"Apa pengawalan untuk pengantin wanita sudah dibuat seketat mungkin, Alfons?" tanya Morgan yang sedang mengenakan dasi tuxedonya di depan cermin ruang ganti bridal."Sudah, Master Morgan. Ada dua lusin pengawal yang akan menjaga Anda dan Nona Celia menuju ke altar. Semua toilet akan diperiksa ulang agar tak ada barang yang bisa digunakan untuk mempelai Anda kabur!" lapor Alfons Boudin dengan serius. Dia paham betapa kehormatan big bossnya dipertaruhkan hari ini. Morgan tersenyum miring menatap asisten kepercayaannya melalui pantulan bayangan cermin. "Good job, Alfons. Aku harus menikahi Celia hari ini. Dia mencintaiku sekali pun masih dalam bayang-bayang trauma masa lalunya bersama Austin Robertson yang mengkhianatinya!""Nona Celia beruntung mendapatkan Anda sebagai suaminya dari pada pria hidung belang yang menjijikkan itu, Master Morgan!" Alfons sangat tidak menyukai Austin karena dia melihat bagaimana pria itu mengganggu Celia di depan toilet mall saat acara launching kemasan pro
Pesta resepsi pernikahan Celia dan Morgan diselenggarakan di ballroom hotel bintang lima terbesar di Kansas City. Ada dua ribu lembar undangan yang disebar oleh Tuan Arnold Richero dan juga Morgan Bradburry ke para kolega, teman, dan keluarga.Bahkan, keluarga besar Bradburry dari Inggris sengaja menghadiri acara penting itu. Mereka ingin melihat istri Morgan yang 'cukup terkenal' karena fenomenal sebagai serial runaway bride yang kabur dari pernikahan berkali-kali. Ketika mereka bertemu langsung dengan Celia, kecantikan gadis itu memukau mata seluruh keluarga suaminya.Nenek Claudia Bradburry sampai memanggil Celia khusus ke meja makan pesta untuk memberikan hadiah yang telah dipersiapkannya dari Inggris. "Cucu menantuku yang cantik, Granny punya sedikit hadiah untukmu. Bukalah kotaknya, kuharap kamu suka!" ujar nenek yang nyaris berusia 80 tahun itu. Dengan tangan keriputnya yang agak bergetar karena penuaan, Claudia menyerahkan sebu
Hadiah dari para tamu undangan yang berasal dari kalangan konglomerat dan pejabat membuat Celia serta Morgan terkesan. Beberapa unit mobil, tiket perjalanan bulan madu ke destinasi menarik, dan perhiasan logam mulia bertatah berlian atau permata diamankan oleh para pengawal Morgan sebelum dibawa pulang ke penthouse.Hidangan main course yang beraneka ragam baik western food, oriental food, maupun fusion cuisine membuat para tamu pesta yang mencicipi berdecak kagum. Beberapa dari mereka ingin memesan jasa boga Tasty Guaranted Company juga untuk pesta mendatang yang akan diadakan.Dari siang hingga menjelang malam hari, tamu yang terbagi menjadi beberapa jadwal resepsi datang dan pergi silih berganti. Mereka memberikan ucapan selamat berbahagia untuk Morgan dan Celia.Celia yang duduk di pelaminan bersama Morgan berbincang-bincang penuh kegembiraan. Sesekali mereka berdiri berjabat tangan dengan tamu serta berfoto untuk kenang-kenangan. "Apa kau masih lapar, Celia? Aku bisa meminta Alf
"TING." Suara penanda lift telah sampai di lantai penthouse Morgan terdengar dan menghentikan ciuman panas sepasang pengantin baru itu."Kita sudah sampai, Celia. Ayo!" ajak Morgan menggandeng tangan istrinya untuk memasuki sarang bercinta mereka malam ini.Celia pun teringat banyak hadiah pernikahan berharga yang didapat mereka tadi dari para tamu undangan pesta. Dia bertanya, "Di mana Alfons menyimpan kado kita dari tamu-tamu, Morgan?""Jangan kuatir, semuanya ditaruh di kantorku dan dijaga ketat oleh pengawal sampai besok kita menyortirnya. Rasanya akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga kalau kita mengurusi hadiah yang banyak itu malam ini juga!" jawab Morgan lalu dia membuka pintu dengan perintah suara. Tak ada yang bisa membuka penthouse selain dia sendiri, kecuali disetting ulang dengan sampel suara orang lain sesuai izin Morgan.Celia melangkah masuk ke penthouse yang kini juga menjad
Seusai membilas busa sabun di bawah shower air hangat, Morgan dan Celia mengeringkan diri lalu pindah ke ranjang. Rasanya agak berbeda bagi Morgan yang sudah puluhan tahun melajang, tak biasanya ada seorang wanita menemani tidurnya. Namun, justru seolah-olah mimpi indahnya berubah jadi nyata saat ini. Wanita bermata ungu yang selalu menjadi bunga tidurnya itu berbaring di pelukan Morgan."Apa kau tidak lelah setelah seharian menjamu tamu pesta, Hubby?" tanya Celia yang menonton siaran TV dengan malas-malasan."Pastinya capek, Celia. Namun, aku bahagia karena wanita yang kupuja akhirnya bisa menemaniku seumur hidup. Bagaimana dengan trauma yang kau alami pasca pengkhianatan Austin? Kuharap sudah sembuh!" balas Morgan dengan penuh perhatian. Dia mengecup kening Celia berulang kali.Istrinya terkikik lalu berkata, "Trauma itu sudah lenyap. Love language-mu sepertinya sentuhan fisik ya? Kau terus menerus menciumiku dan tak henti-hentinya membelai atau memelukku, Morgan!" "Hahaha. Mungkin
Aroma lezat mentega dan kayu manis menguar di udara dari arah dapur. Celia yang merasakan tubuhnya lemas setelah semalaman melayani hasrat suaminya yang tanpa batas itu baru saja membuka mata."Apa Morgan sedang memasak? Senangnya punya suami chef!" gumam Celia sembari duduk merenggangkan otot-ototnya yang kaku di atas tempat tidur. Ranjang di sisi sebelahnya telah kosong. Pintu kamar tidur sedikit terbuka. Dia pun memutuskan untuk mencari pakaian untuk menutupi kepolosan tubuhnya sebelum menyusul Morgan ke dapur. "Ouch ... pegal sekali bagian paha dalamku!" desis Celia saat mencoba berjalan. Nyaris setiap dua jam Morgan membuatnya sibuk semalaman hingga pagi. Setelah menemukan kimono sutra warna merah maroon di gantungan walk in closet, Celia mengenakannya sembari memeriksa isi rak kaca yang tersusun rapi di ruangan itu. Rupanya Morgan sungguh-sungguh menjamin kesejahteraan istrinya. Berpuluh-puluh pakaian wanita dalam segala situasi baik di rumah maupun di luar rumah tersedia di
"Kriing kriing kriing!" Bunyi tanda telepon masuk ke handphone Austin terdengar nyaring di nakas. Pria itu bergegas melangkah keluar dari walk in closet seusai mengenakan dasinya. Esmeralda yang sedang memoles lipstick di depan cermin wastafel pun penasaran siapa yang menelepon suaminya sepagi ini. Dia pun mencuri dengar di balik pintu kamar mandi. Nama wanita jalang itu lagi yang didengar olehnya dari bibir Austin."Ellen, please jangan meneleponku saat di rumah. Tunggu sampai aku sudah tiba di kantor ya. Ada keperluan penting apa?" ujar Austin di dekat jendela kamar di lantai dua."Ini penting, aku merasa tak enak badan beberapa hari terakhir dan mual di pagi hari. Bahkan, sebelum aku sarapan. Kucoba test kehamilan dan garis merah di alat itu ada dua. Kau akan jadi ayah, Austin!" jawab Ellen dengan penuh harap di telepon. Di lubuk hati Ellen, dia justru cemas ayah calon bayinya itu mangkir dari tanggung jawab setelah mengetahui ada benih tumbuh di rahimnya.Austin yang terkejut set
"Jangan lakukan ini, Papa Mertua!" Austin berlutut memohon-mohon di bawah kaki Tuan Arnold Richero. Akan tetapi, pria yang baru saja sembuh dari operasi transplantasi ginjal itu tak sudi memberikan kelonggaran untuk menantu jahatnya. "Kau sudah kuberi satu kesempatan, justru kau sia-siakan. Kini Esmeralda enggan menerimamu kembali sebagai suami. Buat apa kau tetap tinggal di rumah kami. Pulang saja ke rumah orang tuamu, Austin!""Ini hanya kesalah pahaman, Mister Arnold. Peristiwa perselingkuhan itu terjadi beberapa bulan lalu bukan baru-baru saja. Saya sudah menyesali kesalahan tersebut, tolong bujuk Esme agar mau memberi ampunan bagi saya. Kami masih saling mencintai!" bujuk Austin yang tahu posisinya dalam bahaya."Lakukan sendiri kalau kau masih ingin mengejar istrimu atau seandainya kamu lebih memilih selingkuhanmu yang sedang hamil, ceraikan saja putriku!" Tuan Arnold memberi kode agar Carlos Peron mendekat lalu bertitah, "Awasi dia meringkas pakaiannya lalu antarkan keluar dar
"Emmy ... Emmy!" panggil Lily dengan suara panik. Dia menghampiri tempat Emilia membersihkan rumput halaman luar penjara."Ada apa, Lily?" tanya Emilia dengan alis berkerut penasaran menatap teman dekat satu sel tahanannya itu."Apa kau sudah mendengar bahwa John Barlow dipindahkan dari penjara ini ke Rikers Island?" tanya Lily dengan mata membulat penuh antisipasi.Kepala Emilia menggeleng dengan wajah cemas. Dia kuatir setelah kepergian John, dirinya akan kembali mengalami penganiayaan di dalam penjara wanita. "Lily, ini mengerikan. Kuharap kau tidak akan meninggalkan aku juga!" cicitnya.Dengan helaan napas berat Lily merangkul bahu Emilia. Mereka memang sangat dekat bertiga dengan Anne saja karena Zelda berubah memusuhi Emilia dan lebih banyak menyendiri dalam sel tahanan.Belum juga mereka berdua berbicara lebih banyak, Katlin Rookie dan Alma Alvarez membawa kroco-kroconya mendatangi Emilia."Hey, Wanita Jalang! Sekarang malaikat pelindungmu telah pergi, siapa yang akan membelamu
"Kate, aku masih dendam kepada Emilia Pilscher! Apa kau ada ide cemerlang untuk membalas dengan telak semua perlakuan buruk dari Don Barlow karena pengeroyokan Emilia tempo hari?" ujar Alma Alvarez di kebun belakang penjara saat jam bebas.Katlin Rookie yang mengalami berkali-kali perlakuan buruk dari mantan kekasihnya sekaligus penguasa prodeo Kansas City itu menatap ke pintu terowongan rahasia yang bermuara ke back yard rumah John."Hmm ... kau lihat pintu besi yang selalu terkunci rapat itu, Alma?" ucapnya menunjuk ke satu titik. Kepala wanita berambut hitam kumal karena jarang dicuci tersebut menoleh dengan alis terangkat sebelah. "Yap, kenapa?" sahut Alma."Don Barlow sering keluar masuk penjara ke dunia luar dari pintu itu. Kalau kau bisa membujuk sipir atau petinggi penjara untuk menciduk pria itu saat di luar, maka riwayatnya di penjara ini akan tamat. Kemungkinan besar John akan dipindah ke penjara lain dengan sistem keamanan yang lebih ketat. Dan ... itu hukuman yang paling
"Laut Aegea di bawah sana begitu biru, Jeff. Aku tak sabar untuk segera menginjakkan kakiku ke Bandara Thira!" seru Esmeralda sembari memandangi lautan dengan sebentuk daratan yang tak lain adalah negara Yunani.Jeffrey Norton ikut tersenyum senang mendengar antusiasme Esmeralda. Mereka memang melewatkan Italia dan langsung terbang ke Santorini, Yunani. Dia tidak keberatan asalkan istrinya bahagia. "Aku sudah melakukan reservasi villa mewah yang pemandangan kamarnya langsung ke Kaldera dan Laut Aegea, Esme. Kau pasti sangat menyukainya!" ujar Jeff. Esmeralda mengangguk-angguk penuh semangat. Booklet wisata di Santorini yang dia miliki di kamarnya di kediaman Richero kini bisa didatangi bersama pria istimewa yang tercinta. Tak sampai setengah jam pesawat Ryan Air yang mereka tumpangi mendarat dengan mulus di landasan Bandara Thira. Pramugari memberi arahan untuk penumpang turun satu per satu dengan tertib. Jeff mengambil koper bersama Esmeralda di kargo pengambilan barang penumpang
"Taman bunga Keukenhoff ini sangat luas, Jeff. Apa dulu kau sering berkunjung ke mari?" tanya Esmeralda sembari berjalan-jalan di antara rumpun bunga tulip beraneka warna. Memang tidak semua tanaman berbunga karena bukan musim semi saat ini."Tidak sering, aku banyak berada di Swiss dibanding berkunjung ke Belanda!" jawab Jeffrey Norton. Dia berjongkok lalu memetik beberapa tangkai bunga tulip berwarna ungu yang menurutnya tidak biasa ditemui. Dia mengikat beberapa bunga hasil perburuannya lalu menyerahkan ke Esmeralda sembari berlutut, "Untuk Ratuku yang paling mempesona!" Esmeralda tersenyum dengan rona merah muda di wajahnya. "Terima kasih, Jeff. Kau pria yang sangat manis! Bunga tulip ungu baru sekali aku melihatnya, apa benar boleh dipetik?" ujarnya."Taman bunga ini salah satu taman terluas di dunia. Tidak masalah bila memetik beberapa tangkai bunga nasional Belanda ini, Darling. Ayo kita lanjutkan jalan-jalannya!" ajak Jeff, dia menghirup udara segar di pagi hari menjelang sia
"Hello, Celia. Apa sudah siap pulang ke rumah?" Morgan melangkah masuk ke ruang kerja istrinya. Di luar kaca jendela ruangan vice CEO, langit mulai gelap.Celia merapikan barang pribadinya ke tas kerja lalu bangkit dari kursi. Dia menerima pelukan dan ciuman Morgan. "Hai, Hubby. Iya, hari yang melelahkan!" jawabnya lalu melangkah meninggalkan ruangan kantor menuju lift sembari menggandeng lengan suaminya.Karena Celia tidak menyinggung tentang acara memasak live show tadi pagi, Morgan lega. Dia lalu berbicara di dalam lift yang melaju turun, "Baby, kalau kita diminta dalam satu frame acara live show cooking, apa kamu bersedia?" Awalnya Celia mengerutkan keningnya, dia seolah-olah tak percaya lalu bertanya, "Apa kamu serius atau sekadar bercanda, Morgan?" "Serius, produser acara stasiun TV K-Star tadi meminta langsung kepadaku untuk mengajak serta kamu dalam acara memasak yang biasanya!" jawab Morgan lalu melangkah keluar di lantai lobi ketika lift terbuka pintunya."Baiklah, kenapa
"Pagi ini kita kedatangan tamu yaitu Annabella Stewart, please welcome!" seru Morgan sebagai host acara memasak di stasiun TV lokal K-Star. Seorang penyanyi asal Kansas City yang sedang naik daun dan lagu-lagunya menjadi top hits playlist radio itu memasuki studio sembari melambaikan tangan. Wanita berusia 27 tahun itu berjabat tangan dengan Chef Morgan dan mengecup pipi pria tampan bermata biru tersebut.Sedikit terkejut, tetapi Morgan berusaha menanggapi dengan biasa saja. "Jadi di kesempatan kali ini Bella akan menemaniku memasak Salmon Creamy Sauce with Potatoes and Asparagus dengan karbohidrat berupa Spagetti Aglio Olio. Mari kita mulai saja!" tutur Morgan memandu acara memasak yang menjadi top rating live show beberapa minggu terakhir ini di Kansas.Annabella pun menyahut, "Apa yang bisa saya bantu, Chef Morgan yang tampan?" "Apa kamu bisa memotong batang keras asparagus ini, Bella?" tanya Morgan mencoba memberi tugas yang menurutny mudah."Okay, akan kulakukan!" sahut Annabel
Seusai sarapan pagi di ruang makan yang hidangannya disiapkan oleh koki pegawai villa tersebut. Jeff dan Esmeralda memanggil taksi untuk mengantarkan mereka ke Chateau de Chillon. Obyek wisata bersejarah di Swiss yang berupa kastil bangsawan dengan tiga periode kepemilikan. Yang pertama adalah era Savoy pada abad 12 sampai 16 dengan kepemimpinan Counts of Savoy. Disusul era Bernese dan Vaudois.Pemandangan langsung di tepi Danau Jenewa membuat wisatawan yang mencari ketenangan dan melakukan refreshing menikmati kunjungan ke kastil kuno tersebut. Lokasinya yang berada di antara jalur menuju Pegunungan Alpen menjadikan tempat itu sayang untuk dilewatkan.Jeff membantu Esmeralda menapaki tangga batu melingkar di Chateau de Chillon. Ada banyak ruangan yang menyiratkan kejayaan era bangsawan dan menara tinggi di sudut-sudut kastil. Penjara bekas peninggalan Savoy pun masih bisa dilihat. Dari jendela menara tinggi yang terbuka, mereka memandangi Danau Jenewa yang terbentang luas dan latar b
"Tahukan apa alasan aku memilih villa ini dari pada hotel bintang lima di Jenewa sebagai tempat menginap kita, Darling?" tanya Jeff sembari membuka jendela kaca besar berbingkai kayu mahoni di samping jacuzzi yang sedang diisi air panas.Esmeralda menghampiri suaminya dan melihat pemandangan di luar jendela itu. Dia terkesiap takjub lalu tersenyum kepada Jeff. "Aku rasa karena kita bisa melihat langsung keindahan Danau Jenewa dengan latar belakang kastil tua di seberangnya itu. Apa tebakanku benar, Hubby?" jawabnya."Tepat sekali! Istriku memang cerdas. Iya, kuharap kau akan suka, ditambah jacuzzi ini sengaja diletakkan di sisi jendela agar tamu yang berendam bisa menikmati panorama indah itu dalam suasana santai atau ... romantis!" timpal Jeff. Dia menurunkan kerah longgar gaun selutut berbahan ringan yang dikenakan Esmeralda hingga terjatuh ke lantai lalu membenamkan kepala di antara bukit kembar istrinya."Aakh ... Jeff, kau pria yang sangat romantis. Mmhh ... airnya!" Esmeralda me
Derap kaki kuda menjelajah area perkebunan Lavaux di Zurich, Swiss. Esmeralda yang duduk di pelana kuda dan dipeluk dari belakang oleh Jeffrey Norton merasa aman. Dia baru satu kali mengendarai kuda, berbeda dengan Celia yang memang atlet tunggang serasi di kampus dulu. "Kuharap kau bisa rileks, Esme. Nanti bagian punggungmu sakit kalau tegang!" ujar Jeff seraya menarik tali kekang kuda putih yang mereka tunggangi.Esmeralda tertawa kering seraya menjawab, "Maklum saja, Hubby. Aku belum terbiasa berkuda. Jadi apa kau dan Morgan ketika remaja sering berkuda di sepanjang sungai Missouri?""Yeah ... Morgan sangat jago berkuda. Dia selalu berhasil mengalahkanku ketika kami balapan dengan kuda apa pun!" sahut Jeff terkenang masa remajanya dahulu. Esmeralda pun terkikik lalu menyeletuk, "Kurasa Morgan sangat jago, dia menunggangi Celia sampai hamil triplet sekaligus!"Jeff pun meledak dalam tawa. "Ahh ... nampaknya kau benar sekali, Esme. Kita tak boleh kalah dari mereka ya!" tukasnya lal