Nova tersenyum dan mengangguk.Bibi Linda langsung tertawa dan berkata, "Kalau begitu ibumu akan sangat senang mengetahuinya."Brian mencibir, "Bibi, jangan terlalu senang dulu, mungkin mereka akan putus suatu hari nanti.""Brian!" Nova membentak Brian, lalu tertawa, "Bibi Linda, nggak perlu pedulikan dia, otaknya agak nggak normal."Raut wajah Brian menjadi suram, tapi tetap tidak mengatakan apa-apa.Bibi Linda mengerutkan kening dan memandang Brian dengan curiga.Setelah itu, Bibi Linda teringat sesuatu. "Ngomong-ngomong, bagaimana kabar ibumu?"Nova tersenyum pahit. "Masih sama."Bibi Linda menghela napas dan berkata, "Semua akan baik-baik saja."Setelah mengatakan itu, dia mengerutkan kening, "Tapi ayahmu ...."Dia berkata dengan raut wajahnya yang sulit dijelaskan.Nova mengerutkan kening dan dengan cepat bertanya, "Bibi Linda, dengan siapa ayahku biasanya bergaul?"Bibi Linda meringkuk dan berkata, "Siapa lagi? Gary sering bersama dengan wanita lusuh. Gary membawanya pulang dan m
Sebelum Nova berbicara, Brian mengambil foto itu ke tangannya.Nova secara tidak sadar ingin mengambil foto itu, tapi Brian menghindarinya."Kembalikan padaku!"Brian tertawa, "Kenapa? Apa kamu menyembunyikan sesuatu?"Saat Brian berbicara, matanya tertuju pada foto itu.Nova secara khusus meminta Susy untuk memotretnya saat Brian hendak pergi.Namun, sebelum bisa memberinya foto ini, Brian sudah pergi.Ketika mereka bertemu lagi, Nova sudah menjadi orang asing baginya.Nova merasa sedikit sedih. Sekarang saat memikirkannya, dia dan Brian mungkin benar-benar ditakdirkan untuk satu sama lain.Nova mengulurkan tangan dan ingin mengambil kembali foto itu.Namun, Brian mengelak lagi.Brian mengerutkan kening sambil melihat foto itu.Foto itu menunjukkan seorang gadis kecil berdiri di ladang bunga.Gambarannya tidak jelas.Namun, masih terlihat bahwa gadis kecil di foto tersebut terlihat seperti Nova.Gadis kecil itu tersenyum sangat bahagia.Matanya berbinar.Entah kenapa, Brian merasa beg
Menjelang Tahun Baru, Bisma tiba-tiba menjadi sibuk.Tamu asing dari seluruh negeri datang berkunjung dan menerima tamu yang membuatnya begitu sibuk hingga tidak bisa keluar.Selama ini, Nova juga sibuk.Ketika Grup Northy pertama kali tiba di Kota Jimaun, Nova harus mengurus semua urusannya sendiri.Dalam beberapa hari terakhir, mereka berdua hanya bisa berbicara di telepon saat malam hari.Pada hari ini, Nova baru saja pulang kerja lalu menerima telepon.Dia mengira telepon dari pelanggan, tapi tidak mendapat telepon dari wanita asing."Nona Nova, kamu ada waktu luang? Ayo ngobrol."Nova terkejut sesaat, tapi sebelum menjawab, Nova mendengar wanita di sana tertawa."Oh, aku lupa memperkenalkan diri, aku Bibi Bisma."Nova terdiam beberapa saat dan kemudian menjawab."Ya, mau bertemu di mana?"Wanita itu mengatakan sebuah alamat dan Nova bergegas ke sana.Kedai kopi itu langsung dipesan semuanya oleh wanita ini.Begitu sampai, Nova dihentikan oleh seorang pria berjas hitam."Nona Nova,
Tak ada rasa malu di wajah wanita itu."Aku hanya ingin melihat orang seperti apa yang disukai Bisma selama bertahun-tahun.""Aku nggak menyangka bahwa Nona Nova benar-benar mengejutkan. Kalau aku nggak menyelidikinya, aku mungkin nggak tahu apa-apa. Nona Nova, saat kamu bersama Bisma, kamu juga berpelukan dengan pria lain. Apa kamu tahu siapa kamu ini? Kamu pelacur. Orang-orang sepertimu cepat atau lambat akan menjadi noda dalam kehidupan Bisma!"Setelah mengatakan itu, wanita itu mencibir lagi, "Tahukah kamu bahwa Bisma nggak pernah melakukan kesalahan apa pun di tempat kerja, tapi menunda pertemuan penting hanya karena kamu. Nona Nova? Trikmu hebat juga, kamu bisa mengikuti Brian selama tiga tahun dan membuat Bisma jatuh cinta padamu seperti ini. Kamu hebat sekali, tapi keluarga kami nggak bisa menoleransi orang kotor sepertimu!"Raut wajah Nova terlihat sangat jelek.Keluarga Andara tidak menerimanya, tapi Nova sudah menebaknya sejak dulu.Namun, Nova tidak menyangka mereka akan me
Nyonya Serina mengangkat telepon dengan marah."Michael, cepat kemari, ada yang menggangguku!"Michael mengatakan sesuatu di sana dan raut wajah Nyonya Serina tiba-tiba menjadi pucat. "Michael, aku bibimu!"Mungkin perkataan Michael tidak bagus, jadi Nyonya Serina menutup telepon dengan marah.Dia memelototi Nova dan berkata, "Tunggu saja sampai Bisma putus denganmu!"Setelah mengatakan itu, Nyonya Serina mengambil tasnya dan berjalan keluar.Nova tidak mengucapkan sepatah kata pun sejak Brian tiba.Malu dan canggung, Nova tidak bisa menjelaskan apa yang dirasakannya sekarang.Penghinaan bibi Bisma membuatnya tersadar kembali.Itu karena dia terlalu naif, terlalu kekanak-kanakan dan memikirkan segala sesuatunya terlalu sederhana."Kamu sedih?"Brian bertanya dengan sombong dari samping."Nova, bisakah kamu menerima keluarga seperti Bisma? Belum juga menikah, kamu sudah dipandang rendah oleh mereka. Setelah menikah, mungkin mereka akan mempersulitmu setiap hari. Apa kamu bisa menahannya
Brian mengatakannya dengan tulus.Namun, Nova hanya menganggap itu konyol.Bagaimana cara Brian melindunginya?Brian pernah berkata akan melindunginya.Hasilnya?"Brian, tolong berhenti menggangguku, oke?"Brian terdiam sesaat.Brian memandang Nova dengan sedih."Apa menurutmu yang terjadi kali ini akibat dari keterikatanku?"Nova memang merasa benci.Nova mengakui bahwa keluarga Bisma mungkin merupakan rintangan yang tidak bisa dia atasi.Sekalipun tidak datang hari ini, cepat atau lambat, Nova tetap harus menghadapinya.Namun, jika Brian tidak mengganggunya, Nova tidak akan dipermalukan seperti ini karena foto-foto memalukan itu.Nova menatapnya dengan mata merah. "Setidaknya foto-foto itu karena kamu!"Brian dipenuhi dengan amarah."Nova, apa kamu masih saja nggak mengerti? Kamu dan Bisma nggak akan bisa bersama hingga akhir."Nova tidak ingin mengatakan ini padanya lagi, jadi hanya menatapnya saja."Kamu pergi atau nggak? Kalau nggak pergi, aku yang akan pergi!"Setelah selesai ber
Nabila memandang Nova dengan rasa kasihan.Kenapa Nova selalu sedih karena masalah perasaan?"Apa rencanamu?"Nova tertawa dan berkata, "Dia bilang ingin aku menunggu jawabannya."Nabila mengerutkan kening. "Apa dia bisa mengatasi hal ini?"Bagaimanapun, Nova sudah merasa ini cukup.Jika keluarga biasa, mungkin bisa berhasil.Namun, kebetulan Bisma punya latar belakang keluarga seperti itu."Aku nggak tahu."Nabila mendekat untuk memeluknya."Baiklah, jangan pikirkan itu. Bagaimana kalau kita minum bir saja?"Saat mengatakan itu, Nabila mengeluarkan sebotol anggur merah. "Aku mencurinya dari lemari ayahku."Nova tersenyum dan mengangguk."Terima kasih, Nabila."Nabila memelototinya."Jangan sungkan padaku!"Nabila mendorong segelas anggur ke depan Nova, lalu mengambil gelasnya sendiri dan bersulang."Nova, jangan biarkan diri sendiri bersedih lagi."Suasana hati Nova yang awalnya tenang tiba-tiba melonjak lagi pada saat ini.Ujung hidungnya sedikit masam, tersenyum dan mengangguk setel
Bisma tidak menjawab, tapi muncul dan memegang tangan Nova."Nova, aku bisa merelakan apa saja demi kamu. Bagaimana denganmu?"Nova tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata Bisma.Sesaat kemudian, Nova tersenyum meminta maaf."Maaf, Kak, aku nggak bisa melakukannya."Raut wajah Bisma terlihat sedih. "Nova, apa kamu benar-benar nggak mau berjuang untukku?"Nova menunduk."Kak, aku bisa berjuang, tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa."Dia benar-benar tidak bisa melakukannya.Dia tidak sanggup meninggalkan kehidupan yang telah diperjuangkannya dengan susah payah.Dia tidak bisa mengabaikan Susy demi siapa pun.Tentu saja, dia juga tidak bisa melakukannya dan membiarkan Bisma menyerahkan segalanya untuknya.Bisma punya masa depan cerah dan keluarga bahagia. Bagaimana dia bisa membiarkan Bisma berkorban untuknya?Nova merasa dirinya tidak begitu menawan dan tidak ingin menjalin hubungan karena berhutang budi."Tapi kamu jelas-jelas memulai hubungan ini lebih dulu!" Bisma merasa sedih.Nov
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo