"Papa, suruhlah Celia membantuku di perusahaan. Aku butuh manager pemasaran dan kreasi produk. Dia itu pengangguran sok sibuk, huhh!" Esmeralda memasang tampang judesnya seperti biasa di hadapan Tuan Arnold Richero yang malah tertawa geli melihatnya."Kupikir kamu bisa menangani perusahaan sendirian dan tak ingin diganggu oleh adikmu, Esme!" sindir pria berumur yang terlihat lebih segar pasca operasi transplantasi ginjal itu.Esmeralda berdecak kesal sambil bersedekap. "Kalau dia berani mengganggu pekerjaanku akan kutendang sampai ke Afrika! Biar dia dimakan macan di sana, hmm. Ayolah, Pa suruh dia bekerja mulai besok pagi!" desaknya lagi."Ckk ... kamu ini sukanya memaksa, Esme Sayang. Baiklah, Papa coba telepon Celia. Ngomong-ngomong, kamu tidak berniat menindas adikmu di kantor 'kan?" sahut Tuan Arnold dengan lirikan menyelidik."Tidak. Pekerjaan kantor harus dilakukan profesional. Tinggal Celia mampu berprestasi atau sekadar bermalas-malasan!" jawab Esmeralda sportif.Maka Tuan Ar
"Terima kasih untuk Cranberry Angel Cake yang kau bawakan, Morgan. Kata dokter memang cranberry, salah satu buah yang direkomendasikan untuk menurunkan kadar kreatinin ginjal dan mencegah infeksi saluran kemih. Kamu memiliki bakat memasak yang hebat!" puji Tuan Arnold Richero saat dijenguk oleh calon menantunya bersama Celia di rumah sakit.Morgan pun menjawab seraya terkekeh, "Sebenarnya yang mengeksekusi resep kue itu dariku adalah Celia, Sir. Dia punya bakat terpendam menjadi penguasa dapur!""Celia? Wow, ini kabar yang mengejutkan. Setahuku dia tidak pernah masuk ke dapur untuk memasak di rumah kami," seru Tuan Arnold serasa tak percaya, putri bungsunya yang sering dikatai manja oleh banyak orang justru bisa memasak di bawah bimbingan chef."Hmm ... jangan salah, Pa. Guruku sangat hebat, kalau aku masih bloon di dapur pastinya memalukan!" jawab Celia yang sontak membuat kedua pria beda generasi itu tertawa bersamaan.
Pagi jelang siang selepas Dokter Jarvis menyatakan bahwa Tuan Arnold Richero sudah bisa melanjutkan perawatan di rumah saja dengan beberapa jadwal kontrol kesehatan rutin nantinya, rombongan kecil itu bertolak menuju Elmwood Cemetery. Carlos Peron duduk di bangku depan sebelah sopir, berbeda dengan sekompi pengawal yang mengikuti dalam mobil lain di belakang limousine hitam itu. Ada perasaan haru bercampur kelegaan di hati asisten pribadi Arnold semenjak masa mudanya itu, sebuah kebenaran yang terkubur lama bersama mendiang Cassandra Higgins akhirnya terkuak. Penjahat yang sebenarnya telah mendekam di sel tahanan sementara kantor polisi Kansas City. Dia selalu berada dalam pemantauan Carlos yang mengenal petinggi kepolisian dan juga sipir penjara di sana. Emilia tidak boleh dibiarkan bebas dengan jaminan karena kasus hukum yang menjeratnya kelas berat. "Papa, apakah dulu berkenalan dengan mama saat masih kuliah?" tanya Celia mencoba memancing agar cerita zaman dahulu kala itu menga
"Thank you, Esme untuk dukunganmu. Ideku jadi bisa dieksekusi dengan cepat!" ucap Celia ketika mendampingi photo shot Morgan sebagai brand ambassador produk-produk perusahaan Richero.Esmeralda tersenyum tipis sembari menatap chef tampan itu tanpa berkedip. "Kuakui ... Morgan itu good looking!" pujinya. "Ehm ... tolong jangan berpikir macam-macam tentang Morgan. Beberapa hari ke depan kami akan menikah, Esme. Cukup hubunganku dengan Austin dulu yang kandas—" Celia sampai-sampai tak sanggup meneruskan perkataannya yang terdengar mengiba.Kakak tirinya tertawa penuh arti sembari melirik ke arah Celia. "Bukankah, ini semua idemu? Memamerkan betapa tampannya 'calon' suamimu ke seluruh penjuru dunia dengan menaruh fotonya di kemasan produk Richero!" sindir Esme. "Ini sah-sah saja menurutku karena reputasi Morgan yang seorang chef handal dan ternama. Sangat jarang CEO perusahaan mau membiarkan fotonya dipajang di kemasan produk komersil. Dan dia melakukannya demi menyenangkan hatiku!" kel
"Aakhh ... Austin, jangan di sini! Kita dilihat pengunjung resort lainnya!" tolak Ellen di antara desahan birahinya.Mereka sedang berjemur di bangku tepi kolam renang pagi itu. Berbagai makanan seafood yang disantap oleh Austin selama berada di Florida rupanya membuat libidonya meningkat. Namun, pria beristri itu seolah-olah tak peduli karena jauh dari Kansas. Austin menciumi leher jenjang mulus berwarna karamel itu hingga meninggalkan jejak kemerahan bibirnya."Apa yang kau takutkan, Ellen Darling? Tamu-tamu di sini tak ada yang mengenal kita. Esme pun berada di Kansas, dia sibuk dengan project kemasan produk Richero yang baru!" kilah Austin yang mulai menjamah bulatan kembar di balik kain segitiga bikini merah yang dikenakan Ellen.Dari sudut matanya, Ellen melihat seorang pria yang juga tamu resort mengambil beberapa foto mereka diam-diam. Otaknya segera berpikir bahwa foto mereka berdua bisa jadi bom nuklir ya
"Wah, model di kemasan produk Richero yang baru ini tampan sekali, siapa dia?!" komentar seorang nyonya konglomerat di sebelah rekannya yang diundang acara launching produk di atrium mall Oak Park."Itu adalah Chef Morgan Bradburry, gosipnya dia pemilik waralaba restoran terkenal Tasty Guaranted, Mrs. Leona!" bisik Nyonya Miriam Dawson khas ibu-ibu biang gosip.Serbuan lampu blitz wartawan membuat Morgan memicingkan mata birunya yang indah. Dia berdiri di antara Esmeralda dan Celia Richero untuk sesi wawancara sebagai brand ambassador produk perusahaan Richero.Ketika Celia mundur ke backstage lalu pergi ke toilet mall, dia tak menyangka akan dipepet oleh mantan tunangannya sekali lagi."Apa maumu, Austin? Aku sibuk!" hardik Celia seraya memandang risih ke wajah Austin. Ketampanan dan perawakan pria itu memang sanggup membuat kaum Hawa melunglai oleh pesonanya. Namun, itu tak berlaku bagi
"Hilda, ke mana pelayan membawa bantal dan selimut itu?" tanya Tuan Arnold Richero yang berpapasan dengan rombongan pelayan rumahnya."Ohh ... mereka menyiapkan kamar tamu untuk Tuan Muda Austin. Beliau akan tidur di sana mulai malam ini!" jawab Hilda yang diperintahkan oleh Esmeralda demikian.Tuan Arnold segera berseru ke rombongan pelayan itu, "Kalian berhenti!" Sontak ketiga perempuan muda berseragam biru tua dan celemek putih itu tak berani lagi melangkahkan kaki mereka ke kamar tamu."Ada apa, Sir?" tanya Hilda kebingungan."Hilda, panggil Esme dan Austin ke ruang keluarga untuk menemuiku!" titah Tuan Besar Richero. Dia lalu berjalan dengan bantuan tongkat sendirian sembari menunggu putri sulung dan menantunya bergabung untuk bicara.Austin yang sedang duduk bersantai sambil melihat konten di media sosial handphonenya di patio taman belakang rumah agak terkejut karena mendadak dipanggil oleh papa mertuanya. Dia masih trauma dengan ancaman Tuan Arnold di atrium mall kemarin."Oka
"Apa pengawalan untuk pengantin wanita sudah dibuat seketat mungkin, Alfons?" tanya Morgan yang sedang mengenakan dasi tuxedonya di depan cermin ruang ganti bridal."Sudah, Master Morgan. Ada dua lusin pengawal yang akan menjaga Anda dan Nona Celia menuju ke altar. Semua toilet akan diperiksa ulang agar tak ada barang yang bisa digunakan untuk mempelai Anda kabur!" lapor Alfons Boudin dengan serius. Dia paham betapa kehormatan big bossnya dipertaruhkan hari ini. Morgan tersenyum miring menatap asisten kepercayaannya melalui pantulan bayangan cermin. "Good job, Alfons. Aku harus menikahi Celia hari ini. Dia mencintaiku sekali pun masih dalam bayang-bayang trauma masa lalunya bersama Austin Robertson yang mengkhianatinya!""Nona Celia beruntung mendapatkan Anda sebagai suaminya dari pada pria hidung belang yang menjijikkan itu, Master Morgan!" Alfons sangat tidak menyukai Austin karena dia melihat bagaimana pria itu mengganggu Celia di depan toilet mall saat acara launching kemasan pro
Morgan semakin merindukan Celia setelah telepon mereka berakhir. Dia menghela napas lalu mengisi daya ponsel di nakas samping tempat tidur. Masih lusa barulah dia bisa kembali ke Kansas. Pekerjaan memasak di Gedung Putih tidak bisa diwakilkan bila tidak dalam keadaan sangat terpaksa karena menyangkut reputasi bisnis jasa boga Tasty Guaranted yang dia besarkan dari nol.Malam bergulir lambat menuju pagi, alarm di handphone Morgan meraung-raung berusaha membangunkan chef tampan yang masih membenamkan wajahnya di bantal. "Huhh ... cepat sekali pagi tiba!" gumam Morgan seraya meraih benda pipih yang terus berisik memekakkan telinganya.Dia menatap angka jam di layar ponsel lalu menyeret tubuhnya ke bawah shower. Air dingin menjadi opsi terbaik agar sel-sel sarafnya dapat tersegarkan setelah terlelap semalaman.Pikiran Morgan terbagi antara pekerjaan dapur yang akan dikerjakannya di The White House dan istrinya. Dia sangat ri
"Creamy Mushroom Black Pepper Salmon with Spinach apa sudah siap?" seru Morgan di tengah dapur Gedung Putih yang hectic dengan suara alat masak berbunyi bergantian bak orchestra.Chef Eugene Botswa yang terbiasa menjadi asisten executive chef menyahut, "Ready, Chef!""Minta pelayan mengeluarkan kereta hidangan salmon setelah ini kita fokus ke dessert sebagai penutup makan malam tamu Mister President!" ujar Morgan sembari memeriksa progres Tres Leches Cake atau yang dikenal dengan nama Dulce De Tres Leches, dessert lezat berupa kue bolu ringan yang direndam dalam tiga campuran susu manis dengan topping whipcream dan stroberi segar. Kue dingin ini terkenal di Mexico dan Amerika.Aroma manis susu menguar di dalam dapur dan menerbitkan air liur bagi siapa pun yang menciumnya. Kepiawaian Morgan sebagai executive chef tak diragukan oleh kru dapurnya. Pilihan menu darinya tak pernah monoton dan selalu extraordinary
Hurricane Restoran. Papan nama berhias lampu neon terang mengelilingi tulisan berwarna merah keemasan yang menyiratkan kemewahan itu menyambut mobil-mobil para pengunjung yang berhenti menurunkan penumpang. John memarkir sendiri mobilnya dan menolak jasa vallet parking usai menurunkan Emilia Pilscher di depan pintu masuk restoran. Alasannya agak jika terjadi sesuatu tak terduga, dia dapat langsung kabur dengan mobil miliknya karena tahu di mana lokasi terparkir.Sesaat menunggu John bergabung dengannya di depan pintu restoran menyisakan ketegangan di wajah Emilia. Dari kaca pintu restoran dia melihat keluarga Richero ditemani seorang pria muda perlente duduk mengelilingi meja makan bundar. Mereka tertawa riang sembari berbincang seru.'Ahh sialan! Bagaimana bisa restoran yang dimiliki kolega John juga dipilih sebagai tempat keluarga laknat itu makan malam?!' gerutu Emilia sambil mengamati rombongan kecil itu dari depan pintu restoran.John menghampiri wanita itu dan menepuk bahunya.
"Wow, Emmy kau sangat beruntung dipuja oleh sang penguasa penjara!" sanjung Anne yang melihat koleksi perawatan tubuh dan juga kosmetik yang dimiliki teman satu sel tahanannya itu.Lilly pun menimpali, "Rambutmu yang dipangkas cepak oleh Katlin Rookie juga sudah tumbuh makin panjang berkat shampo dan krim yang diberikan oleh John Barlow!"Senyuman sombong terukir di bibir Emilia Pilscher, dia memang bak seorang ratu kecil di penjara wanita Kansas City saat ini melengserkan posisi Katlin Rookie. Wanita malang sok hebat itu mengalami depresi berat akibat pembalasan dari John tempo hari karena memimpin pengeroyokan serta penganiayaan atas dirinya.Katlin kini dijauhi oleh seisi penjara wanita, terkadang senior juga membully dia seenak perut mereka. Tak ada lagi bekingan dari John Barlow yang membuat narapidana berkepala plontos itu mengangkat dagunya arogan di hadapan penghuni penjara lainnya."Aku mema
"Peter, pulanglah duluan ke rumah. Petang ini aku akan diantarkan oleh Dokter Jeffrey Norton!" titah Esmeralda kepada sopir yang menjemputnya di depan pintu keluar Richero Center Building.Dokter tampan itu memang belum tiba di tempat kerja Esmeralda, lalu lintas sore pada jam pulang kantor selalu macet. Maka Esmeralda duduk menunggu di coffee shop yang ada di lantai lobi. Dia memesan segelas Iced Caramel Machiato untuknya dan Caffe Americano untuk Dokter Jeff sembari memeriksa ponselnya.Nampaknya Celia sudah pulang dari perjalanan bulan madu panjangnya bersama Morgan sore ini, Esmeralda mendapat pesan dari papanya. Sejenak memang Esme pernah merasa tertarik dengan Morgan Bradburry. Chef itu sangat tampan dan berkharisma, wanita mana yang tidak jatuh hati. Akan tetapi, hubungannya dengan Celia semakin membaik pasca Emilia Pilscher dijatuhi vonis pidana. Esmeralda memupus rasa suka yang berlebihan di hatinya.Saat dia se
Pesawat yang membawa rombongan kecil itu kembali ke Kansas seusai liburan bulan madu Celia bersama Morgan. Penerbangan dari Asia Tenggara itu menuju Amerika Serikat menghabiskan waktu seharian."Hubby, apa kau tidak kelelahan? Sesampainya di Kansas, kamu harus segera berangkat ke Washington!" ujar Celia cemas. Dia sendiri merasakan badannya begitu letih dan mulai jetlag."Memang pasti melelahkan, tetapi aku harus menjalani pekerjaan itu, Sayang. Yang terpenting, selama kutinggalkan ke luar kota, kamu jaga diri baik-baik ya!" pesan Morgan. Dia tetap akan menempatkan pengawal menjaga Celia, tetapi istrinya juga harus berhati-hati."Iya. Aku janji akan jaga diri baik-baik selama kamu pergi bekerja. Dan tolong beri kabar sesering yang kau bisa selama berada di Washington. Aku pencemburu bila menyangkut pria yang kucintai, ada Elizabeth di sana bersamamu. Sebenarnya aku kurang suka!" Celia mengungkapkan keberatannya, te
"Okay, jadi apa malam ini aku boleh tidur sambil memeluk tubuhmu, Celia?" tanya Morgan seusai mereka menghabiskan menu makan malam berdua.Celia bangkit dari kursinya tanpa menjawab pertanyaan suaminya. Dia memang sengaja menguji kesabaran Morgan. Tak biasanya Celia bersikap tidak sopan dan acuh begitu kepada orang yang disayanginya. Namun, dia masih belum bisa meredakan api amarah di hatinya.Tiba-tiba kakinya terangkat dari permukaan lantai kamar hotel dan tubuhnya mendarat di dekapan Morgan. "Kau ini membuatku terkena serangan jantung! Apa maumu sih?" omel Celia memukuli dada suaminya."Aku ingin menerkam istriku yang menggemaskan ini!" jawab Morgan sembari terkekeh. Dia langsung membawa Celia menuju ke ranjang dan mengecupi ceruk lehernya yang harum. "Arhh ... hentikan, Morgan!" protes Celia. Namun, bibirnya segera menjadi bulan-bulanan pria yang teramat bergairah mencumbunya. 'Ckk ... dia ini! Aku masih kesal karena kebohongannya ... aakh tapi tubuhku mengkhianatiku!' batin Celi
"TING TONG." Suara bel kamar yang ditekan dari luar berbunyi nyaring memupus keheningan di dalam kamar presidential suite yang dihuni oleh pasangan yang tengah berbulan madu itu.Langkah kaki Morgan terasa berat, itu room service yang mengantarkan menu makan malam pesanannya tadi. Dia juga memesan untuk Celia, tetapi istrinya terdiam di ranjang pura-pura tidur mengabaikannya."Permisi, Sir. Saya mengantarkan menu pesanan Anda!" ucap pemuda berkebangsaan Vietnam bermata monolid bermanik hitam itu seraya mendorong kereta susun tiga."Hidangkan di meja dengan rapi!" sahut Morgan. Dia berdiri di tepi pintu mengawasi pegawai room service hotel itu.Setelah pemuda itu pergi, Morgan menutup pintu lalu menghampiri tempat tidur di sisi istrinya berbaring. "Kamu pasti lapar, bukan? Jangan menyiksa diri kalaupun kamu marah kepadaku, Celia!""Kenapa tidak kau biarkan saja aku mati, Morgan? A
"Rasanya beberapa hari saja kurang untuk dinikmati di Pulau Lombok. Kuharap kita bisa ke mari lagi suatu hari nanti, Hubby!" ucap Celia saat dia duduk bersama Morgan di ruang tunggu Bandara Lombok, Mandalika.Morgan tertawa kecil. "Setidaknya kunjungan kita ke sini meninggalkan kenangan indah yang tak terlupakan, Celia. Mungkin kita bisa ke mari lagi bersama anak-anak nanti!" "Sepertinya akan lama, seorang bayi dikandung sembilan bulan!" tukas Celia cemberut."Apa belum ada tanda-tanda kehamilan? Aku menantikan kabar gembira darimu, Baby Girl!" Morgan merapikan anak rambut Celia ke balik daun telinganya. Dia memandangi wajah cantik istrinya yang bermata ungu bak batu mulia Amethyst."Aku masih baik-baik saja, tak ada rasa mual atau muntah. Sangat sehat!" jawab Celia.Panggilan boarding penumpang ke kabin pesawat menuju Jakarta sudah terdengar di area tunggu bandara. Pasangan yang sedang berbulan madu itu dijaga enam pengawal naik ke pesawat. Awalnya Celia kurang nyaman, tetapi lama k