"Hmm ... dia pasti ke toilet. Aku akan menunggumu di sana saja dan menyeretmu ke hadapan papamu, Celia. Lihat saja!" gumam pria berjas biru itu sembari melangkah menuju ke toilet wanita.
Celia buang air kecil dan memperbaiki riasan wajahnya di depan cermin wastafel. Dia tak tahu bahwa kehadirannya di sebuah pesta yang diselenggarakan di New York akan mempertemukannya dengan papanya lagi. Celia keluar dari toilet untuk kembali ke pesta bersama Morgan. Namun, tanpa diduga ...
"Apa kamu sudah selesai?" tanya Morgan seraya menyerahkan lengannya untuk digandeng Celia.
Dengan santai Celia melingkarkan tangannya ke lengan kokoh pria itu dan hendak melangkah kembali ke tengah pesta. Tiba-tiba pergelangan tangan kirinya ditarik hingga dia tersentak ke belakang. Baik Celia maupun Morgan sama terkejutnya.
Mata ungu itu terbelalak melihat siapa yang menarik tangannya barusan. "Austin?!" seru Celia panik. Kakak i
"Celia, apa kesibukanmu sekarang?" tanya Joel Falcon yang ingin mengenal putri bungsu keluarga Richero lebih dekat lagi."Aku tidak punya pekerjaan resmi. Setelah lulus kuliah dengan gelar master bisnis dari kampus, aku malah menjadi penganguran banyak acara!" canda Celia tanpa merasa malu karena baginya itu kenyataan. Joel Falcon ikut tertawa dan menikmati obrolan ringannya bersama Celia selama pesta masih berlangsung dengan meriah. Keluarga Falcon menggelontorkan banyak dana untuk pesta high class merayakan pernikahan pewaris utama legacy tambang minyak lepas pantai. Semua sibuk dengan minat mereka masing-masing."Jadi kau tinggal bersama keluargamu di Kansas, ya?" tanya Joel lagi. Dia memikirkan cara untuk mendekati Celia karena dirinya berdomisili di New York, sekalipun dia juga sering melakukan perjalanan bisnis ke negara bagian Amerika Serikat lainnya."Ya. Kenapa?" jawab Celia singkat. Dia mengedarkan pandangannya dengan hati-hati mencari sosok Morgan. Rasanya tak enak saja ka
"Apa yang ingin kau tanyakan, Celia?" Morgan mendengarkan dengan seksama penuturan Celia mengenai isi perbincangannya tadi bersama Joel Falcon."Bagaimana menurutmu tawaran dari Joel?" tanya Celia di akhir ceritanya.Morgan berdehem sebelum menjawab, "Jangan ikuti kehendak Joel Falcon, dia menawarimu pekerjaan di perusahaannya karena ada tujuan khusus. Kalau dia yang jadi bosmu, maka kau harus menuruti semua perintahnya, Celia. Aku kuatir dia akan memanfaatkan kesempatan untuk melakukan hal yang tidak baik atasmu!" "Nah, itu dia. Aku tak ingin terjadi hal berbahaya seperti pelecehan seksual dari bosku di kantor. Joel menaruh perhatian lebih kepadaku, Morgan. Itu sedari awal membuat situasi menjadi tak nyaman!" sahut Celia setuju dengan pendapat Morgan. "Begini saja, akan kukenalkan dengan kolegaku yang memang aku tahu bisa bekerja secara profesional di kantor. Apa kamu mau, Celia?" usul Morgan.Celia langsung mengangguk-anggukkan kepalanya. "Terima kasih, Morgan. Setidaknya aku memi
"Halo, Alfons. Aku ingin kau atur agar Celia bisa bekerja menjadi karyawati perusahaanku cabang New York. Tempatkan dia sesuai keahliannya, mungkin kau butuh tambahan tenaga baru di bagian pemasaran atau apa?" titah Morgan melalui telepon di balkon kamar hotel saat Celia masih tertidur pagi itu."Baik, Master Morgan. Apa Anda akan berkantor di New York juga untuk sementara?" tanya Alfons Boudin, asisten kepercayaan Morgan."Tidak bisa, Alfons. Aku tak ingin Celia tahu bahwa perusahaan Tasty Guaranted itu milikku. Aku sudah mengatakan bahwa dia akan kutempatkan di perusahaan kolegaku. Semua karyawan mengenaliku kalau aku masuk kantor di New York!" jawab Morgan.Alfons pun mengerti lalu berjanji mengatur pekerjaan Celia sesuai keinginan bosnya. Dia menanyakan alamat email Celia untuk memberikan panggilan pekerjaan secara resmi. "Oya, Sir. Anda ada pekerjaan di Washington DC lusa. Apa perlu saya pesankan pesawat besok?" tanya Alfons sebelum mengakhiri telepon."Ohh ... aku hampir lupa. Y
"Ohh ... kami hanya berteman saja, Liz!" jawab Celia dengan cuek. Dia tak ingin membuat situasi di antara mereka bertiga menjadi canggung.Morgan menghela napas, tadinya dia berharap Celia akan mengaku sebagai pacarnya saja. Elizabeth masih mencintainya, sedangkan dia telah menganggap masa lalu beserta kenangan pahit manisnya cinta itu selesai."Okay, jadi kalian ingin minum apa? Biar barista cafe-ku yang membuatkan pesanan kalian sementara kita mengobrol!" Tatapan mata hijau berbulu mata lentik itu tertuju ke Morgan yang justru memperhatikan suasana Stars and Moon cafe and bakery yang cukup ramai pengunjung."Iced Caramel Macchiato saja!" pilih Celia. Dia memergoki Elizabeth sedang memandangi Morgan tanpa berkedip dengan mata berbinar penuh arti, rindu atau masih cinta? Celia menebak-nebak dalam hatinya.Setelah mendengar minuman yang dipilih Celia, maka Morgan ikut memesan, "Aku ingin Iced Spanish Latte. Sepertinya tubuhku butuh asupan Vitamin D dan potasium untuk menurunkan tekanan
Central Park Zoo tidak seramai di akhir pekan atau hari libur, tetapi tetap buka untuk pengunjung di jam operasional seperti biasa setiap hari. Morgan bergandengan tangan dengan Celia melihat-lihat aneka satwa menarik yang menjadi penghuni kebun binatang di sana.Kebun binatang di kota New York itu memiliki luas lahan 6.5 hektar. Letaknya di sebelah tenggara Central Park. Morgan melihat peta lokasi tempat kandang-kandang alami satwa yang ada di kebun binatang itu."Kau akan kelelahan kalau memutari seisi kebun binatang ini, Celia. Hewan apa saja yang ingin kau lihat di sini?" ujar Morgan sambil mempelajari rute di peta yang ada di flyer. Mereka berdua duduk di salah satu bangku taman yang terbuat dari semen."Aku ingin melihat panda, harimau, singa, burung-burung, dan mengunjungi akuarium, Morgan!" jawab Celia sembari ikut melihat peta kebun binatang."Okay, aku akan coba untuk melewati sesuai
"Halo, Celia. Ini Joel Falcon. Kapan kau akan datang ke kantorku? Aku memiliki posisi bagus untukmu di perusahaan!" tanya pria yang sempat ditemui Celia di pesta Michael Falcon dua hari lalu."Halo, Joel. Sepertinya aku tidak bisa menerima tawaranmu. Temanku sudah mencarikan pekerjaan di New York dan besok aku akan masuk kantor mulai bekerja di sana!" jawab Celia tanpa merasa sungkan. Dia memang tak ingin berada di bawah kekuasaan pria otoriter seperti Joel yang terang-terangan menginginkannya.Morgan yang duduk di bangku ruang tunggu Bandara John F. Kennedy hanya mendengarkan perbincangan Celia dan Joel melalui loud speaker. Dia lebih tenang meninggalkan wanita itu di kantor perusahaan miliknya sendiri."Ohh ... di mana kau akan bekerja, Celia?" Suara Joel perpaduan antara terkejut dan juga tak senang."Di Tasty Guaranted, bagian pemasaran jasa boga," jawab Celia biasa saja. "Hmm ... itu perusahaan yang punya reputasi bagus. Kakakku juga sering memakai jasanya untuk mengurus makanan
"Alfons, kau harus jaga Celia baik-baik di perusahaan kita cabang New York. Jangan sampai ada karyawan senior yang menyulitkan Celia saat dia bekerja. Apa kau mengerti?" titah Morgan melalui telepon. Dia sangat sibuk memimpin pekerjaan timnya di kedutaan besar Amerika Serikat. "Baik, Master Morgan. Anda tak perlu kuatir. Nona Celia sudah mulai bekerja di bawah divisi pemasaran Rachel Warren. Dia ikut mengisi stand perusahaan Tasty Guaranted di Wedding Expo yang diadakan di mall Hudson Yards. Identitas Nona Celia hanya diketahui orang-orang penting dengan jabatan tinggi saja di kantor!" jawab Alfons Boudin sigap.Morgan percaya dengan kinerja asisten pribadinya yang serba bisa itu. "Okay, hubungi aku langsung kalau ada hal penting terkait Celia. Bye, Alfons!" ujarnya sebelum mengakhiri telepon. Jamuan makan petinggi pemerintahan dan delegasi negara-negara Eropa yang bertemu membicarakan kerja sama ekonomi dua benua itu diselenggarakan pada siang hari dan malam hari di gedung kedutaan
Joel Falcon berulang kali memeriksa jam tangannya di meja makan Emerald Sky Lounge. Jadwal kencan makan malamnya bersama Celia Richero seharusnya pukul 19.00, sekarang sudah tiga puluh menit berlalu dan wanita bermata ungu itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya."Sepertinya harus kutelepon dia! Ckk ... aku tak pernah harus menunggu seseorang seumur hidupku sebelumnya. Berani sekali dia begini!" gerutu Joel lalu meraih ponsel di meja.Nada sambung berbunyi beberapa kali dan tak kunjung dijawab. Namun, Joel bersikeras terus menelepon Celia berulang kali sampai panggilannya diangkat. "Hello, Little Girl. Aku menunggumu di sini sampai berlumut. Kenapa kau tak kunjung muncul di tempat janji makan malam kita?" ujar Joel dengan amarah yang terkekang kuat."Hoamph ... aduh, aku ketiduran tadi. Ini masih di apartemenku. Makanlah duluan, Joel. Ini sudah malam, nanti kau kena maag!" jawab Celia dengan suara khas orang bangun tidur.Joel melotot menahan emosinya yang sudah memuncak karena C
"Kau kenapa, Morgan?!" seru Elizabeth berpura-pura panik. Dia lalu berteriak meminta tolong ke pegawai bar and lounge hotel agar membantunya memapah Morgan ke lift untuk kembali ke kamarnya.Rencana Elizabeth nampaknya berjalan mulus. Mata chef tampan itu nyaris terpejam tak fokus lagi melihat sekelilingnya, badan kekarnya limbung ditopang oleh dua waiter di dalam lift."Ada apa dengan tuan ini, Nona? Apakah Anda istri atau kekasihnya?" tanya salah satu waiter bernama Ronny."Dia terlalu lelah beraktivitas dan tadi minum-minum sedikit. Aku istrinya!" jawab Elizabeth berakting begitu meyakinkan.Akhirnya, kedua waiter itu membawa Morgan ke kamar Elizabeth dan membaringkannya di atas tempat tidur. Dengan segera Elizabeth memberikan tip untuk mereka lalu berterima kasih. Dia langsung mengunci pintu kamar lalu berjingkat-jingkat menghampiri mantan kekasihnya itu. "Morgan Darling, apa kau mendengarku?" ucap Elizabeth sembari membelai wajah pria itu. Peluh Morgan bercucuran di dahinya, di
Morgan semakin merindukan Celia setelah telepon mereka berakhir. Dia menghela napas lalu mengisi daya ponsel di nakas samping tempat tidur. Masih lusa barulah dia bisa kembali ke Kansas. Pekerjaan memasak di Gedung Putih tidak bisa diwakilkan bila tidak dalam keadaan sangat terpaksa karena menyangkut reputasi bisnis jasa boga Tasty Guaranted yang dia besarkan dari nol.Malam bergulir lambat menuju pagi, alarm di handphone Morgan meraung-raung berusaha membangunkan chef tampan yang masih membenamkan wajahnya di bantal. "Huhh ... cepat sekali pagi tiba!" gumam Morgan seraya meraih benda pipih yang terus berisik memekakkan telinganya.Dia menatap angka jam di layar ponsel lalu menyeret tubuhnya ke bawah shower. Air dingin menjadi opsi terbaik agar sel-sel sarafnya dapat tersegarkan setelah terlelap semalaman.Pikiran Morgan terbagi antara pekerjaan dapur yang akan dikerjakannya di The White House dan istrinya. Dia sangat ri
"Creamy Mushroom Black Pepper Salmon with Spinach apa sudah siap?" seru Morgan di tengah dapur Gedung Putih yang hectic dengan suara alat masak berbunyi bergantian bak orchestra.Chef Eugene Botswa yang terbiasa menjadi asisten executive chef menyahut, "Ready, Chef!""Minta pelayan mengeluarkan kereta hidangan salmon setelah ini kita fokus ke dessert sebagai penutup makan malam tamu Mister President!" ujar Morgan sembari memeriksa progres Tres Leches Cake atau yang dikenal dengan nama Dulce De Tres Leches, dessert lezat berupa kue bolu ringan yang direndam dalam tiga campuran susu manis dengan topping whipcream dan stroberi segar. Kue dingin ini terkenal di Mexico dan Amerika.Aroma manis susu menguar di dalam dapur dan menerbitkan air liur bagi siapa pun yang menciumnya. Kepiawaian Morgan sebagai executive chef tak diragukan oleh kru dapurnya. Pilihan menu darinya tak pernah monoton dan selalu extraordinary
Hurricane Restoran. Papan nama berhias lampu neon terang mengelilingi tulisan berwarna merah keemasan yang menyiratkan kemewahan itu menyambut mobil-mobil para pengunjung yang berhenti menurunkan penumpang. John memarkir sendiri mobilnya dan menolak jasa vallet parking usai menurunkan Emilia Pilscher di depan pintu masuk restoran. Alasannya agak jika terjadi sesuatu tak terduga, dia dapat langsung kabur dengan mobil miliknya karena tahu di mana lokasi terparkir.Sesaat menunggu John bergabung dengannya di depan pintu restoran menyisakan ketegangan di wajah Emilia. Dari kaca pintu restoran dia melihat keluarga Richero ditemani seorang pria muda perlente duduk mengelilingi meja makan bundar. Mereka tertawa riang sembari berbincang seru.'Ahh sialan! Bagaimana bisa restoran yang dimiliki kolega John juga dipilih sebagai tempat keluarga laknat itu makan malam?!' gerutu Emilia sambil mengamati rombongan kecil itu dari depan pintu restoran.John menghampiri wanita itu dan menepuk bahunya.
"Wow, Emmy kau sangat beruntung dipuja oleh sang penguasa penjara!" sanjung Anne yang melihat koleksi perawatan tubuh dan juga kosmetik yang dimiliki teman satu sel tahanannya itu.Lilly pun menimpali, "Rambutmu yang dipangkas cepak oleh Katlin Rookie juga sudah tumbuh makin panjang berkat shampo dan krim yang diberikan oleh John Barlow!"Senyuman sombong terukir di bibir Emilia Pilscher, dia memang bak seorang ratu kecil di penjara wanita Kansas City saat ini melengserkan posisi Katlin Rookie. Wanita malang sok hebat itu mengalami depresi berat akibat pembalasan dari John tempo hari karena memimpin pengeroyokan serta penganiayaan atas dirinya.Katlin kini dijauhi oleh seisi penjara wanita, terkadang senior juga membully dia seenak perut mereka. Tak ada lagi bekingan dari John Barlow yang membuat narapidana berkepala plontos itu mengangkat dagunya arogan di hadapan penghuni penjara lainnya."Aku mema
"Peter, pulanglah duluan ke rumah. Petang ini aku akan diantarkan oleh Dokter Jeffrey Norton!" titah Esmeralda kepada sopir yang menjemputnya di depan pintu keluar Richero Center Building.Dokter tampan itu memang belum tiba di tempat kerja Esmeralda, lalu lintas sore pada jam pulang kantor selalu macet. Maka Esmeralda duduk menunggu di coffee shop yang ada di lantai lobi. Dia memesan segelas Iced Caramel Machiato untuknya dan Caffe Americano untuk Dokter Jeff sembari memeriksa ponselnya.Nampaknya Celia sudah pulang dari perjalanan bulan madu panjangnya bersama Morgan sore ini, Esmeralda mendapat pesan dari papanya. Sejenak memang Esme pernah merasa tertarik dengan Morgan Bradburry. Chef itu sangat tampan dan berkharisma, wanita mana yang tidak jatuh hati. Akan tetapi, hubungannya dengan Celia semakin membaik pasca Emilia Pilscher dijatuhi vonis pidana. Esmeralda memupus rasa suka yang berlebihan di hatinya.Saat dia se
Pesawat yang membawa rombongan kecil itu kembali ke Kansas seusai liburan bulan madu Celia bersama Morgan. Penerbangan dari Asia Tenggara itu menuju Amerika Serikat menghabiskan waktu seharian."Hubby, apa kau tidak kelelahan? Sesampainya di Kansas, kamu harus segera berangkat ke Washington!" ujar Celia cemas. Dia sendiri merasakan badannya begitu letih dan mulai jetlag."Memang pasti melelahkan, tetapi aku harus menjalani pekerjaan itu, Sayang. Yang terpenting, selama kutinggalkan ke luar kota, kamu jaga diri baik-baik ya!" pesan Morgan. Dia tetap akan menempatkan pengawal menjaga Celia, tetapi istrinya juga harus berhati-hati."Iya. Aku janji akan jaga diri baik-baik selama kamu pergi bekerja. Dan tolong beri kabar sesering yang kau bisa selama berada di Washington. Aku pencemburu bila menyangkut pria yang kucintai, ada Elizabeth di sana bersamamu. Sebenarnya aku kurang suka!" Celia mengungkapkan keberatannya, te
"Okay, jadi apa malam ini aku boleh tidur sambil memeluk tubuhmu, Celia?" tanya Morgan seusai mereka menghabiskan menu makan malam berdua.Celia bangkit dari kursinya tanpa menjawab pertanyaan suaminya. Dia memang sengaja menguji kesabaran Morgan. Tak biasanya Celia bersikap tidak sopan dan acuh begitu kepada orang yang disayanginya. Namun, dia masih belum bisa meredakan api amarah di hatinya.Tiba-tiba kakinya terangkat dari permukaan lantai kamar hotel dan tubuhnya mendarat di dekapan Morgan. "Kau ini membuatku terkena serangan jantung! Apa maumu sih?" omel Celia memukuli dada suaminya."Aku ingin menerkam istriku yang menggemaskan ini!" jawab Morgan sembari terkekeh. Dia langsung membawa Celia menuju ke ranjang dan mengecupi ceruk lehernya yang harum. "Arhh ... hentikan, Morgan!" protes Celia. Namun, bibirnya segera menjadi bulan-bulanan pria yang teramat bergairah mencumbunya. 'Ckk ... dia ini! Aku masih kesal karena kebohongannya ... aakh tapi tubuhku mengkhianatiku!' batin Celi
"TING TONG." Suara bel kamar yang ditekan dari luar berbunyi nyaring memupus keheningan di dalam kamar presidential suite yang dihuni oleh pasangan yang tengah berbulan madu itu.Langkah kaki Morgan terasa berat, itu room service yang mengantarkan menu makan malam pesanannya tadi. Dia juga memesan untuk Celia, tetapi istrinya terdiam di ranjang pura-pura tidur mengabaikannya."Permisi, Sir. Saya mengantarkan menu pesanan Anda!" ucap pemuda berkebangsaan Vietnam bermata monolid bermanik hitam itu seraya mendorong kereta susun tiga."Hidangkan di meja dengan rapi!" sahut Morgan. Dia berdiri di tepi pintu mengawasi pegawai room service hotel itu.Setelah pemuda itu pergi, Morgan menutup pintu lalu menghampiri tempat tidur di sisi istrinya berbaring. "Kamu pasti lapar, bukan? Jangan menyiksa diri kalaupun kamu marah kepadaku, Celia!""Kenapa tidak kau biarkan saja aku mati, Morgan? A