Race minum. Ivy juga mendapat ramalan jika semua racun itu Miranda yang memberikannya. Setiap kejadian yang sudah Miranda lakukan terlihat jelas di ramalan Ivy, mungkin itu semua memang terlambat karena tidak sedikit racun yang masuk ke tubuh Ivy sejak hari kembalinya Miranda ke paviliun. Beruntungnya Ivy adalah seorang penyihir hingga energi yang ada di tubuh Ivy menangkal racun itu secara berkala juga.Race terdiam mendengar semua cerita Ivy. Race hanya bisa menatap sang istri dengan mata sedih. Ivy sendiri lalu memegang pipi Race dengan lembut lalu tersenyum."Sudahlah bukankah sekarang aku baik-baik saja?" ujar Ivy."Kalau kau sampai mati lalu aku bagaimana? Aku, harus minta pertanggung jawaban pada siapa?" tanya Race lagi dengan suara datar dan tatapan tajam pada Ivy.Race masih saja kesal jika melihat sang istri yang selalu mengorbankan diri
Raja Michel berjalan mendekati Tuan Milano dan Nyonya Maria. Kedua orang tua Race lalu membungkukkan badannya menyapa Raja Michel."Dimana Race dan Ivy?" tanya Raja Michel to the point."Saya pun tidak tahu, mereka tidak ada kabar sama sekali," jawab Tuan Milano.Nyonya Maria lalu memegang lengan sang suami pelan."Apakah ada yang terjadi pada mereka? Kenapa tiba-tiba saja mereka seperti menghilang seperti ini?" ucap Nyonya Maria dengan nada panik.Tuan Milano melihat ke arah sang istri begitu juga dengan Raja Michel."Apa maksudmu, Kak? Apa yang terjadi pada mereka?" tanya Raja Michel."Akupun tidak tahu, tapi aku seperti memiliki firasat buruk. Tidak biasanya Race menghilang seperti ini bukan?" tukas Nyonya Maria lagi.Raja Michel mulai panik, dia khawatir acara pembukaan festival tahunan hari ini akan berantakan. Dia sangat yakin kalau monster hutan akan datang, mengingat ini adalah event tahunan kerajaan dan setiap tahunnya Race selalu bisa melawan monster-monster itu."Gagal suda
"Bagaimana bisa Ivy masih hidup?"Tuan Milano melempar mantel yang baru saja dia lepas dengan kasar."Aku juga merasa heran," ujar Nyonya Maria menimpali.Tuan Milano lalu melihat ke arah Nyonya Maria dan wajahnya terlihat sangat marah."Kita sudah salah percaya pada Tuan Marionet dan Nyonya Liana, bagaimana kau menyelesaikan ini semua? Mereka sudah mengambil banyak keuntungan dari kita, sedangkan apa yang kita harapkan justru tidak terlaksana.""Maafkan aku, tapi aku juga tidak tahu menahu tentang ini semua. Aku, pikir Miranda akan melaksanakan tugasnya tanpa diketahui siapapun."Tuan Milano berdecak kesal lalu kemudian berjalan pergi."Urus ini semua! Aku, tidak mau putraku satu-satunya membenciku karena hal ini."Tuan Milano benar-benar marah, dia berjalan meninggalkan Nyonya Maria yang sekarang juga sedang berpikir bagaimana cara melenyapkan Ivy. Dia juga tidak mau Race membenci dirinya hanya karena Ivy."Kenapa aku harus menikahkan Race dengan Ivy? Kalau saja aku menikahkannya de
Di wilayah selatan Ivy sedang merapikan semua baju-bajunya. Tidak lama pintu kamarnya diketuk dari luar."Masuk!" titah Ivy singkat.Pintu kamarnya lalu terbuka dan Tesla masuk dengan membawa nampan makanan."Iv, ayo kita sarapan dulu. Perjalanan kita akan panjang dan lama," ujar Tesla yang kemudian meletakkan nampan berisi makanan itu di meja yang ada di kamar Ivy."Aku, belum lapar, Tesla," ujar Ivy yang kemudian menghentikan Ivy untuk mengemas bajunya."Meskipun belum lapar, tetaplah makan, Iv! Kau, butuh tenaga untuk tetap kuat. Energi mana dan harasmu baru saja kembali seimbang, kau bisa sakit lagi kalau mereka tidak seimbang lagi," tukas Tesla memaksa Ivy.Ivy berjalan mendekat pada Tesla lalu duduk di samping Tesla yang sedang sibuk mengambil makanan."Sebenarnya kita akan pergi kemana, Tesla?" tanya Ivy."Ke suatu daerah yang membutuhkan sihir penyembuhan, ini juga bisa jadi caramu melatih sihirmu yang sudah kembali, Iv," ucap Tesla."Kau benar, tapi apa aku sudah bisa?" tanya
Ivy terus saja diam dan melihat keluar jendela kamarnya. Sejak pulang dari istana tadi, Ivy hanya berdiam diri di kamarnya. Race sendiri tidak ikut pulang dan sedang ada di paviliun kedua orang tuanya sekarang. Ivy mengusap wajahnya pelan lalu menarik napas dalam."Jadi seperti ini cara Race mencegah semua yang sudah kami lewati kembali terjadi nanti. Apakah aku harus bersyukur karena pada akhirnya aku justru bisa meninggalkan Race tanpa membuatnya terluka, karena dia sendiri yang melepasku?" gumam Ivy bermonolog.Ivy tersenyum miris memikirkan nasibnya sendiri. Sejurus kemudian senyum Ivy menghilang begitu saja."Apa dengan begini aku justru aku akan kembali dipulangkan ke barat? Apakah aku harus kembali menjadi putri Marionet?" ucapny lagi.Ivy berhenti berbicara sendiri setelah pintu kamarnya diketuk dari luar. Ivy melihat ke arah pintu lalu menautkan alisnya heran."Siapa?" tanyanya singkat."Ini Gareta, Nyonya muda Iv. Di ruang tengah ada tamu yang menunggu anda," ujar Gareta dar
Ivy mengeliat pelan, badannya seperti remuk pagi ini. Itu membuat Ivy enggan turun dari ranjang, dia masih berselimut tebal dan melihat Race sudah tidak ada di sampingnya."Apa karena aku sekarang manusia biasa, jadi aku merasa sangat lelah setelah pertempuran semalam? Lalu, kenapa Race sepertinya tidak lelah? Atau aku yang terlalu mendramatisir?" gumam Ivy bertanya-tanya sendiri.Ivy menghela napas dalam lalu kembali menyembunyikan kepalanya di dalam selimut."Seperti ini saja lelah, lalu bagaimana bisa aku memiliki anak dengan Race?" ujarnya lagi.Ivy baru membuka selimut yang menutupi wajahnya saat merasa ada yang duduk di tepi ranjang. Ivy terkejut melihat Race yang sepertinya baru selesai mandi sudah ada di depannya."Race, sejak kapan kau disini?" tanya Ivy yang merasa malu karena apa yang dia ucapkan pasti didengar Race tadi.Race tersenyum lalu kemudian memukul kaki Ivy pelan."Apa yang membuatmu terus menggerutu seperti itu, Iv?" tanya Race yang merasa lucu mendengar ucapan I
Raja Michel sedang berkumpul dengan para petinggi kerajaan. Ada laporan tentang pergerakan pasukan wilayah utara menuju perbatasan. Mereka belum bisa tahu apa tujuan mereka kembali menuju wilayah timur. Yang jelas ini semua membuat Raja Michel kembali cemas."Jadi bagaimana, Raja Michel? Saya rasa tersebarnya berita Nyonya Ivy akan dieksekusi membuat pihak utara kembali memiliki keberanian," ucap salah satu petinggi kerajaan mengutarakan kegundahannya.Raja Michel tidak segera menanggapi dan terlihat berpikir skarang, Tuan Milano berdehem lalu mendekat pada Raja Michel."Sepertinya apa yang Winter katakan terjadi, Raja Michel," ujarnya.Raja Michel melihat ke arah Tuan Milano. Kepalanya mengangguk setuju dengan pemikiran sang kakak."Kau, benar, Kak. Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Raja Michel kemudian.Tuan Milano terdiam dan menatap sang adik dalam."Tidak ada cara lain," tuturnya."Maksudmu membebaskan Ivy? Bagaimana mungkin? Dia itu terlibat dalam banyak hal, Ka
Ivy tidak bisa menolak ajakan Race untuk tidur sekamar sekarang. Tidak biasanya suaminya yang selalu marah-marah itu mengajak tidur sekamar saat belum memiliki perasaan apapun pada Ivy dulu. Ivy terus saja gelisah dan belum bisa terlelap. Sedangkan Race sendiri sudah tidur pulas di samping Ivy. Sejurus kemudian Ivy melihat ke arah Race. Ivy mengambil posisi tidur menyamping dan terus memandangi wajah Race dengan teliti. Ivy mengulurkan tangannya dan mengusap pelan hidung Race dari atas hingga bawah."Kalau kita memang ditakdirkan untuk memiliki anak, aku yakin jika dia laki-laki maka dia akan setampan dirimu, Race," lirih Ivy setengah berbisik.Air mata Ivy lalu meleleh dengan sendirinya, Ivy menghapus air matanya dengan cepat lalu kemudian mengalihkan pandangannya dari Race. Ivy menghela napas dalam lalu memilih untuk duduk. Baru saja akan turun dari ranjang, tangan Ivy ditahan oleh tangan Race. Ivy melihat ke arah Race terkejut, sedangkan Race sendiri membuka matanya pelan."Tidur,
Race berlari memasuki kamar Ivy, dia baru saja bermimpi Ivy menjatuhkan dirinya dari jendela kamarnya. Setelah membuka pintu kamar dengan keras, Race lalu menarik Ivy yang sedang berdiri di dekat jendela."Kau, gila? Bukankah aku bilang kalau mau mati jangan di paviliun ku!" hardik Race penuh dengan amarah.Ivy sendiri melebarkan matanya terkejut mendengar ucapan Race, Ivy lalu berkedip beberapa kali. Race sendiri terdengar menghela napas gusar lalu kemudian menyeret Ivy menuju ranjang. Race mendudukkan Ivy sedikit kasar hingga membuat Ivy hampir saja jatuh ke belakang."Kau, gila?" tanya Race dengan suara keras"Aku?" tanya Ivy balik."Ya, siapa lagi? Kalau kau tidak gila, untuk apa kau berpikiran lompat dari jendela itu?" ujar Race yang terlihat begitu kesal dengan apa yang Ivy lakukan."Lompat? Bagaimana dia bisa tahu kalau aku berpikir seperti itu?" batin Ivy sembari menatap Race tidak percaya."Jawab! Kenapa diam saja? Kau, tidak akan sedikitpun kekurangan disini. Aku, akan berta
Setelah mencoba membawa kabur Ivy dari penjara, Race justru ikut ditahan dengan tuduhan membawa lari tahanan. Ivy tidak bisa melakukan apapun sekarang, ilmu sihirnya bahkan hampir hilang karena dia terlalu memaksakan dirinya. Ivy terus mondar-mandir di dalam tahanannya karena khawatir pada Race. Sedangkan Race justru duduk diam dengan tenang."Setidaknya aku tetap akan mendapat hukuman seperti Ivy. Walaupun aku gagal menyelamatkannya, aku tidak akan menyesal di eksekusi sama seperti istriku."Itu yang ada di pikiran Race saat ini.Di istana, Tuan Milano benar-benar marah. Rencananya menjauhkan Race dan Ivy justru berakhir putranya yang ditahan. Tuan Milano sedang menunggu Raja Michel keluar dengan gelisah. Dia ingin meminta pengampunan atas tindakan Race. Setelah menunggu beberapa lama, bukan Raja Michel yang datang, tapi justru Winter."Paman, apa yang kau lakukan disini?" tanya Winter."Aku, menunggu ayahmu. Aku, ingin dia memberikan pengampunan pada Race. Ini semua pasti karena des
Setelah semua perintah Raja Michel diturunkan, Ivy lalu dibawa paksa ke penjara kerajaan. Race dengan keras menentang semuanya, Race bahkan berani menghajar semua pengawal yang menangkap Ivy. Namun apa yang Race lakukan itu percuma, Ivy tetap di bawa ke penjara kerajaan. Ivy sekarang sedang duduk di sudut ruangan yang lembab dan dingin. Dia tidak melawan ataupun meratapi nasipnya sekarang. Ivy sudah tahu dengan semua yang akan terjadi ini. Ivy justru bersyukur ternyata suaminya bukanlah orang yang akan mengeksekusinya nanti.Ivy yang sedang duduk di lantai yang dingin terkejut dengan suara pintu yang dipukul dari luar. Pintu besi itu menimbulkan suara yang sangat keras sehingga membuat Ivy setengah terjingkat."Makananmu sudah siap, Nyonya muda Ivy," ucap penjaga tahanan itu.Ivy berdiri dan berjalan menghampiri pintu besi itu. Penjaga itu lalu membuka pintu itu dari luar, tidak lama Miranda masuk dengan membawa nampan yang berisi makanan untuk Ivy. Miranda meletakkannya dengan kasar
Sejak kejadian di pesta hari itu, rumor tidak sedap mulai menyebar. Orang-orang diluaran sana mulai menggunjingkan Race. Mereka berpikiran kalau Race memang ingin menguasai kerajaan dengan menggunakan Ivy. Terlebih lagi setelah semua investigasi dilakukan pada Tuan Marionet. Semuanya terbongkar, monster-monster yang selama ini menghantui wilayah timur terutama Winter itu akibat kiriman dari Tuan Marques Marionet, termasuk juga wabah penyakit yang terakhir kali menyebar di wilayah timur terungkap, terlebih lagi monster yang menjarah batu ruby itu juga kiriman dari Tuan Marionet.Kecurigaan semua orang sekarang semakin tertuju pada Ivy. Mereka semua menganggap Ivy adalah kaki tangan dari Tuan Marionet. Ivy semakin disudutkan dengan itu semua, termasuk dengan rumor Race yang ingin menjadi putra mahkota.Tuan Milano dan Raja Michel sedang minum teh bersama di taman belakang istana. Sedari tadi keduanya sama-sama diam dan saling memandang ke langit yang sudah gelap. Sesekali Raja Michel me