Cindy mengangguk."Iklan Tahun Baru seharusnya sudah dipasarkan sekarang. Hanya iklan Yasmin yang belum selesai. Ada banyak yang tertunda. Dia bahkan pergi ke Kota Bers dua hari lalu. Saat pulang, aku baru saja memberitahunya untuk segera menyelesaikannya, tapi Yasmin malah memukulku."Jejak rasa bersalah muncul di hati Nova. Dia tahu bahwa mungkin dialah yang menyebabkan Cindy menderita.Kali ini dia dan Yasmin mengalami masalah yang tidak menyenangkan di Kota Bers.Yasmin tidak bisa melakukan apa pun pada Brian di depannya, jadi membalas dendam pada Cindy."Maaf."Nova mengatakan hal ini.Cindy mengerutkan bibirnya."Nggak perlu minta maaf."Nova tidak menjelaskan banyak hal, hanya bertanya, "Di mana Yasmin? Apa dia masih di perusahaan?"Cindy mengangguk. "Dia di lantai paling atas."Nova mengangguk. "Ambil es di pantri dan oleskan ke lukamu, aku akan pergi ke sana."Di lantai atas.Saat sampai di sana, Nova melihat Yasmin sedang marah pada departemen kesekretariatan."Kamu bahkan ng
Sekretaris umum menyaksikan seluruh proses Nova menuangkan kopi Yasmin.Dia mendatangi Nova dengan wajah penuh keterkejutan."Bu Nova, kenapa nggak tahan lagi?"Yang dimaksud sekretaris umum mungkin karena hal ini masih bisa ditahan.Bagaimanapun, Yasmin tidak datang setiap hari.Beberapa waktu lalu, suasana hati Yasmin sedang buruk dan selalu mempersulit mereka saat datang ke sini.Seluruh departemen kesekretariatan sabar menahannya.Namun, hari ini Nova sudah tidak tahan.Dengan masalah kopi ini, mungkin akan membuat keadaan menjadi heboh.Nova tersenyum masam. "Menurutmu apa akan baik-baik saja kalau aku nggak menumpahkan kopi itu? Lagi pula aku akan dimarahi, jadi kenapa nggak menumpahkannya saja? Setidaknya aku bisa bersenang-senang.""Tapi ...."Nova tersenyum dan berkata, "Nggak apa-apa."Sebenarnya, dia benar-benar tidak menganggap itu penting lagi.Entah nantinya Brian marah atau marah.Dia tidak peduli lagi.Bagaimanapun ... ini bukan pertama kalinya....Yasmin tiba di bawah
Brian melihat air mata di wajahnya dan akhirnya mengangguk.Yasmin menahan keluhannya, mengambil pakaian yang diserahkan oleh sekretaris umum dan pergi berganti pakaian.Kemudian, Brian bertanya, "Di mana Nova?""Pergi ke lokasi syuting."Brian mendengus. "Sepertinya dia baik-baik saja."Sekretaris umum terdiam selama dua detik lalu berkata, "Pak Brian, Nona Yasmin sebenarnya menuangkan kopi ke dirinya sendiri lebih dulu, lalu Bu Nova baru melakukannya."Mata Brian begitu gelap sehingga mustahil untuk membedakan emosinya.Sekretaris umum mengepalkan tangannya yang tergantung di sisi tubuhnya."Lalu?" Setelah beberapa saat, Brian bertanya lagi.Sekretaris umum menahan diri dan berbicara."Bu Nova nggak bisa disalahkan atas masalah ini."Brian mencibir. "Dia nggak melawan?"Sekretaris umum mengerucutkan bibir bawahnya dan berkata, "Ya, Bu Nova melawan."Brian mencibir. "Jadi apa maksudmu nggak bisa menyalahkannya?"Punggung sekretaris umum menegang.Akhirnya Brian berkata, "Ajukan surat
Brian merasa tidak enak badan setelah mendengar kata "ya" ini.Namun, Brian tidak mengatakan apa-apa, hanya mencubit wajah Nova, menundukkan kepalanya dan mencium bibirnya."Kalau menemui hal seperti ini nantinya, jangan hadapi sendiri, datang saja padaku secara langsung."Nova ingin bertanya, apa kamu mau membantuku?Namun, kalimat ini tidak pernah ditanyakan.Meski tahu hal ini tidak mungkin, tapi lebih baik tidak berharap."Oke." Nova menjawab dengan acuh tak acuh.Brian menyentuh rambutnya dan berkata, "Pergilah, jangan terlalu lelah."Setelah mengatakan itu, Brian berhenti sejenak lalu berkata lagi, "Malam ini aku nggak makan di rumah."Nova tidak mengatakan apa-apa lagi, sebenarnya dia tahu mungkin Brian akan mencari wanita kesukaannya.Mungkin Nova sekarang mati rasa, tapi tidak merasakan apa-apa lagi.Nova mengangguk dengan tenang dan meninggalkan kantor.Setelah menjelaskan kepada sekretaris umum di luar, Nova kembali bekerja.Setelah pulang kerja, Nova langsung pergi ke rumah
Nova pikir Ressy hanya perlu minta maaf.Tanpa diduga, Ressy masuk ke penjara.Dia mencibir. "Lalu kenapa? Ressy, bukankah aku sudah memperingatkanmu? Kamu akan masuk penjara karena menyebarkan rumor!""Tapi bukan aku yang mengatur semua itu!"Nova menunduk dan mencibir.Yang ada di internet memang tidak diatur oleh Ressy.Namun, Ressy juga menyakitinya."Kamu harus berbicara dengan Yasmin tentang masalah ini. Lagi pula, kamulah yang disalahkan."Wajah pucat Ressy langsung memancarkan kebencian karena mendengar nama Yasmin."Nova, ayo kita bicara."Nova melepaskannya."Maaf, aku nggak tertarik."Setelah mengatakan itu, dia menjauh dari Ressy dan berjalan ke pinggir jalan.Ressy berteriak dari belakang."Nova, aku tahu kenapa kamu keguguran!"Langkah kaki Nova tiba-tiba berhenti.Hatinya tiba-tiba menegang.Dia kembali menatap Ressy."Apa katamu?"Senyuman ganas terlihat di wajah Ressy."Aku tahu bagaimana kamu keguguran."Bibir Nova sedikit bergetar.Dia berusaha terdengar tenang."Apa
Setelah mematikan rekamannya, Nova meletakkan ponselnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Nova dengan tenang naik taksi dan kembali ke rumah.Saat masuk, Nova merasa seolah-olah seluruh kekuatan di tubuhnya telah terkuras.Dia berdiri di depan pintu untuk waktu yang lama, lalu mengeluarkan ponselnya dan mendengarkan rekaman Ressy lagi.Setelah mendengarkan, Nova merasakan sakit yang menusuk di dada yang tidak dapat diredakan.Dia tidak menyangka akan hal itu.Anaknya justru meninggal seperti ini.Ternyata semua itu ulah Yasmin!Nova mencengkeram ponselnya erat-erat. Setelah beberapa saat, Nova tiba-tiba tertawa.Meskipun sedang tertawa, ada banyak rasa sakit yang tercampur dalam tawa ini.Di ruangan gelap.Dia hanya berdiri di depan pintu dengan bingung.Seolah-olah dia mencoba yang terbaik untuk menekan amarah yang keluar dari dadanya.Hingga nada dering ponsel tiba-tiba memecah ketenangan ini.Nova menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri lalu menjawab telepon.Suara Nabila te
Namun, sekarang dia hanya bisa melihatnya seperti ini.Meskipun mengerti bahwa apa yang dikatakan Ressy adalah 80% benar, Nova merasa tidak ada yang bisa dirinya lakukan.Nova menarik napas dalam-dalam dan tertawa. "Oke."Setelah menutup telepon, Nova duduk di bar.Hujan pertama di Kota Jimaun tahun ini entah kapan turun.Nova melihat rintik hujan di luar jendela dan tidak tahu apa yang dia pikirkan dalam pikirannya.Apa Brian benar-benar tahu?Namun, masih ada suara di hatinya yang memberitahunya, bagaimana jika dia tidak tahu?Tapi bagaimana jika dia tidak tahu?Akankah Brian membantunya?Akankah dia membantunya menemukan bukti bahwa Yasmin yang membunuh anak mereka?Dia sebenarnya ingin menelepon Brian.Namun, jari-jarinya berhenti di nomor ponsel Brian dan tidak meneleponnya.Tidak ada keberanian, tidak ada kepercayaan diri.Dia tidak tahu Brian akan pulang malam ini atau tidak.Namun, Nova tetap menunggunya.Waktu berlalu detik demi detik.Hujan di luar sudah deras sekali.Setelah
Mata Brian sedikit menyipit.Setelah itu, Brian tersenyum sinis."Ressy yang bilang padamu?"Saat mengatakan ini, Brian akhirnya melepaskannya.Brian menundukkan kepalanya, menyalakan rokok, mengisapnya dan kemudian memandang Nova dengan ekspresi acuh tak acuh."Kamu percaya dengan apa yang dia katakan?"Ekspresi Brian tidak berubah, tapi seluruh tubuhnya sepertinya terbungkus lapisan dingin yang terlalu tebal untuk dihilangkan.Jelas sekali, kata-kata Nova membuatnya tidak bahagia.Bibir Nova menegang.Tentu saja, dia tidak memercayai semua yang dikatakan Ressy.Namun, karena dia sudah tahu tentang masalah ini, dirinya tidak akan pernah membiarkannya begitu saja."Biarpun ternyata itu hanya jebakan, aku akan mengakuinya!"Nova menatap lurus ke arah Brian, tidak menunjukkan niat untuk mundur.Raut wajah Brian menjadi suram. Setelah beberapa saat, Brian berkata lagi, "Nova, apa kamu harus membuat keributan seperti itu?"Nova memandang pria yang berdiri di depannya, air mata jatuh tak te
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo