"P—Papa?!" Celia terbeliak ketika melihat sosok Tuan Arnold Richero berdiri di depan pintu unit apartemennya bersama Joel Falcon dan Carlos Peron. "Kamu kumpul kebo dengan pria sembarangan yang kau temui di New York 'kah, Celia?!" tuduh papanya yang sontak membuat wanita muda itu kehilangan kata-kata. Kini dia paham siasat Morgan dengan berpakaian resmi di kamar mandinya."Tidak, Pa. Apa maksud Papa mengunjungiku secara mendadak begini?" balas Celia yang gelisah. Dia melirik ke arah Joel Falcon di sisi papanya.Joel hanya menyeringai lebar seolah-olah dia puas melihat ketidak berdayaan Celia di hadapan sang papa. Kemudian dia menoleh ke arah kamar mandi di unit apartemen tersebut lalu perlahan-lahan berjalan untuk memeriksanya.Sepasang mata ungu itu menatap penuh ketakutan dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tak ada jendela di kamar mandi dan Morgan tidak mungkin bisa melarikan diri dari situasi rumit yang menimpa mereka pagi ini."Ceklek!" Pintu kamar mandi justru terbuka dar
"Sir, barang-barang Celia biar saya bereskan!" ujar Carlos Peron yang masih menemani majikannya di apartemen sewaan tersebut."Ya, bereskan barang-barang Celia. Akan kubawakan untuknya nanti!" jawab Tuan Arnold Richero."Silakan duduk saja dulu, Sir. Mungkin ini butuh waktu sejenak untuk mengemasi barang nona muda ke koper!" balas Carlos lalu mulai memunguti benda-benda milik Celia ke dalam koper.Morgan teringat bahwa Celia meninggalkan handphone miliknya juga. Maka dia pun berkata kepada Carlos, "Biar saya bantu kamu supaya tak ada barang yang tercecer di sini. Kalau memang sudah tidak ditempati, lebih baik kuncinya dikembalikan ke pengelola gedung saja agar biaya sewanya tidak berjalan terus."Maka Carlos pun mengangguk serta membiarkan Morgan membantunya. Dia telah mendengar perbincangan sengit dari semua pihak tadi saat bertengkar. Carlos menilai Morgan memang tulus mencintai Celia. Mereka berdu
"Celia, setelah proses pemulihanmu selesai, kau ikutlah pulang ke mansion milik Joel di Brooklyn!" ujar Tuan Arnold yang duduk di samping bed pasien ruang perawatan VIP.Helaan napas itu menyiratkan rasa lelah, Celia enggan menanggapi permintaan papanya. Tinggal seatap dengan Joel Falcon sama halnya memasukkannya bulat-bulat ke kandang singa lapar."Ayolah ... dia pria yang baik dan sopan. Papa berani jamin, Joel tak akan menyentuhmu sebelum malam pengantin nanti!" bujuk Tuan Arnold lagi agar Celia menuruti keinginannya.Namun, tetap saja bagi Celia menyeramkan. "Pa, bisakah aku tinggal di hotel saja? Kalau Joel takut aku kabur sebelum acara, suruh saja dia menempatkan para bodyguard di depan pintu kamar hotel!""Tapi, di mansion Joel ada banyak pelayan yang siap melayanimu 24 jam, Celia Sayang!" debat Tuan Arnold."Aku bukan orang lumpuh yang butuh dilayani 24 jam, P
"Celia, nanti malam aku akan menghadiri bachelor party yang diadakan Michael untukku. Kau beristirahatlah yang cukup agar tampil segar di pesta pernikahan kita besok siang!" pesan Joel saat makan siang bersama di meja."Okay. Pergilah nanti malam, tak perlu kau cemaskan aku!" jawab Celia sembari menikmati masakan koki mansion yang lezat.Setiap makanan yang dicicipi Celia seakan-akan mengingatkannya kepada Chef Morgan Bradburry. 'Pantas saja dia jadi executive chef yang diundang memasak untuk orang-orang penting. Cita rasa masakan buatan Morgan sungguh sulit ditandingi. Jujur aku kangen dia memasak lagi untukku!' batin Celia setengah melamun yang membuat Joel berdehem tak nyaman."Ehm ... Darling, berhenti memikirkan pria tak penting itu. Dia hanya seorang tukang masak biasa, masa depanmu tak akan terjamin bila sekadar berpacaran dan jadi teman tidurnya!" sindir Joel terang-terangan."BRAKK!" "Apa hakmu menghina Morgan? Toh bisnismu itu tidak kau usahakan sendiri, keluarga Falcon men
"TOK TOK TOK." Ketokan jamak di pintu kamar Celia membuat kepala wanita itu tertoleh."Nona Muda, Anda sudah ditunggu oleh rombongan untuk berangkat ke pelabuhan!" seru Beatrice dari luar pintu.Celia tahu dia sudah tak mungkin kabur lagi selain dengan cara yang diusulkan Morgan. Selama persiapan sebelum acara, dia harus patuh untuk dirias dan mengenakan gaun pengantin. Jangan sampai ada yang curiga dengan rencana kaburnya kali ini."Okay, Beatrice. Aku akan turun sekarang!" sahut Celia tenang. Dia hanya membawa tas selempang berisi ponsel, dompet, dan paspor. Barang-barang lainnya ada di koper yang akan dibawakan turun oleh pelayan mansion.Sesampainya di lantai bawah, Celia celingukan mencari sosok calon mempelai prianya. "Di mana Joel?" ucapnya spontan."Tuan besar masih tidur, Nona Celia. Beliau baru kembali ke mari sekitar pukul 04.00 tadi dalam kondisi mabuk berat dia
"Hey, bangun kau, Pemalas!" Michael Falcon menepuk-nepuk pipi adiknya yang bersemak subur. "Ckk ... kurang ajar! Siapa yang berani membangunkanku seperti ini?!" geram Joel yang masih dikuasai rasa kantuk akibat begadang dan berpesta miras ditemani wanita-wanita penghibur.Michael terkekeh mendengar serentetan makian Joel meluncur cepat. "Makanya jangan tidur kelamaan kau, pengantinmu keburu kabur, Joel!" tukas kakak pria bertubuh besar itu."Ouch ... shit, ini semua gara-gara bachelor party yang kau adakan semalam, Mike!" Joel memegangi kepalanya yang sakit serasa dipukul martil."Alaa ... banyak bacot saja kau, Joel. Lima wanita pun kau gilir semalaman di atas kursi. Masih berani protes, hahh?!" Michael tertawa renyah seraya menyingkir dari ranjang adiknya.Joel menyugar rambutnya yang lepek karena keringat dan belum keramas. Dia bergegas bangkit untuk mandi karena teringat bidadari bermata ungu yang akan dia nikahi di atas kapal pesiar siang ini. "Aku ingin menemui Celia sebelum a
Celia mencabuti penjepit di rambutnya yang tersanggul rapi dengan asal-asalan. Setidaknya dia bisa memakai wig rambut ala pria seleher warna sehitam bulu gagak yang dibawakan Morgan tadi."Ohh Gosh, hancur sudah mahakarya make up artist tadi! Pokoknya aku harus kabur dari pernikahan gila ini!" ujar Celia. Dia menghapus riasan wajah yang cantik paripurna itu dengan cairan make up remover lalu memasang kumis tebal di atas bibir merah mudanya.Celia keluar dari kamar mandi dengan berpakaian ala waiter kapal pesiar. Kemeja lengan panjang putih longgar dan celana panjang hitam. "Ayo kita pergi sekarang, Morgan!" ajaknya lalu bergegas keluar dari kabin diikuti chef tampan itu.Rombongan pengawal Morgan berpencar mendahului mereka menuju tangga manual lantai di bawahnya. Mereka sengaja tidak menggunakan lift yang kemungkinan terpergok anak buah Joel lebih besar. Celia membawa nampan berisi sepiring makanan seolah-olah dia mengantar pesanan tamu di kabin. Sedangkan, Morgan membawa lap kanebo
"Mister Arnold, aku penasaran apa penyebab Celia seperti ketakutan untuk berkomitmen? Selama aku bergaul dengan lawan jenis, hampir semua wanita lajang menginginkan pernikahan megah dan calon suami yang mapan serta memuja mereka. Aku jatuh cinta kepada putri Anda, tetapi hatinya seperti terbuat dari batu!" cecar Joel Falcon dengan mulut yang terasa getir.Ketika ditanyai mengenai gangguan psikologis yang dialami Celia, papanya tercenung sulit menjawab. Tuan Arnold justru bertambah pusing dengan bibir mengering. Dia pun terhuyung-huyung dan disangga oleh Carlos Peron yang selalu mendampinginya. "Apa Anda baik-baik saja, Sir?" tanya Carlos cemas."Aku ingin duduk saja, Carlos. Ini hari yang berat dan memalukan dalam kehidupanku!" jawab Tuan Arnold yang terdengar begitu lelah.Joel masih saja mengejar dan menanyakan tentang Celia kepada papanya, dia masih belum bisa menerima kegagalan pernikahannya sehingga Tuan Arnold merasa jatuh kasihan terhadap pria konglomerat asal New York itu.Na
'Mister Carlos, target sudah mulai melancarkan aksinya. Dua pengawal berhasil dia hasut untuk meninggalkan pos jaga!' ketik Fabio Hernandes di layar ponselnya.Di dalam mobil yang melaju, Carlos membalas pesan anak buahnya, 'Berpura-puralah kalian semua sibuk ke toilet dan tempat lainnya atau tertidur saat berjaga. Setelah penjahat itu beraksi kejutkan dia lalu ringkus. Pastikan barang bukti berupa video agar kuat diserahkan ke pihak kepolisian. Aku sebentar lagi sampai di rumah sakit.'Fabio mengirim pesan ke rekan-rekan pengawal satu regu dengannya. Dia menjelaskan adanya pembunuh bayaran yang menyusup ke skuad pengawal pagi ini dan memberi instruksi sesuai saran Carlos. Selepas kepergian Timothy dan Leonard dari lorong poli ICU depan kamar Tuan Arnold Richero, para pengawal lainnya meminta izin untuk ke toilet dan kantin rumah sakit. Hanya Fabio Hernandes dan Aaron MacKay yang duduk sambil bersedekap mengantuk di bangku tunggu.Hugo Clarke menyeringai puas dengan kesempatan emas y
Setelah pengacara Oliver Darwin berhasil melepaskan kliennya dan Emilia Pilscher dari sel tahanan sementara dengan uang jaminan. Mereka berpisah di depan pintu keluar kantor polisi Kansas City. "Oliver, kuharap istrimu tak akan menganggap peristiwa hari sebagai sesuatu yang serius!" ucap Emilia seraya mengecup pipi notaris tampan itu. "Hmm ..., tak perlu kau pikirkan. Pulang dan beristirahatlah, ini sudah malam!" sahut Oliver dengan senyum tipis lalu dia masuk ke mobil pengacaranya. Sedangkan, Emilia naik taksi ke kediaman Richero.Langit telah menjadi gelap ketika dia sampai di tujuan, Emilia memasuki rumah megah yang menjadi tempat tinggalnya selama 28 tahun terakhir ini. Hubungannya dengan Arnold Richero dan kedua putri beda ibu itu telah melewati banyak cerita. "Madam, Anda sudah pulang!" sapa Hilda dengan sopan sekalipun dia melihat berita Emilia digelandang polisi dari sebuah hotel bersama pasangan selingkuhnya siang jelang sore tadi."Iya, Hilda. Tolong suruh pelayan mengiri
"Aku ada di kamar 8008, Oliver. Apa kau sudah sampai di hotel?" Emilia berganti pakaian dengan bathrobe yang disediakan untuk tamu hotel sambil menelepon.Notaris hidung belang itu menyeberangi lantai lobi hotel yang luas sembari menempelkan ponsel di telinganya. Kaca mata hitam dikenakan oleh Oliver Darwin agar tak ada yang mengenali dia dan menjadi penasaran dengan urusannya."Yes, aku akan naik lift ke lantai delapan. Tunggu aku membunyikan bel, Madam Sayang!" jawab Oliver dengan seringai lebar di wajahnya.Tak lama kemudian bel kamar 8008 berdenting, "TING TONG!" Segera Emilia berlari-lari kecil tanpa alas kaki untuk membukakan pintu. Dia tak hanya butuh bantuan Oliver, tetapi dia juga suka aksi pria perkasa itu di balik pintu kamar hotel yang tertutup.Ketika pintu terayun membuka, Oliver segera menyergap tubuh Emilia seperti layaknya pasangan gelap yang bertemu melepas rindu. Dia menendang pintu hingga menutup rapat kembali dan menciumi bibir, leher, dan dada wanita itu dengan g
"Halo, aku mengerti. Ikuti mereka dulu, Louis. Aku akan meminta beberapa pihak melakukan penggerebekan di hotel!" ujar Carlos Peron. Dia berjalan menuju ke poli ICU karena Tuan Arnold Richero telah dipindahkan dari ruang operasi."Baik, Sir. Akan saya pantau terus Emilia!" jawab Louis. Dia mengendarai sepeda motor pria lalu mengikuti taksi yang membawa Emilia Pilscher menuju ke Hotel Balmont Royal Kansas.Sementara itu Esmeralda yang tadi diusir dari rumah sakit ingin mengadu kepada Austin di kantor suaminya tersebut. Dia berharap pria yang dicintainya akan menghibur kekesalannya. Akan tetapi, Esmeralda justru harus menelan pil pahit siang itu.Langkah ringannya terhenti beberapa meter dari pintu ruang presdir Ultima Exim Technology Company. Logo huruf besar UE itu terukir di kayu Ek berpelitur cokelat tua. Pintu berat tersebut tak sepenuhnya menutup rapat."Aahh ... Austin!" Desahan diikuti su
"Mama, syukurlah Tuan Davidson bisa membebaskan Mama dengan jaminan!" seru Esmeralda menyambut kebebasan Emilia dari sel tahanan sementara.Kasus itu mudah saja ditangani pengacara kawakan sekelas Arthur Davidson karena memang tak ada korban jiwa maupun kerugian secara materi. Pengacara itu langsung berpamitan ke dua wanita tersebut setelah pekerjaannya selesai di kantor polisi.Emilia merasa di atas angin, dia berhasil meracuni pikiran Esmeralda dengan mengadu domba dua bersaudari beda ibu itu. Di dalam mobil yang dikemudikan sopir, Emilia berkata ke Esme, "Papamu sedang menjalani operasi cangkok ginjal saat ini. Celia itu malah sengaja berbuat ulah agar kita terlihat buruk di mata Arnold!" "Huhh, awas saja kalau aku bertemu dengan Celia. Akan kuhajar tanpa ampun dia. Anak haram dari pelakor yang mencelakakan mama kandungku itu tak boleh hidup bahagia!" geram Esmeralda penuh kedengkian. Hatinya telah teracuni semua cerita bohong karangan Emilia sedari kecil."Kita lihat saja nanti,
"TING!" Pintu lift terbuka di lantai tiga di mana ruang operasi berada. Celia melangkah keluar dari lift bersama Carlos Peron. Mereka berbincang ringan mengenai rencana mengadakan pesta penyambutan kepulangan Tuan Arnold Richero pasca operasi. Memang masih lama karena kata Dokter Jarvis untuk monitoring akurat kondisi pemulihan ginjal pasien butuh sekitar sebulan. Beliau menginginkan risiko minimal setelah transplantasi ginjal, terkadang ada efek samping yang tak terduga jikalau pasien tidak mendapat perawatan intensif tim medis di rumah sakit."Aku senang sudah tak ada lagi pernikahan yang dipaksakan kepadaku. Jujur, Uncle Carlos ... aku agak phobia dengan laki-laki. Terutama setelah bertemu yang semacam Joel Falcon dan Davidoff Van Siege, mereka diktator pemaksa!" ujar Celia di lorong menuju bangku tunggu depan ruang operasi."Celia, menikah itu saling melengkapi dengan pasangan yang kita cintai. Dengarkan kata hatimu saja. Tak ada gunanya ketakutan terhadap pernikahan. Uncle tida
"Hey, bangun ... bangun kau, Putri Tidur!" Emilia menepuk-nepuk kasar wajah Celia yang telah dirias cantik."Tante Emmy, jangan terlalu kasar membangunkan Celia. Kasihan dia kesakitan!" sergah Joaqin. Dia memang tak pernah memukul perempuan.Emilia bukannya mendengarkan keponakannya justru semakin keras mencubit lengan Celia. "Jangan tidur terus, Celia. Ckk ... dasar nona muda pemalas!" hardiknya galak."Ukh ... sakit! Hentikan Maa ... ada apa ini? Di mana kita? Kenapa aku memakai gaun pengantin? Serentetan pertanyaan meluncur dari bibir Celia yang dipoles lipstick merah muda glossy."Akhirnya, sadar juga kau, Celia. Pagi ini, aku ingin kau menikah dengan Joaqin. Jangan membantah maupun ingin kabur. Aku tidak segan-segan menyakitimu!" ancam Emilia masih di ruang rias.Kedua wanita perias pengantin itu mengerutkan kening tak senang melihat perlakuan Emilia ke putrinya. Merek
"Klik!" Suara pengunci yang tergeser terdengar pelan dan akhirnya pintu kamar tidur Celia pun terbuka. "Cepat ... gendong dia, Joaqin!" desis Emilia tak bisa bersabar lagi kepada keponakannya yang otaknya lama loading. "Ohh, okay. Langsung di bawa turun ya, Tante Emmy?" tanya Joaqin lagi yang membuat tatapan mata Emilia tajam bak sebilah pedang."Iyaa!!" jawab wanita berhati iblis itu, dongkol.Segera Joaqin mengangkat tubuh ringan Celia ke dadanya lalu membawanya keluar kamar dan menuruni tangga ke lantai bawah. Namun, mereka memang sudah terlambat beraksi sekalipun masih agak gelap."Ada apa dengan nona muda, Joaqin?" tanya Hilda yang baru saja keluar dari kamar tidurnya di kediaman Richero. Karena Joaqin tak dapat menjawab pertanyaan Hilda, maka sang tante segera turun tangan. Emilia pun beralasan, "Kami akan membawanya ke rumah sakit ... ehh ... jadi Celia terserang demam tinggi. Maaf, kami terburu-buru!" Dia segera mendorong punggung Joaqin menuju ke garasi samping rumah dan m
"Uncle Carlos, aku ingin tahu ada kisah apa di balik kebencian Esme kepadaku sedari kecil?!" tuntut Celia dengan mata berkaca-kaca. Dia bagaikan gajah bertarung dengan gajah, pelanduk mati di tengah dalam situasi ini. Justru dia yang tak bersalah terkait sengketa besar keluarga Richero yang jadi korbannya. Asisten kepercayaan Arnold Richero itu menghela napas sembari menyugar rambutnya lalu menatap iba kepada Celia. Dia pun berkata, "Celia Dear, bisakah kamu menahan sejenak rasa ingin tahu itu sampai papamu sembuh pasca operasi?""Ayolah, Uncle ... tak ada seorang pun yang tahu mengenai kisah masa lalu mama kandungku selain papa, Uncle Carlos, dan Esme, bukan? Mereka enggan memberi tahuku!" desak Celia memegangi lengan Carlos seperti anak kecil."Aku perlu bertanya terlebih dahulu kepadamu, seandainya pun kamu tahu ... apakah bisa merubah keadaan? Semua itu telah berlalu 25 tahun lampau!" kelit Carlos. Kebenaran yang terkuak akan menyeret Celia dalam pusaran konflik besar lainnya, sa