Orang-orang datang dan pergi ke klinik, Brian melihat Nova berusaha melepaskan diri darinya, Brian tidak punya pilihan selain melepaskannya dulu.Nova menahan rasa sakitnya dan berjalan keluar.Di kantor polisi, sepertinya kamu perlu masuk lagi.Namun, ponselnya masih ada di sana.Nova meninggalkan klinik dan berjalan ke kantor polisi.Brian hanya mengikutinya dengan wajah tenang.Sesampainya di depan pintu kantor polisi, Brian berkata."Nova, apa kamu benar-benar berpikir kamu bisa melanjutkan dengan Bisma? Kalau begitu kita bertaruh saja, sebentar lagi kalian akan putus."Nova tiba-tiba mengerutkan kening lalu tertawa."Entah bisa putus atau nggak, kalaupun putus, aku nggak akan bersamamu!"Setelah mengatakan itu, Nova masuk ke kantor polisi.Setelah mengambil ponselnya, hal pertama yang dia lakukan adalah menelepon Bisma.Bisma seharusnya ada di sekitar sini. Bisma datang hanya beberapa menit setelah menelepon."Kak, kok cepat sekali?"Bisma tertawa, "Aku membuat bubur kurma merah,
Brian menyipitkan matanya.Setelah beberapa saat, Brian mencibir."Ini masalahku dengan Nova, apa hubungannya denganmu?"Sepertinya keduanya akan bertarung lagi.Nova dengan cepat berdiri di antara mereka berdua.Dia menatap Brian dengan marah."Mau berapa? Empat ratus ribu nggak cukup, mau empat juta? Atau empat puluh juta?"Brian tiba-tiba menjadi emosi."Nova, apa kamu pikir aku di sini hanya karena uang? Atau menurutmu aku butuh uangmu?"Bibir Nova menegang, "Brian, aku nggak akan memblokir nomormu. Katakan padaku berapa biaya pengobatanmu nanti, aku akan mentransfer uangnya padamu."Setelah mengatakan itu, Nova berbalik dan menarik Bisma menuju mobil.Brian ingin mengikutinya, tapi sebuah mobil tiba-tiba berhenti di depannya.Michael turun dari mobil lalu memandang Nova."Kamu sakit? Cepat pulang dan istirahatlah. Serahkan ini padaku."Nova mengangguk dan berkata kepada Michael, "Terima kasih."Melihat mobil itu pergi, mata Brian menjadi gelap.Namun, untungnya, Nova sedang dalam
Namun, Nova akhirnya mengangkatnya."Ada apa?""Halo, apa kamu pacar pria ini? Dia sedang mabuk sekarang, bisakah kamu datang menjemputnya?"Nova tertegun sejenak.Setelah itu, Nova berkata, "Maaf, kamu salah orang. Aku nggak kenal dia.""Nggak mungkin! Namamu tercantum pertama di ponselnya dan dia masih memanggil namamu saat mabuk. Kamu bilang masih bilang nggak mengenalnya?"Nova mengatupkan bibirnya erat-erat. Setelah beberapa saat, Nova baru berkata, "Maaf, aku benar-benar nggak kenal dia. Kamu bisa menelepon Simon untuk menjemputnya."Setelah mengatakan itu, Nova menutup telepon.Bisma memandangnya dari samping."Brian?"Nova mengangguk dan menjawab, "Kak, tidurlah dulu."Bisma cemberut. Awalnya ingin menunggu sampai Nova selesai menelepon baru menciumnya.Sekarang sepertinya suasana hati Nova sedang tidak baik."Selamat malam Nova. Kalau kamu merasa sakit, panggil saja aku.""Ya."Di sebuah bar.Bartender itu menutup telepon dan memandang pria di sebelahnya.Brian mabuk, tapi tid
Ketika Nova bergegas ke kantor polisi, Brian sudah menunggu di sana.Brian bersandar di mobil dengan satu tangan di saku dan kain kasa di dahinya.Nova meliriknya dan membuang muka lalu segera masuk.Brian mengerutkan kening dan melirik mobilnya, lalu mengikutinya beberapa langkah."Apa Bisma akan membelikanmu mobil jelek seperti itu?"Nova mengabaikannya.Brian mengerutkan kening dan meraih pergelangan tangannya."Nova, apa kamu nggak dengar perkataanku?"Raut wajah Nova terlihat tidak sabar. "Brian, bukankah wajahmu sudah cukup sakit? Kalau kamu menyentuhku lagi tanpa izinku, aku akan memukulmu!"Brian mencibir, "Bagaimana kamu akan memukulku?"Nova menatapnya dan tiba-tiba menendang kakinya.Brian tiba-tiba mengerutkan kening karena kesakitan.Ini bukan pertama kalinya Nova menendangnya. Setiap kali, wanita ini menendangnya dengan sekuat tenaga seolah benar-benar membencinya."Nova!"Brian teriak kesakitan.Nova melakukannya lagi.Brian kesakitan, tumit sepatunya yang tajam terasa s
Brian tetap tanpa ekspresi.Entah kenapa Nova merasa Brian terlalu berlebihan.Nova mengerutkan bibir bawahnya dan membuang muka.Saat keluar dari kantor polisi, hari sudah gelap.Nova hendak pergi.Brian tiba-tiba menghentikannya.Kali ini, Brian tidak menyentuhnya lagi.Namun, raut wajah Nova tidak terlihat baik."Ada apa?"Mata Brian berbinar dan segera berkata, "Kamu bilang kalau kamu menanyakan sesuatu pada Gary. Tentang apa?"Nova mengerutkan kening dan menatapnya.Setelah hening beberapa saat, Brian akhirnya mengutarakan tebakannya.Bagaimanapun, Brian kini terlibat dalam kasus ini olehnya."Apa kamu curiga ada yang sengaja membungkam mulut Gary?"Nova mengangguk.Brian sedikit menyipitkan matanya dan berkata, "Apa ada orang yang kamu curigai?"Nova meliriknya dan tidak berkata apa-apa.Brian langsung mengerti maksud tatapannya.Hampir tanpa sadar, Brian ingin mengatakan bahwa itu tidak mungkin Yasmin.Karena selama ini, Brian sangat memperhatikan Yasmin.Namun, ketika kata-kata
Nova menatap lurus ke arah Brian di depannya,Setelah beberapa saat, Nova tiba-tiba melepaskan diri dari kekangan di kakinya, mengangkat kakinya dan memukul bagian vitalnya.Brian segera kesal.Dia meraih kaki Nova."Nova! Kamu sudah gila!"Nova mendorongnya dengan keras."Kamu gila, Brian, kamu psikopat!"Nova mengumpat dengan marah, berbalik dan masuk ke dalam mobil.Tanpa ragu-ragu, Nova menyalakan mobil dan pergi.Brian memandangi bayangan mobil yang melaju dengan cepat, rasa dingin pun muncul di matanya.Nova berani sekali melawannya!Wanita ini benar-benar ... kejam!Brian berbalik dan masuk ke mobilnya, lalu mengikutinya perlahan.Nova mengemudikan mobil sambil mengatur perasaannya.Namun, Nova semakin kesal saat memikirkannya.Meskipun dia belum memikirkan apa yang harus dilakukan dengan Bisma untuk saat ini.Namun, jika mereka bisa melanjutkan, langkah ini mungkin hanya tinggal menunggu waktu saja.Jika Brian benar-benar ....Nova segera menggosok pelipisnya.Nova menarik napa
Nova tersenyum dan mengangguk.Bibi Linda langsung tertawa dan berkata, "Kalau begitu ibumu akan sangat senang mengetahuinya."Brian mencibir, "Bibi, jangan terlalu senang dulu, mungkin mereka akan putus suatu hari nanti.""Brian!" Nova membentak Brian, lalu tertawa, "Bibi Linda, nggak perlu pedulikan dia, otaknya agak nggak normal."Raut wajah Brian menjadi suram, tapi tetap tidak mengatakan apa-apa.Bibi Linda mengerutkan kening dan memandang Brian dengan curiga.Setelah itu, Bibi Linda teringat sesuatu. "Ngomong-ngomong, bagaimana kabar ibumu?"Nova tersenyum pahit. "Masih sama."Bibi Linda menghela napas dan berkata, "Semua akan baik-baik saja."Setelah mengatakan itu, dia mengerutkan kening, "Tapi ayahmu ...."Dia berkata dengan raut wajahnya yang sulit dijelaskan.Nova mengerutkan kening dan dengan cepat bertanya, "Bibi Linda, dengan siapa ayahku biasanya bergaul?"Bibi Linda meringkuk dan berkata, "Siapa lagi? Gary sering bersama dengan wanita lusuh. Gary membawanya pulang dan m
Sebelum Nova berbicara, Brian mengambil foto itu ke tangannya.Nova secara tidak sadar ingin mengambil foto itu, tapi Brian menghindarinya."Kembalikan padaku!"Brian tertawa, "Kenapa? Apa kamu menyembunyikan sesuatu?"Saat Brian berbicara, matanya tertuju pada foto itu.Nova secara khusus meminta Susy untuk memotretnya saat Brian hendak pergi.Namun, sebelum bisa memberinya foto ini, Brian sudah pergi.Ketika mereka bertemu lagi, Nova sudah menjadi orang asing baginya.Nova merasa sedikit sedih. Sekarang saat memikirkannya, dia dan Brian mungkin benar-benar ditakdirkan untuk satu sama lain.Nova mengulurkan tangan dan ingin mengambil kembali foto itu.Namun, Brian mengelak lagi.Brian mengerutkan kening sambil melihat foto itu.Foto itu menunjukkan seorang gadis kecil berdiri di ladang bunga.Gambarannya tidak jelas.Namun, masih terlihat bahwa gadis kecil di foto tersebut terlihat seperti Nova.Gadis kecil itu tersenyum sangat bahagia.Matanya berbinar.Entah kenapa, Brian merasa beg
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo