Seketika, Nova tidak tahu harus menjawab apa.Nova memaksa diri untuk tersenyum. Sesaat kemudian, Nova menjawab, "Bantu aku beri tahu Pak Brian agar sampaikan pada Nona Yasmin. Kalau sudah bugar, tolong beritahukan waktu spesifik agar aku bisa atur agenda syuting selanjutnya."Setelah itu, Nova langsung pergi.Di kantor CEO.Yasmin memandang sekeliling kantor Brian dengan tatapan jijik."Interior kantormu terlalu dingin. Warna monokrom jelek sekali."Brian yang sedang membaca sebuah kontrak pun tersenyum."Bukan kamu yang pakai, jelek juga nggak ada hubungan denganmu."Yasmin menjadi kesal."Ini kantormu, kenapa bisa nggak ada hubungan denganku?"Brian menatap Yasmin dan tersenyum. "Kamu masih mengotot seperti dulu."Yasmin tersenyum seraya menghampiri Brian. "Kenapa? Kamu nggak suka?"Brian tidak menjawab, melainkan menunjuk naskah film di samping."Aku sudah baca naskah film yang kamu bilang dan suruh personel ahli untuk menganalisis. Naskah film ini nggak cocok untukmu. Sebaiknya ja
Alhasil, Brian tertawa. "Ya, itu bukan urusanmu."Yasmin berujar dengan jengkel, "Suruh dia ke atas, aku mau bicarakan masalah syuting iklan dengan dia!"Brian memalingkan tatapan dan berkata, "Cari dia sendiri dan bicarakan baik-baik, tahan emosimu."Yasmin mendengus, lalu meninggalkan kantor....Dari lantai atap, Nova langsung turun ke lantai satu.Ada sebuah taman di perusahaan.Khusus dibangun agar para karyawan dapat menenangkan hati dan pikiran.Nova duduk di pinggir danau di dalam taman. Baru pada saat itu, Nova merasa lebih baik.Kebutuhan Brian dalam hubungan intim sangat tinggi.Sebenarnya, Nova sedikit kewalahan untuk memuaskan Brian.Setiap kali, Brian membuat Nova sangat letih.Meski begitu, Brian kadang-kadang tetap belum puas.Akan tetapi, Brian sangat pemilih terhadap wanita pendamping.Jadi, Brian yang tidak puas tidak pernah mencari wanita lain.Sementara itu, Yasmin adalah cinta pertama Brian.Mereka mencintai satu sama lain.Menghabiskan waktu bersama Yasmin tentu
Bibir Nova gemetar.Penghinaan dalam ucapan Stephen sangat jelas.Serta ada cibiran.Nova merasa dirinya sudah kebal terhadap segala cibiran, tetapi hati Nova tetap bergidik.Orang-orang di kalangan elite memang meremehkan Nova, termasuk Brian.Saat menatap Stephen, Nova berusaha bersikap gagah."Pelakor, kenapa panggil aku pelakor?""Tentu karena kamu merebut posisi Yasmin. Selama ini, aku pikir Bu Nova adalah orang cerdik, nggak nyangka Bu Nova begitu nggak tahu diri."Nova tertawa. "Konyol sekali. Kalau Brian mau Yasmin, kamu pikir aku bisa merebut posisi Yasmin? Kamu pikir aku benar-benar bisa memengaruhi keputusan Brian? Karena Brian pilih aku, posisi itu memang milikku. Kalian terlalu suka ikut campur.""Selain itu." Nova tertegun sejenak, lalu melanjutkan, "Kalau aku pelakor, Pak Stephen yang menginginkan aku jadi apa? Pria mesum yang mau semua wanita atau pria berengsek yang menginginkan wanita orang lain hanya untuk kepuasan?"Seketika, senyuman menghilang dari wajah Stephen.
Alih-alih mendatangi Brian, Yasmin menelepon Brian dan langsung pergi. Di luar gedung perusahaan, Yasmin menelepon lagi."Ayah, tolong carikan ahli penguji obat."...Nova menelepon Jania lagi, tetapi telepon tidak dijawab.Setelah menutup telepon, Nova memijat kening.Jania jelas sengaja menyulitkan Nova."Kak Nova, bagaimana sekarang? Bagaimana kalau beri tahu Pak Brian?"Nova menyeringai sinis. Apa gunanya memberi tahu Brian?Bagaimana mungkin Brian menyalahkan Yasmin?Setelah hening sesaat, Nova menelepon seseorang.Orang itu segera menjawab telepon."Pak Bayu, maaf mengganggu. Perusahaan kami ingin bahas kerja sama dengan Bu Jania. tapi nggak tahu bagaimana, kami nggak punya kontak Bu Jania. Bisakah Pak Bayu minta Bu Jania hubungi aku? Ya, oke. Terima kasih, aku traktir makan di lain hari."Bayu tersenyum. "Lain hari? Hari ini saja, kebetulan aku punya waktu hari ini."Senyuman Nova membeku. Sesaat kemudian, Nova menjawab, "Oke, hari ini saja, aku kabari lagi setelah pesan restora
Nova melihat ruangan di depan, lalu menoleh pada pelayan."Permisi, apa nggak salah tempat? Aku pesan tempat terbuka."Pelayan tersenyum seraya menjawab, "Nona Nova, tempatnya benar. Bapak itu yang ganti ke ruangan ini."Nova pun sakit kepala.Nova memaksa diri untuk tersenyum. "Oke, terima kasih. Aku masuk sendiri saja."Setelah pelayan pergi, Nova pergi ke toilet.Nova langsung menelepon Nabila."Nabila, di mana kamu?""Di rumah sakit, aku bertugas hari ini. Kenapa? Nggak enak badan?"Nova terdiam dua detik. "Nggak apa-apa, awalnya mau ajak kamu makan. Lain kali saja.""Oke."Setelah menutup telepon, Nova berdiri di tempat selama beberapa saat. Pada akhirnya, Nova menelepon Brian.Diejek Brian jauh lebih baik daripada menemui Bayu sendirian.Akan tetapi, Brian tidak menjawab telepon.Nova menatap layar ponsel dengan perasaan sakit hati.Nova masih ingat, Brian selalu pergi ke luar di tengah kesibukan untuk menjawab telepon Yasmin.Jika itu Yasmin, Brian pasti akan menjawab telepon se
"Jaga sikap? Bu Nova berani datang hari ini, memangnya nggak tahu apa yang akan terjadi? Buat apa masih pura-pura? Aku nggak percaya Pak Brian belum menidurimu!"Bayu memeluk Nova dan mencium lehernya.Nova merasa mual karena bau alkohol.Seketika, Nova melawan."Bu Nova, jangan curang. Kamu pikir aku nggak tahu kamu ganti bir jadi air? Mau bohongi aku? Hah!"Bayu mengambil segelas bir dan mencekok Nova.Wajah Nova memucat.Nova ingin memuntahkan bir, tetapi secara refleks terminum sedikit."Minum bir pun nggak mau. Bu Nova, inikah sikapmu saat memohon bantuan?"Nova berbatuk-batuk.Bayu mencengkeram kerah baju Nova dan merobeknya.Bayu menelan ludah saat melihat tulang selangka Nova yang seksi.Saat Bayu hendak mencium Nova, Nova menginjak kakinya dengan kuat.Bayu merintih kesakitan karena diinjak sepatu hak tinggi.Nova memanfaat kesempatan itu untuk berlari ke arah pintu.Namun, baru saja membuka pintu, rambut Nova dijambak dari belakang oleh Bayu."Mau kabur? Coba saja, Bu Nova!"
"Bukan begitu."Nova menatap lurus pada Brian dengan matanya yang merah."Aku nggak pernah berpikir untuk tidur dengan pria lain.""Lalu, kenapa kamu datang ke sini?"Nova menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri."Pak Brian, Nona Yasmin masih nggak mau kerja sama dan Jania nggak bisa dihubungi. Aku hanya bisa minta bantuan Pak Bayu."Brian memegang dagu Nova seraya bertanya, "Benaran demi kerja atau dia majikan barumu?"Nova kesakitan, tetapi sama sekali tidak menunjukkannya.Nova tersenyum dan berkata, "Ada banyak calon majikanku. Aku nggak buta, nggak akan pilih orang seperti itu."Kemarahan tersulut dalam tatapan Brian.Brian mencengkeram pergelangan tangan Nova dengan sekuat tenaga.Brian menarik Nova ke luar restoran dan memasukkan Nova ke dalam mobil.Mobil pun melaju dengan cepat.Brian tidak berbicara lagi.Begitu pula Nova.Nova bahkan tidak bertanya apa yang Brian lakukan pada Bayu.Apa yang akan dilakukan Brian pada Bayu?Bagaimanapun, Bayu adalah bos Yasmin.Bagaim
Namun, Nova tidak dapat mengendalikan diri.Brian pergi ke balkon dan menyalakan sebatang rokok.Setelah itu, Brian mengeluarkan ponsel untuk menelepon."Kakak, ada apa?" tanya Simon."Kirim foto Bayu dan para artis itu ke kakak iparnya."Simon tercengang.Bayu bergantungan pada istrinya.Kesuksesan Bayu didasari oleh keluarga istri.Istri Bayu bermarga Connor. Keluarga Connor bermula dari dunia bisnis yang abu-abu.Kini, penguasa Keluarga Connor adalah kakak ipar Bayu.Istri Bayu sangat disayangi sejak kecil dan dimanjakan oleh kakak-kakaknya.Keluarga Connor tidak menyetujui pernikahan mereka, tetapi putri mereka sangat bersikeras. Oleh karena itu, Keluarga Connor mendukung Bayu.Pada awalnya, Bayu bersikap patuh. Seiring berkembangnya bisnis, Bayu perlahan-lahan menunjukkan sifat asli.Namun, Bayu hanya bersenang-senang dan tidak berani menimbulkan masalah besar.Sebagian besar adalah artis baru di perusahaan.Mereka tidak berani mengungkapkan apa-apa karena diberi keuntungan.Semua
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo