Brian mengatakannya dengan tulus.Namun, Nova hanya menganggap itu konyol.Bagaimana cara Brian melindunginya?Brian pernah berkata akan melindunginya.Hasilnya?"Brian, tolong berhenti menggangguku, oke?"Brian terdiam sesaat.Brian memandang Nova dengan sedih."Apa menurutmu yang terjadi kali ini akibat dari keterikatanku?"Nova memang merasa benci.Nova mengakui bahwa keluarga Bisma mungkin merupakan rintangan yang tidak bisa dia atasi.Sekalipun tidak datang hari ini, cepat atau lambat, Nova tetap harus menghadapinya.Namun, jika Brian tidak mengganggunya, Nova tidak akan dipermalukan seperti ini karena foto-foto memalukan itu.Nova menatapnya dengan mata merah. "Setidaknya foto-foto itu karena kamu!"Brian dipenuhi dengan amarah."Nova, apa kamu masih saja nggak mengerti? Kamu dan Bisma nggak akan bisa bersama hingga akhir."Nova tidak ingin mengatakan ini padanya lagi, jadi hanya menatapnya saja."Kamu pergi atau nggak? Kalau nggak pergi, aku yang akan pergi!"Setelah selesai ber
Nabila memandang Nova dengan rasa kasihan.Kenapa Nova selalu sedih karena masalah perasaan?"Apa rencanamu?"Nova tertawa dan berkata, "Dia bilang ingin aku menunggu jawabannya."Nabila mengerutkan kening. "Apa dia bisa mengatasi hal ini?"Bagaimanapun, Nova sudah merasa ini cukup.Jika keluarga biasa, mungkin bisa berhasil.Namun, kebetulan Bisma punya latar belakang keluarga seperti itu."Aku nggak tahu."Nabila mendekat untuk memeluknya."Baiklah, jangan pikirkan itu. Bagaimana kalau kita minum bir saja?"Saat mengatakan itu, Nabila mengeluarkan sebotol anggur merah. "Aku mencurinya dari lemari ayahku."Nova tersenyum dan mengangguk."Terima kasih, Nabila."Nabila memelototinya."Jangan sungkan padaku!"Nabila mendorong segelas anggur ke depan Nova, lalu mengambil gelasnya sendiri dan bersulang."Nova, jangan biarkan diri sendiri bersedih lagi."Suasana hati Nova yang awalnya tenang tiba-tiba melonjak lagi pada saat ini.Ujung hidungnya sedikit masam, tersenyum dan mengangguk setel
Bisma tidak menjawab, tapi muncul dan memegang tangan Nova."Nova, aku bisa merelakan apa saja demi kamu. Bagaimana denganmu?"Nova tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata Bisma.Sesaat kemudian, Nova tersenyum meminta maaf."Maaf, Kak, aku nggak bisa melakukannya."Raut wajah Bisma terlihat sedih. "Nova, apa kamu benar-benar nggak mau berjuang untukku?"Nova menunduk."Kak, aku bisa berjuang, tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa."Dia benar-benar tidak bisa melakukannya.Dia tidak sanggup meninggalkan kehidupan yang telah diperjuangkannya dengan susah payah.Dia tidak bisa mengabaikan Susy demi siapa pun.Tentu saja, dia juga tidak bisa melakukannya dan membiarkan Bisma menyerahkan segalanya untuknya.Bisma punya masa depan cerah dan keluarga bahagia. Bagaimana dia bisa membiarkan Bisma berkorban untuknya?Nova merasa dirinya tidak begitu menawan dan tidak ingin menjalin hubungan karena berhutang budi."Tapi kamu jelas-jelas memulai hubungan ini lebih dulu!" Bisma merasa sedih.Nov
Brian tetap diam dan tidak berbicara.Setelah beberapa saat, Brian hanya bisa tersenyum pahit."Nova, jelas-jelas kita sebelumnya sangat bahagia!"Nova tertawa dan berseru, "Aku nggak pernah bilang aku bahagia!""Kamu nggak bahagia?""Ya!" Nova memandang Brian dan berkata, "Brian, bersamamu adalah siksaan bagiku di setiap waktunya!"Setelah selesai berbicara, Nova melepaskan diri darinya dan berjalan menuju koridor.Nova tidak mau mengakuinya.Namun, Brian masih bisa mempengaruhinya dengan mudah.Dia baru saja putus dengan Bisma dan merasa begitu tidak nyaman, tapi beberapa kata pria ini membuatnya merasakan sakit lagi.Apa itu kebahagiaan?Kebahagiaan dikurung olehnya?Atau melihat kebahagiaan manis antara dia dan Yasmin?Brian hanya menjadikannya simpanan, jadi apa gunanya membicarakan kebahagiaan?Brian mengerutkan kening dan melihat punggung Nova yang perlahan menghilang.Setelahnya, Brian tiba-tiba tertawa.Tawa ini mengandung banyak kesedihan dan kepahitan.Brian tiba-tiba menyad
Nova menerima telepon dari Bisma."Nova, hari ini aku ada urusan, jadi aku mungkin nggak bisa menemanimu."Nova hampir lupa bahwa Bisma datang mencarinya."Nggak apa-apa, Kak, selamat Tahun Baru."Nada suara Nova mendesak. Bisma awalnya ingin mengatakan beberapa patah kata lagi, tapi Nova mematikan teleponnya.Setelah menutup telepon, Nova bergegas pergi secepat mungkin.Brian mengikuti di belakang dan ingin memarahinya.Mobilnya melaju kencang sekali, apa Nova ingin mati?Nova menghentikan mobilnya dan langsung menuju bangsal Susy.Brian melihat sosoknya yang tergesa-gesa dan tiba-tiba merasa khawatir.Apa sesuatu terjadi lagi?Brian membuka pintu dan mengikuti.Nova bergegas ke bangsal. Saat ini dokter sedang melakukan pemeriksaan."Dokter, bagaimana keadaan ibuku?"Dokter berkata dengan sangat bersemangat, "Ada tanda-tanda akan sadar. Ibumu sudah mulai merespons rangsangan eksternal. Nona Nova, coba panggil ibumu, seharusnya sekarang ibumu akan merespons."Mata Nova sedikit memerah.
Nova mendengar suara Brian di atas kepalanya."Jangan lepaskan, kali ini saja."Nova berjuang beberapa kali, tapi pada akhirnya, Nova tetap tidak bisa melepaskan diri.Nova menempelkan dahinya ke dada Brian dan tidak bisa menahan tangisnya.Brian merasa sangat sedih.Brian tiba-tiba menyadari bahwa Nova sebenarnya cukup rapuh.Mungkin sikap keras kepala Nova hanya sekadar akting.Brian menekannya dengan kuat ke dadanya dan berbicara dengan sedikit serak, "Jangan menangis, nantinya akan lebih baik lagi."Nova tidak membiarkan Brian memeluknya terlalu lama.Saat merasa sudah tenang, Nova keluar dari pelukan Brian.Brian tidak mengambil kesempatan untuk bertingkah seperti bajingan kali ini, jadi segera melepaskannya."Kamu belum makan?"Memang benar Nova belum makan, tapi sekarang dirinya tidak ingin meninggalkan Susy."Aku nggak lapar, kamu nggak perlu mengkhawatirkanku."Brian meliriknya dan berkata, "Aku akan menyuruh orang mengantarkan makanan, kita akan makan di sini."Nova terdiam b
Brian menarik Nova dan langsung memasukkannya ke dalam mobil.Melihat pintu mobil dikunci, Nova sangat marah."Apa maumu!"Brian tidak menjawab, tapi mengirimkan pesan di ponselnya.Setelah itu, Brian menyalakan mobil dan pergi.Di tengah perjalanan, ponselnya terus berdering.Ada telepon dari Keluarga Frank, tentu saja ada juga telepon dari Yasmin.Brian mengangkat ponselnya dan mematikannya.Nova tetap diam.Nova dulu sangat sensitif terhadap nada dering eksklusif Yasmin, tapi sekarang saat mendengarkannya, Nova tidak merasakan apa pun.Brian mengendarai mobilnya dan membawanya langsung menuju pegunungan di pinggiran kota.Pelipis Nova bergerak-gerak. Tepat hendak berbicara, Brian tiba-tiba menghentikan mobilnya.Brian membuka pintu dan keluar dari mobil.Nova mengerutkan kening. Brian sudah berjalan ke kursi penumpang dan membuka pintu."Turun.""Apa maumu!"Kenapa Brian membawanya ke pegunungan pada malam hari?Jika tidak tahu bahwa pria ini seharusnya tidak akan menyakitinya, Nova
Nova menggigit bibirnya dengan marah.Kali ini gigitannya sangat keras.Hampir seketika, rasa darah menyebar di antara bibir mereka.Brian seperti serigala lapar.Semakin banyak darah mengalir, semakin Brian menolak untuk melepaskannya.Sampai Brian merasa puas.Saat meninggalkan bibirnya, Brian menjilatnya secara erotis.Namun, setelah itu, tamparan langsung jatuh ke wajahnya.Nova menatap Brian di depannya dengan mata merah. "Brian, jangan paksa aku bertengkar denganmu hari ini!"Brian menyentuh wajahnya, ada emosi yang tidak diketahui di matanya."Apa Bisma pernah menciummu? Nova, apa kamu membiarkan dia menciummu?"Pasti mereka sudah berciuman, 'kan?Pria mana yang tidak ingin mencium wanita yang disukainya?Keduanya telah bersama selama dua hari sebelumnya. Meskipun Nova tidak dapat melakukan apa pun karena menstruasi, mereka pasti bisa berciuman.Memikirkan kemungkinan ini saja sudah membuat Brian sangat marah hingga menjadi gila.Oleh karena itu, meskipun dipukuli dan dimarahi h
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo