"TOK TOK TOK." Ketokan jamak di pintu kamar Celia membuat kepala wanita itu tertoleh.
"Nona Muda, Anda sudah ditunggu oleh rombongan untuk berangkat ke pelabuhan!" seru Beatrice dari luar pintu.
Celia tahu dia sudah tak mungkin kabur lagi selain dengan cara yang diusulkan Morgan. Selama persiapan sebelum acara, dia harus patuh untuk dirias dan mengenakan gaun pengantin. Jangan sampai ada yang curiga dengan rencana kaburnya kali ini.
"Okay, Beatrice. Aku akan turun sekarang!" sahut Celia tenang. Dia hanya membawa tas selempang berisi ponsel, dompet, dan paspor. Barang-barang lainnya ada di koper yang akan dibawakan turun oleh pelayan mansion.
Sesampainya di lantai bawah, Celia celingukan mencari sosok calon mempelai prianya. "Di mana Joel?" ucapnya spontan.
"Tuan besar masih tidur, Nona Celia. Beliau baru kembali ke mari sekitar pukul 04.00 tadi dalam kondisi mabuk berat dia
"Hey, bangun kau, Pemalas!" Michael Falcon menepuk-nepuk pipi adiknya yang bersemak subur. "Ckk ... kurang ajar! Siapa yang berani membangunkanku seperti ini?!" geram Joel yang masih dikuasai rasa kantuk akibat begadang dan berpesta miras ditemani wanita-wanita penghibur.Michael terkekeh mendengar serentetan makian Joel meluncur cepat. "Makanya jangan tidur kelamaan kau, pengantinmu keburu kabur, Joel!" tukas kakak pria bertubuh besar itu."Ouch ... shit, ini semua gara-gara bachelor party yang kau adakan semalam, Mike!" Joel memegangi kepalanya yang sakit serasa dipukul martil."Alaa ... banyak bacot saja kau, Joel. Lima wanita pun kau gilir semalaman di atas kursi. Masih berani protes, hahh?!" Michael tertawa renyah seraya menyingkir dari ranjang adiknya.Joel menyugar rambutnya yang lepek karena keringat dan belum keramas. Dia bergegas bangkit untuk mandi karena teringat bidadari bermata ungu yang akan dia nikahi di atas kapal pesiar siang ini. "Aku ingin menemui Celia sebelum a
Celia mencabuti penjepit di rambutnya yang tersanggul rapi dengan asal-asalan. Setidaknya dia bisa memakai wig rambut ala pria seleher warna sehitam bulu gagak yang dibawakan Morgan tadi."Ohh Gosh, hancur sudah mahakarya make up artist tadi! Pokoknya aku harus kabur dari pernikahan gila ini!" ujar Celia. Dia menghapus riasan wajah yang cantik paripurna itu dengan cairan make up remover lalu memasang kumis tebal di atas bibir merah mudanya.Celia keluar dari kamar mandi dengan berpakaian ala waiter kapal pesiar. Kemeja lengan panjang putih longgar dan celana panjang hitam. "Ayo kita pergi sekarang, Morgan!" ajaknya lalu bergegas keluar dari kabin diikuti chef tampan itu.Rombongan pengawal Morgan berpencar mendahului mereka menuju tangga manual lantai di bawahnya. Mereka sengaja tidak menggunakan lift yang kemungkinan terpergok anak buah Joel lebih besar. Celia membawa nampan berisi sepiring makanan seolah-olah dia mengantar pesanan tamu di kabin. Sedangkan, Morgan membawa lap kanebo
"Mister Arnold, aku penasaran apa penyebab Celia seperti ketakutan untuk berkomitmen? Selama aku bergaul dengan lawan jenis, hampir semua wanita lajang menginginkan pernikahan megah dan calon suami yang mapan serta memuja mereka. Aku jatuh cinta kepada putri Anda, tetapi hatinya seperti terbuat dari batu!" cecar Joel Falcon dengan mulut yang terasa getir.Ketika ditanyai mengenai gangguan psikologis yang dialami Celia, papanya tercenung sulit menjawab. Tuan Arnold justru bertambah pusing dengan bibir mengering. Dia pun terhuyung-huyung dan disangga oleh Carlos Peron yang selalu mendampinginya. "Apa Anda baik-baik saja, Sir?" tanya Carlos cemas."Aku ingin duduk saja, Carlos. Ini hari yang berat dan memalukan dalam kehidupanku!" jawab Tuan Arnold yang terdengar begitu lelah.Joel masih saja mengejar dan menanyakan tentang Celia kepada papanya, dia masih belum bisa menerima kegagalan pernikahannya sehingga Tuan Arnold merasa jatuh kasihan terhadap pria konglomerat asal New York itu.Na
Morgan dan Celia menunggu pesawat masing-masing di Bandara John F. Kennedy. Seperti hari-hari biasanya bandar udara internasional di New York itu ramai pengunjung. Mereka duduk bersebelahan sembari mengobrol. "Apa kau tidak takut bepergian jauh sendirian, Baby Girl?" tanya Morgan yang jelas-jelas mencemaskan wanita kesayangannya. Namun, dia menggelengkan kepalanya yakin. "Jauh lebih mengerikan bila aku salah pilih suami. Saat ini aku bepergian ke benua Eropa sendiri untuk bersenang-senang tanpa harus menanyakan apa boleh atau tidak ke pasanganku. Seandainya suamiku otoriter dan suka mengekang pasti aku akan menderita!" jawab Celia."Aku bisa memberi pasanganku kebebasan asalkan dia dapat bertanggung jawab!" jawab Morgan agar Celia tahu bahwa tak semua pria sama."Kau pria baik, Morgan. Hanya saja—aku masih ingin sendiri. Ohh ... pesawatku sudah siap di landasan, waktunya boarding. Good bye, Chef. Sampai jumpa setahun lagi, kalau kau masih single tentunya!" Celia melambaikan tangan k
"Mister Arnold, hasil cek laboratorium darah menunjukkan bahwa fungsi ginjal Anda mengalami penurunan drastis. Saya menyarankan mulai dilakukan pencucian darah saja karena obat-obatan sudah tidak efektif lagi!" tutur Dokter Jarvis di ruang praktiknya."Baiklah. Saya tidak mungkin menolak saran Dokter Jarvis karena Anda yang lebih paham dunia medis. Apa harapan hidup saya semakin kecil, Dok? Darah saya tidak bisa lagi disaring dengan sempurna oleh ginjal tua ini," sahut Tuan Arnold yang nampak pasrah.Dokter Jarvis membetulkan letak kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya. "Tergantung—pola diet dan asupan air sangat berpengaruh selain itu juga tingkat stres jadi kunci di sini. Apa Anda mengalami beban pikiran yang berat, Sir? Ginjal Anda merespon dengan buruk berdasarkan hasil pemeriksaan darah ini," jawabnya."Iya, sayangnya ada beberapa hal yang menjadi kekuatiran saya belakangan ini. Mungkin sudah waktunya untuk membiarkan Tuhan mengatur sesuai takdir yang seharusnya!" Tuan A
(Kilas balik masa lalu ketika cinta bersegi-segi bersemi di hati satu pria dan tiga wanita)"Pergi kalian! Jangan ganggu aku atau kupukul dengan kayu ini!" teriak seorang gadis remaja yang dikerumuni tiga orang pemuda yang berusia lebih dewasa dibanding dirinya.Halaman rumah tua yang tak berpenghuni itu memang sepi sekalipun terletak di tepi jalan perkampungan. Cassandra Higgins yang baru saja pulang dari sekolah dicegat oleh tiga pemuda yang bukan berasal dari pemukiman tempat tinggalnya.Sebuah mobil Bentley hitam melintas di jalan tersebut dan membawa tuan muda Arnold Richero di dalamnya. Dia melihat sekilas kejadian tersebut dan berkata kepada sopirnya, "Don, hentikan mobilnya. Ada gadis yang diganggu beberapa pemuda di depan rumah tua kosong itu!""Baik, Tuan Muda!" sahut Donovan Rigs, sopir keluarga Richero menepikan mobil lalu mematikan mesin. Mau tidak mau dia juga harus ikut turun karena kuatir tuan mudanya yang berniat menolong seorang gadis malah berakhir babak belur dipuk
"Cassandra Higgins, tolong menghadap ke kantor saya sekarang!" panggil manager personalia cabang perusahaan Richero di Wichita.Sedikit terkejut karena manager personalia hanya menangani tentang penempatan pegawai. Cassandra merasakan jantungnya berdetak lebih kencang. 'Apa aku akan dipecat atau dimutasi? Oh Tuhan, kuharap ini bukan hari terakhir aku bekerja di perusahaan!' batin Cassandra gundah."TOK TOK TOK.""Permisi, Mister Covey!" ucap Cassandra di depan pintu kantor manager personalia."Iya, silakan duduk dulu, Nona Cassandra Higgins. Jadi tujuan Anda dipanggil ke kantor saya adalah untuk mutasi pekerjaan. Mulai lusa, Anda akan mengisi posisi sekretaris di cabang pusat di Kansas City, Missouri!" terang Alex Covey. Dia hanya menjalankan perintah dari atasan."Ehm ... boleh saya tahu alasan mutasi pegawai ini, Sir?" tanya Cassandra yang agak heran karena artinya dia akan mendapat promosi yang sangat besar. Alex Covey pun mendesah seraya menggaruk-garuk kepalanya. "Cassandra, itu
"Sayang, kamu tidak perlu masuk kerja sampai Celia disapih. Aku bisa menyuruh manager personalia mencarikan sekretaris pengganti untuk sementara waktu!" ujar Arnold saat berpamitan kepada Cassie di apartemen tempat tinggal mereka.Wanita yang masih dalam masa menyusui usai melahirkan seminggu lalu itu memberikan peluk cium ke Arnold. Dia berkata, "Iya, aku mengerti. Fokuslah dengan pekerjaanmu di kantor, Papa Celia. Sampai jumpa nanti sore ya. Sekarang berangkatlah karena hari semakin siang!"Arnold selalu merasa berat hati bila harus berjauhan dengan Cassie, dia mencintai wanita itu melebihi apa pun di dunia ini. Dalam benaknya, dia lelah mendua hati. "Bye, Cassie!" ucapnya dengan seutas senyuman di bibir lalu melenggang menuju ke lift untuk turun.Ketika Arnold sampai di kantornya, istri sahnya telah duduk menunggunya di sofa. Dia agak terkejut karena tak biasanya Viona datang mengunjunginya ke tempat kerja. "Hai, Vio.
"Suster, tolong panggil asisten pribadiku, Carlos Peron kalau dia ada di luar ruangan ini!" ujar Tuan Arnold Richero di pembaringannya.Karena sudah lewat tiga hari pasca operasi transplantasi ginjal, maka perawat mengizinkan pasien menerima tamu sekali pun tetap harus dengan pakaian steril standar dari rumah sakit. "Baik, Sir. Akan saya panggilkan, mohon ditunggu!" jawab Suster Calista Brown lalu keluar dari ruang ICU.Sekitar lima belas menit kemudian, Carlos Peron masuk menemui big bossnya. Kondisi Tuan Arnold memang sudah pulih meskipun masih pucat wajahnya. "Bagaimana kabar Anda, Sir?" tanya Carlos singkat. Dia memiliki banyak stok kabar buruk yang terjadi dari berbagai kejadian selama majikannya itu dioperasi dan memulihkan diri pasca operasi."Lumayan, Carlos. Aku ingin mendengar apa saja yang terjadi selama aku tidak sadarkan diri kemarin!" ujar Tuan Arnold. Dia yakin bahwa segalanya tidak sedang baik-baik saja melihat bahasa tubuh asisten kepercayaannya itu.Carlos menghela
'Mister Carlos, target sudah mulai melancarkan aksinya. Dua pengawal berhasil dia hasut untuk meninggalkan pos jaga!' ketik Fabio Hernandes di layar ponselnya.Di dalam mobil yang melaju, Carlos membalas pesan anak buahnya, 'Berpura-puralah kalian semua sibuk ke toilet dan tempat lainnya atau tertidur saat berjaga. Setelah penjahat itu beraksi kejutkan dia lalu ringkus. Pastikan barang bukti berupa video agar kuat diserahkan ke pihak kepolisian. Aku sebentar lagi sampai di rumah sakit.'Fabio mengirim pesan ke rekan-rekan pengawal satu regu dengannya. Dia menjelaskan adanya pembunuh bayaran yang menyusup ke skuad pengawal pagi ini dan memberi instruksi sesuai saran Carlos. Selepas kepergian Timothy dan Leonard dari lorong poli ICU depan kamar Tuan Arnold Richero, para pengawal lainnya meminta izin untuk ke toilet dan kantin rumah sakit. Hanya Fabio Hernandes dan Aaron MacKay yang duduk sambil bersedekap mengantuk di bangku tunggu.Hugo Clarke menyeringai puas dengan kesempatan emas y
Setelah pengacara Oliver Darwin berhasil melepaskan kliennya dan Emilia Pilscher dari sel tahanan sementara dengan uang jaminan. Mereka berpisah di depan pintu keluar kantor polisi Kansas City. "Oliver, kuharap istrimu tak akan menganggap peristiwa hari sebagai sesuatu yang serius!" ucap Emilia seraya mengecup pipi notaris tampan itu. "Hmm ..., tak perlu kau pikirkan. Pulang dan beristirahatlah, ini sudah malam!" sahut Oliver dengan senyum tipis lalu dia masuk ke mobil pengacaranya. Sedangkan, Emilia naik taksi ke kediaman Richero.Langit telah menjadi gelap ketika dia sampai di tujuan, Emilia memasuki rumah megah yang menjadi tempat tinggalnya selama 28 tahun terakhir ini. Hubungannya dengan Arnold Richero dan kedua putri beda ibu itu telah melewati banyak cerita. "Madam, Anda sudah pulang!" sapa Hilda dengan sopan sekalipun dia melihat berita Emilia digelandang polisi dari sebuah hotel bersama pasangan selingkuhnya siang jelang sore tadi."Iya, Hilda. Tolong suruh pelayan mengiri
"Aku ada di kamar 8008, Oliver. Apa kau sudah sampai di hotel?" Emilia berganti pakaian dengan bathrobe yang disediakan untuk tamu hotel sambil menelepon.Notaris hidung belang itu menyeberangi lantai lobi hotel yang luas sembari menempelkan ponsel di telinganya. Kaca mata hitam dikenakan oleh Oliver Darwin agar tak ada yang mengenali dia dan menjadi penasaran dengan urusannya."Yes, aku akan naik lift ke lantai delapan. Tunggu aku membunyikan bel, Madam Sayang!" jawab Oliver dengan seringai lebar di wajahnya.Tak lama kemudian bel kamar 8008 berdenting, "TING TONG!" Segera Emilia berlari-lari kecil tanpa alas kaki untuk membukakan pintu. Dia tak hanya butuh bantuan Oliver, tetapi dia juga suka aksi pria perkasa itu di balik pintu kamar hotel yang tertutup.Ketika pintu terayun membuka, Oliver segera menyergap tubuh Emilia seperti layaknya pasangan gelap yang bertemu melepas rindu. Dia menendang pintu hingga menutup rapat kembali dan menciumi bibir, leher, dan dada wanita itu dengan g
"Halo, aku mengerti. Ikuti mereka dulu, Louis. Aku akan meminta beberapa pihak melakukan penggerebekan di hotel!" ujar Carlos Peron. Dia berjalan menuju ke poli ICU karena Tuan Arnold Richero telah dipindahkan dari ruang operasi."Baik, Sir. Akan saya pantau terus Emilia!" jawab Louis. Dia mengendarai sepeda motor pria lalu mengikuti taksi yang membawa Emilia Pilscher menuju ke Hotel Balmont Royal Kansas.Sementara itu Esmeralda yang tadi diusir dari rumah sakit ingin mengadu kepada Austin di kantor suaminya tersebut. Dia berharap pria yang dicintainya akan menghibur kekesalannya. Akan tetapi, Esmeralda justru harus menelan pil pahit siang itu.Langkah ringannya terhenti beberapa meter dari pintu ruang presdir Ultima Exim Technology Company. Logo huruf besar UE itu terukir di kayu Ek berpelitur cokelat tua. Pintu berat tersebut tak sepenuhnya menutup rapat."Aahh ... Austin!" Desahan diikuti su
"Mama, syukurlah Tuan Davidson bisa membebaskan Mama dengan jaminan!" seru Esmeralda menyambut kebebasan Emilia dari sel tahanan sementara.Kasus itu mudah saja ditangani pengacara kawakan sekelas Arthur Davidson karena memang tak ada korban jiwa maupun kerugian secara materi. Pengacara itu langsung berpamitan ke dua wanita tersebut setelah pekerjaannya selesai di kantor polisi.Emilia merasa di atas angin, dia berhasil meracuni pikiran Esmeralda dengan mengadu domba dua bersaudari beda ibu itu. Di dalam mobil yang dikemudikan sopir, Emilia berkata ke Esme, "Papamu sedang menjalani operasi cangkok ginjal saat ini. Celia itu malah sengaja berbuat ulah agar kita terlihat buruk di mata Arnold!" "Huhh, awas saja kalau aku bertemu dengan Celia. Akan kuhajar tanpa ampun dia. Anak haram dari pelakor yang mencelakakan mama kandungku itu tak boleh hidup bahagia!" geram Esmeralda penuh kedengkian. Hatinya telah teracuni semua cerita bohong karangan Emilia sedari kecil."Kita lihat saja nanti,
"TING!" Pintu lift terbuka di lantai tiga di mana ruang operasi berada. Celia melangkah keluar dari lift bersama Carlos Peron. Mereka berbincang ringan mengenai rencana mengadakan pesta penyambutan kepulangan Tuan Arnold Richero pasca operasi. Memang masih lama karena kata Dokter Jarvis untuk monitoring akurat kondisi pemulihan ginjal pasien butuh sekitar sebulan. Beliau menginginkan risiko minimal setelah transplantasi ginjal, terkadang ada efek samping yang tak terduga jikalau pasien tidak mendapat perawatan intensif tim medis di rumah sakit."Aku senang sudah tak ada lagi pernikahan yang dipaksakan kepadaku. Jujur, Uncle Carlos ... aku agak phobia dengan laki-laki. Terutama setelah bertemu yang semacam Joel Falcon dan Davidoff Van Siege, mereka diktator pemaksa!" ujar Celia di lorong menuju bangku tunggu depan ruang operasi."Celia, menikah itu saling melengkapi dengan pasangan yang kita cintai. Dengarkan kata hatimu saja. Tak ada gunanya ketakutan terhadap pernikahan. Uncle tida
"Hey, bangun ... bangun kau, Putri Tidur!" Emilia menepuk-nepuk kasar wajah Celia yang telah dirias cantik."Tante Emmy, jangan terlalu kasar membangunkan Celia. Kasihan dia kesakitan!" sergah Joaqin. Dia memang tak pernah memukul perempuan.Emilia bukannya mendengarkan keponakannya justru semakin keras mencubit lengan Celia. "Jangan tidur terus, Celia. Ckk ... dasar nona muda pemalas!" hardiknya galak."Ukh ... sakit! Hentikan Maa ... ada apa ini? Di mana kita? Kenapa aku memakai gaun pengantin? Serentetan pertanyaan meluncur dari bibir Celia yang dipoles lipstick merah muda glossy."Akhirnya, sadar juga kau, Celia. Pagi ini, aku ingin kau menikah dengan Joaqin. Jangan membantah maupun ingin kabur. Aku tidak segan-segan menyakitimu!" ancam Emilia masih di ruang rias.Kedua wanita perias pengantin itu mengerutkan kening tak senang melihat perlakuan Emilia ke putrinya. Merek
"Klik!" Suara pengunci yang tergeser terdengar pelan dan akhirnya pintu kamar tidur Celia pun terbuka. "Cepat ... gendong dia, Joaqin!" desis Emilia tak bisa bersabar lagi kepada keponakannya yang otaknya lama loading. "Ohh, okay. Langsung di bawa turun ya, Tante Emmy?" tanya Joaqin lagi yang membuat tatapan mata Emilia tajam bak sebilah pedang."Iyaa!!" jawab wanita berhati iblis itu, dongkol.Segera Joaqin mengangkat tubuh ringan Celia ke dadanya lalu membawanya keluar kamar dan menuruni tangga ke lantai bawah. Namun, mereka memang sudah terlambat beraksi sekalipun masih agak gelap."Ada apa dengan nona muda, Joaqin?" tanya Hilda yang baru saja keluar dari kamar tidurnya di kediaman Richero. Karena Joaqin tak dapat menjawab pertanyaan Hilda, maka sang tante segera turun tangan. Emilia pun beralasan, "Kami akan membawanya ke rumah sakit ... ehh ... jadi Celia terserang demam tinggi. Maaf, kami terburu-buru!" Dia segera mendorong punggung Joaqin menuju ke garasi samping rumah dan m