"Hai, Celia Sayang. Senang sekali melihatmu kembali ke rumah. Kau makin kurus saja, pasti makanmu tak teratur ya?" sambut Tuan Arnold Richero di teras depan rumahnya. Dia memeluk putri bungsu kesayangannya penuh kerinduan.
Celia pun tahu pria dengan rambut beruban yang sedang memeluknya itu yang paling peduli dan menyayanginya. Hanya saja dia waswas akan dijodohkan lagi dengan pria sok baik lainnya seperti Harry Livingstone yang aslinya brengsek.
"Papa, aku juga kangen padamu. Ayo kita masuk dan mengobrol di ruang keluarga saja. Musim dingin sudah mulai menunjukkan tanda-tanda turun salju pertama tak lama lagi, udara mulai turun suhunya ke nol derajat Celcius!" ajak Celia sembari menggandeng lengan papanya masuk ke dalam rumah.
"Syukurlah kamu sudah pulang hari ini. Papa akan jauh lebih kuatir bila kamu berada jauh dari keluarga sendirian di luar sana. Celia, tolong dengarkan Papa kali ini. Menikahlah. Ada seorang
"Hentikan pertengkaran kalian!" Suara Tuan Arnold yang penuh wibawa menggelegar di ruang makan. Kakak beradik beda ibu itu harus dilerai.Mark merangkul bahu Celia yang dalam kondisi basah wajahnya oleh wine, sedangkan Austin menenangkan Esmeralda yang menatap kejam ke arah adik tirinya.Emilia pun berkata, "Celia, dengarkan nasihat kakakmu. Mama malu kalau sampai kamu menggoda kakak iparmu agar kembali lagi bersamamu. Dia suami Esme sekarang. Lebih baik segera menikah saja dengan Mark. Kau akan mudah melepaskan masa lalumu bersama Austin!"Mendengar mamanya membela Esmeralda lagi, Celia rasanya tak tahan ingin mengamuk. "Ohh yeah, bela terus anak kesayanganmu itu, Ma. Dia yang menikungku dari belakang. Lantas kini aku seperti orang sakit jiwa obsesif yang berusaha menggoda mantan tunanganku lagi. Maaf saja, kalian salah mengira. Segalanya di antara kami berdua telah usai!""Celia, jaga mulutmu
"Kau ingin mengajakku bercinta atau apa, Morgan?" tanya Celia sembari tertawa ringan menatap sepasang mata biru yang tak berkedip memperhatikan dirinya."Yeah, itu maksudku, Celia. Cara terbaik menghilangkan stres. Aku berjanji akan menggunakan pengaman. Ayolah ikut bersamaku ke penthouse!" bujuk Morgan masih mengungkung tubuh Celia di sofa night club.Para pengawalnya berjaga di sekeliling sofa agar tak ada yang mengganggu kemesraan Morgan dan Celia. Dalam benaknya Celia menilai sosok misterius chef tampan itu, tak wajar seorang chef memiliki banyak pengawal. Untuk apa pria berbadan kekar seperti Morgan dikawal ketat?"Jawab dulu pertanyaanku, Morgan. Kenapa kau dikawal begitu banyak bodyguard seperti ini?" Celia belum terlalu mabuk untuk bercakap-cakap normal.Morgan tak menduga akan ditanyai sesuatu yang akan membuat identitasnya terungkap. Namun, wanita cantik yang berada di bawah badan kekarnya
Aroma pizza yang baru saja dikeluarkan dari panggangan tercium sedap dan membuat air liur menitik. Celia yang sedari tadi menemani Chef Morgan memasak, bertepuk tangan meriah menyambut satu loyang besar pizza terhidang di hadapannya."Wah, sepertinya lezat. Aku tak sabar ingin mencicipinya!" ucap Celia.Morgan memotong-motong pizza dengan pisau lalu menaruhnya di piring sebelum memberikannya ke Celia. "Makan yang banyak ya, Cantik!"Satu gigitan pertama membuat Celia makin penasaran. "Pizza buatanmu berbeda rasanya. Ini enak sekali!""Tentu. Karena aku membuatnya dengan cinta!" jawab Morgan dengan seringai lebar."Gombal sekali! Kalau aku menjadi pacarmu, apa kau akan memasak untukku setiap hari?" tantang Celia."Boleh saja, kamu menemaniku setiap malam di sini. Deal?" Morgan mengulurkan tangan kanannya.Namun, Celia eng
Perlahan Celia membuka matanya yang masih terasa berat mengantuk di pagi hari. Bobot lengan kekar yang mendekapnya dari balik punggung membuatnya ingin beringsut bangkit dari ranjang. 'Lengan berbulu lebat ini seperti tidak asing. Tidak mungkin 'kan kalau pria di kamar VIP night club itu Morgan?' batin Celia ragu-ragu.Saat merasakan tubuh polos di sisinya bergerak-gerak, Morgan ikut terbangun. Dia menyapa Celia dengan suara beratnya yang agak serak, "Good morning, Darling. Apa kamu ingin ke toilet?""Uhm ... yes. Permisi sebentar!" Celia meloloskan dirinya dari lilitan lengan berotot itu lalu berdiri jengah ketika menyadari dirinya tak mengenakan apa pun di balik selimut.Mata Morgan yang berat langsung melebar berbinar-binar disuguhi pemandangan indah tubuh Celia yang berlekuk seksi. Ada yang ikut terbangun penuh semangat di bawah perutnya. Sementara Celia berlari terbirit-birit karena malu menuju kam
"Ohh Gosh! Panggilan tak terjawab dari papa banyak sekali sejak tadi malam. Aku pasti kena omel kali ini!" gumam Celia ketika memeriksa ponselnya setelah berdandan rapi dan berpakaian."Celia, breakfast is ready!" panggil Morgan nyaring dari dapur.Sebuah helaan napas lalu Celia berseru, "Coming, Morgan!" Dia menyimpan kembali handphone itu ke dalam tas tangan lalu melangkah di atas high heels menuju ke dapur.Chef tampan yang mengenakan kemeja tanpa dikancing dan celana boxer itu duduk di seberang kursi kosong untuk Celia. "Kuharap kau akan suka Yumurtali Pide buatanku!" ucap Morgan."Wow, ini makanan dari negara mana? Aku baru sekali melihatnya, Morgan," balas Celia seraya duduk manis di hadapan pria bercambang tipis itu."Dari Turki, menu ini biasanya disajikan di warung-warung pinggir jalan dan cita rasanya tak kalah lezat dari pizza Italia. Cobalah, Celia!" jawab Morga
"APA?! Duda beranak empat ... kau yakin tidak salah orang, Alfons?" seru Morgan di ruang kantornya.Sinar matahari musim dingin mengenai rambut cokelat keemasan Morgan dan membuat ketampanannya bertambah jelas sekalipun raut wajah pria berprofesi chef sekaligus CEO waralaba Tasty Guaranted Corporation sedang syok berat."Yes, Master Morgan. Saya tidak salah informasi karena menanyakan langsung ke bagian personalia rumah sakit tempat Dokter Mark Larson bekerja saat ini. Jarak usia keempat anak itu pun agaknya terlalu dekat. Bisa jadi mendiang istri beliau meninggal dunia karena kelelahan melahirkan!" Alfons Boudin menggaruk-garuk kepala dengan jengah."Ini tak bisa dibiarkan. Bagaimana Mister Arnold Richero tidak mengetahui sepak terjang calon suami Celia?" gerutu Morgan. Papa Celia terlalu gegabah bertindak dalam memutuskan calon suami putrinya.Alfons mengendikkan bahu lalu menyahut, "Bisa jad
"Wah ... mempelai wanitanya cantik sekali!" penata rias dari X Salon and Bridal memuji-muji penampilan Celia seusai didandani dan mengenakan gaun pengantin putih bermodel mermaid dress.Tubuh ramping Celia terbalut sempurna dengan rambut panjang bergelombang terurai di punggungnya. Dia cantik paripurna sore ini."Apa artinya kalau setelah Anda dandani dia hingga cantik lantas Celia kabur dari pernikahannya lagi seperti sebelumnya?" Esmeralda mendengkus sinis menatap adik tirinya. Dia tak suka make up artist profesional itu mengagumi Celia seperti tak pernah melihat wanita cantik saja."Ohh ... saya tidak tahu kalau sebelumnya Nona Celia Richero pernah kabur dari pernikahannya. Apakah mempelai pria sama atau berbeda dengan yang dahulu, Nona Esme?" sahut Irish Smith waswas."Beda. Semoga saja Celia bertobat dan tidak mencoba kabur kali ini. Uang pembayaran jasa Anda sudah kutransfer melalui
"Mark, kurasa udaranya begitu dingin dan aku ingin buang air kecil sekarang!" ujar Celia yang terdengar masuk akal.Calon suaminya mengerutkan kening disertai tatapan curiga lalu menjawab, "Kau tak berniat kabur dari pernikahan ini 'kan, Celia?""Kalau kau tidak mengizinkanku ke toilet, aku akan ngompol di tempat. Mana yang lebih baik?" tantang Celia. Dia yakin akan diizinkan oleh Mark."Ckk ... ya sudah, pergilah ke toilet. Dan cepat kembali karena acaranya sebentar lagi mulai!" Mark mengibaskan telapak tangannya dengan gusar.Celia menitipkan buket mawar putih di tangannya ke brides maid lalu meminta tas tangan kecil miliknya yang berisi handphone dan dompet. Dia bergegas masuk ke toilet berisi barang penyamaran yang telah dipersiapkan oleh Dave Sinclair.Bilik toilet wanita nomor dua menyimpan sebuah plastik kemasan warna hitam. Ada rambut palsu sebahu berwarna hitam leg
Suara sirine ambulans meraung-raung memasuki halaman depan rumah sakit. Mobil itu berhenti di depan poli IGD dan segera disambut beberapa tenaga paramedis.Dokter Alan Bowmann, presdir rumah sakit terkemuka di Kansas City baru saja akan memasuki mobil sedannya yang diparkir di tempat khusus dekat pintu masuk poli IGD. Dia mengurungkan niatnya pulang awal sore itu dan bergegas memeriksa kasus gawat darurat apa yang dialami pasien baru tersebut."Hahh, kau—Emilia Pilscher?!" Matanya melebar melihat wajah rusak terbakar zat kimia itu. Dokter Alan masih bisa mengenali sepasang mata hijau zamrud yang meminta tolong di hadapannya.Perawat poli IGD bertanya ke Dokter Alan Bowmann, "Dok, apa Anda mengenal pasien?""Dia pasienku beberapa hari yang lalu. Biarkan aku saja yang memeriksa kondisi Emilia!" seru panik dokter spesialis penyakit dalam itu seraya menyusul paramedis yang mendorong brankar masuk ke poli IGD.Segera Dokter Alan mengenakan kembali jas kerja warna putih miliknya lalu memeri
"Kondisimu sudah pulih seperti sedia kala, Emilia. Siang ini mobil dari penjara akan menjemputmu. Kuharap tak ada cedera berbahaya lagi yang akan kau terima di dalam rumah tahanan!" ujar Dokter Alan Bowmann ketika dia melakukan pemeriksaan untuk terakhir kalinya atas diri Emilia Pilscher.Wanita itu mengangguk ragu-ragu. "Semoga segalanya akan baik-baik saja sekembalinya aku ke penjara, Dok. Terima kasih telah menyelamatkan nyawaku kemarin!" balas Emilia. Dokter yang merawatnya itu berusia kisaran kepala empat, tebaknya. Masih terlihat awet muda dan mempesona."Jaga dirimu, Nona!" ucap Dokter Alan sebelum meninggalkan Emilia sendirian di ruang perawatan rumah sakit. Aura dingin dokter itu terasa kuat, Emilia pun hanya bisa terpaku menatap kepergiannya tanpa kata. Satu hal yang memenuhi benaknya saat ini justru cekaman ketakutan kembali ke sarang macan. Wanita-wanita pembencinya bertambah ganas saja semenjak John Barlow dipindahkan dari penjara Kansas City.Tepat tengah hari beberapa
"Emmy ... Emmy!" panggil Lily dengan suara panik. Dia menghampiri tempat Emilia membersihkan rumput halaman luar penjara."Ada apa, Lily?" tanya Emilia dengan alis berkerut penasaran menatap teman dekat satu sel tahanannya itu."Apa kau sudah mendengar bahwa John Barlow dipindahkan dari penjara ini ke Rikers Island?" tanya Lily dengan mata membulat penuh antisipasi.Kepala Emilia menggeleng dengan wajah cemas. Dia kuatir setelah kepergian John, dirinya akan kembali mengalami penganiayaan di dalam penjara wanita. "Lily, ini mengerikan. Kuharap kau tidak akan meninggalkan aku juga!" cicitnya.Dengan helaan napas berat Lily merangkul bahu Emilia. Mereka memang sangat dekat bertiga dengan Anne saja karena Zelda berubah memusuhi Emilia dan lebih banyak menyendiri dalam sel tahanan.Belum juga mereka berdua berbicara lebih banyak, Katlin Rookie dan Alma Alvarez membawa kroco-kroconya mendatangi Emilia."Hey, Wanita Jalang! Sekarang malaikat pelindungmu telah pergi, siapa yang akan membelamu
"Kate, aku masih dendam kepada Emilia Pilscher! Apa kau ada ide cemerlang untuk membalas dengan telak semua perlakuan buruk dari Don Barlow karena pengeroyokan Emilia tempo hari?" ujar Alma Alvarez di kebun belakang penjara saat jam bebas.Katlin Rookie yang mengalami berkali-kali perlakuan buruk dari mantan kekasihnya sekaligus penguasa prodeo Kansas City itu menatap ke pintu terowongan rahasia yang bermuara ke back yard rumah John."Hmm ... kau lihat pintu besi yang selalu terkunci rapat itu, Alma?" ucapnya menunjuk ke satu titik. Kepala wanita berambut hitam kumal karena jarang dicuci tersebut menoleh dengan alis terangkat sebelah. "Yap, kenapa?" sahut Alma."Don Barlow sering keluar masuk penjara ke dunia luar dari pintu itu. Kalau kau bisa membujuk sipir atau petinggi penjara untuk menciduk pria itu saat di luar, maka riwayatnya di penjara ini akan tamat. Kemungkinan besar John akan dipindah ke penjara lain dengan sistem keamanan yang lebih ketat. Dan ... itu hukuman yang paling
"Laut Aegea di bawah sana begitu biru, Jeff. Aku tak sabar untuk segera menginjakkan kakiku ke Bandara Thira!" seru Esmeralda sembari memandangi lautan dengan sebentuk daratan yang tak lain adalah negara Yunani.Jeffrey Norton ikut tersenyum senang mendengar antusiasme Esmeralda. Mereka memang melewatkan Italia dan langsung terbang ke Santorini, Yunani. Dia tidak keberatan asalkan istrinya bahagia. "Aku sudah melakukan reservasi villa mewah yang pemandangan kamarnya langsung ke Kaldera dan Laut Aegea, Esme. Kau pasti sangat menyukainya!" ujar Jeff. Esmeralda mengangguk-angguk penuh semangat. Booklet wisata di Santorini yang dia miliki di kamarnya di kediaman Richero kini bisa didatangi bersama pria istimewa yang tercinta. Tak sampai setengah jam pesawat Ryan Air yang mereka tumpangi mendarat dengan mulus di landasan Bandara Thira. Pramugari memberi arahan untuk penumpang turun satu per satu dengan tertib. Jeff mengambil koper bersama Esmeralda di kargo pengambilan barang penumpang
"Taman bunga Keukenhoff ini sangat luas, Jeff. Apa dulu kau sering berkunjung ke mari?" tanya Esmeralda sembari berjalan-jalan di antara rumpun bunga tulip beraneka warna. Memang tidak semua tanaman berbunga karena bukan musim semi saat ini."Tidak sering, aku banyak berada di Swiss dibanding berkunjung ke Belanda!" jawab Jeffrey Norton. Dia berjongkok lalu memetik beberapa tangkai bunga tulip berwarna ungu yang menurutnya tidak biasa ditemui. Dia mengikat beberapa bunga hasil perburuannya lalu menyerahkan ke Esmeralda sembari berlutut, "Untuk Ratuku yang paling mempesona!" Esmeralda tersenyum dengan rona merah muda di wajahnya. "Terima kasih, Jeff. Kau pria yang sangat manis! Bunga tulip ungu baru sekali aku melihatnya, apa benar boleh dipetik?" ujarnya."Taman bunga ini salah satu taman terluas di dunia. Tidak masalah bila memetik beberapa tangkai bunga nasional Belanda ini, Darling. Ayo kita lanjutkan jalan-jalannya!" ajak Jeff, dia menghirup udara segar di pagi hari menjelang sia
"Hello, Celia. Apa sudah siap pulang ke rumah?" Morgan melangkah masuk ke ruang kerja istrinya. Di luar kaca jendela ruangan vice CEO, langit mulai gelap.Celia merapikan barang pribadinya ke tas kerja lalu bangkit dari kursi. Dia menerima pelukan dan ciuman Morgan. "Hai, Hubby. Iya, hari yang melelahkan!" jawabnya lalu melangkah meninggalkan ruangan kantor menuju lift sembari menggandeng lengan suaminya.Karena Celia tidak menyinggung tentang acara memasak live show tadi pagi, Morgan lega. Dia lalu berbicara di dalam lift yang melaju turun, "Baby, kalau kita diminta dalam satu frame acara live show cooking, apa kamu bersedia?" Awalnya Celia mengerutkan keningnya, dia seolah-olah tak percaya lalu bertanya, "Apa kamu serius atau sekadar bercanda, Morgan?" "Serius, produser acara stasiun TV K-Star tadi meminta langsung kepadaku untuk mengajak serta kamu dalam acara memasak yang biasanya!" jawab Morgan lalu melangkah keluar di lantai lobi ketika lift terbuka pintunya."Baiklah, kenapa
"Pagi ini kita kedatangan tamu yaitu Annabella Stewart, please welcome!" seru Morgan sebagai host acara memasak di stasiun TV lokal K-Star. Seorang penyanyi asal Kansas City yang sedang naik daun dan lagu-lagunya menjadi top hits playlist radio itu memasuki studio sembari melambaikan tangan. Wanita berusia 27 tahun itu berjabat tangan dengan Chef Morgan dan mengecup pipi pria tampan bermata biru tersebut.Sedikit terkejut, tetapi Morgan berusaha menanggapi dengan biasa saja. "Jadi di kesempatan kali ini Bella akan menemaniku memasak Salmon Creamy Sauce with Potatoes and Asparagus dengan karbohidrat berupa Spagetti Aglio Olio. Mari kita mulai saja!" tutur Morgan memandu acara memasak yang menjadi top rating live show beberapa minggu terakhir ini di Kansas.Annabella pun menyahut, "Apa yang bisa saya bantu, Chef Morgan yang tampan?" "Apa kamu bisa memotong batang keras asparagus ini, Bella?" tanya Morgan mencoba memberi tugas yang menurutny mudah."Okay, akan kulakukan!" sahut Annabel
Seusai sarapan pagi di ruang makan yang hidangannya disiapkan oleh koki pegawai villa tersebut. Jeff dan Esmeralda memanggil taksi untuk mengantarkan mereka ke Chateau de Chillon. Obyek wisata bersejarah di Swiss yang berupa kastil bangsawan dengan tiga periode kepemilikan. Yang pertama adalah era Savoy pada abad 12 sampai 16 dengan kepemimpinan Counts of Savoy. Disusul era Bernese dan Vaudois.Pemandangan langsung di tepi Danau Jenewa membuat wisatawan yang mencari ketenangan dan melakukan refreshing menikmati kunjungan ke kastil kuno tersebut. Lokasinya yang berada di antara jalur menuju Pegunungan Alpen menjadikan tempat itu sayang untuk dilewatkan.Jeff membantu Esmeralda menapaki tangga batu melingkar di Chateau de Chillon. Ada banyak ruangan yang menyiratkan kejayaan era bangsawan dan menara tinggi di sudut-sudut kastil. Penjara bekas peninggalan Savoy pun masih bisa dilihat. Dari jendela menara tinggi yang terbuka, mereka memandangi Danau Jenewa yang terbentang luas dan latar b