Mata Ajeng seketika terbelalak, kabar yang baru saja disampaikan oleh pihak kepolisian sangat mengejutkan. Heru mengaku telah memperkosa Laila, itu artinya ....
Seketika pandangan Ajeng gelap dan tubuhnya ambruk ke lantai.
"Mama!!" teriak Laila yang kebetulan kekuar dari kamarnya.
"Mama," ulangnya sambil mengguncang tubuh Ajeng.
"Kak Aris, tolong Mama!" teriak Laila lagi.
Mendengar teriakan Laila, Lintang keluar dari kamarnya
"Mama? Mama kenapa, Ma? Bangun, Ma!" pekiknya setelah melihat mamanya tergeletak di lantai.
"Tolong!"
"Tolong!"
Teriak Lintang dan Laila bersamaan. Aris yang mendengar adik dan istrinya berteriak, tergesa-gesa keluar dari kamar.
"Ada apa?"
"Mama pingsan, kak!" jawab Lintang.
"Ya ampun, Mama! Kenapa bisa begini?"
"Nggak tahu, aku tadi mendengar Laila teriak. Begitu keluar kamar Mama sudah seperti ini," jawab Lintang.
*Ajeng sudah siuman, dia melihat ke arah kedua anaknya yang baru saja masuk ke dalam kamar. Keduanya nampak ragu terutama Aris dia tidak berani menatap Mamanya."Alhamdulillah, Mama sudah sadar," ucap Lintang sambil mendekati ranjang tempat Mamanya berbaring.Ajeng tidak menjawab, meski jelas ada perasaan lega dari wajah anak-anaknya. Juga ada was-was seiring langkah mereka yang semakin dekat dengan Mamanya."Mama .... " sapa Aris ragu, dia tahu Mama pasti marah dengan apa yang sudah terjadi kepadanya."Aris minta maaf, Ma.""Mama sangat kecewa sama kamu, Ris. Kenapa kamu tidak jujur dari awal dan kenapa kamu diam saja diperlakukan seperti ini, Ris?" Mama terdengar geram. Dadanya naik turun menahan amarah.Aris diam, bingung harus bicara apa kepada Mama. Seiring waktu dia bisa menerima Laila dan mulai jatuh cinta kepada gadis itu. Ketakutannya sekarang, bagaimana kalau Mama meminta dia meninggalkan gadis yang dia sayangi itu.
"Alhamdulillah, kamu sudah sadar, Ma," ucap Papanya Aris ketika Ajeng menghubunginya."Iya, Pa. Tadi Mama shock banget. Papa kok tahu Mama pingsan?""Lintang yang memberi tahu. Papa juga tadi sempat nggak konsentrasi kerja. Memangnya ada kabar apa sampai Mama pingsan seperti itu?"Ajeng kemudian menceritakan berita yang disampaikan oleh pihak kepolisian tentang kasus perkosaan terhadap Laila."Jadi bukan anak kita pelakunya?""Jelas bukan, Pa. Aris itu hanya apes saja. Terpaksa harus menanggung kesalahan orang lain.""Mama tenang, ya. Aku pulang setelah ini. Nanti kita bahas lagi di rumah.""Iya, Pa, Mama tunggu. Hati-hati di jalan.Setelah berkemas Papanya Aris segera pulang. Dia tak menyangka pernikahan Aris akan berujung masalah yang sangat pelik.'Ini benar-benar musibah bagi Aris dan keluargaku. Karena Aris harus mempertanggung jawabkan perbuatan jahat orang lain. Kesalahan yang sama sekali tidak pernah dia lakukan.
utusan WargaAris berjalan ke arah pintu depan. Sementara Laila mengikuti dari sampingnya. Tangannya mencengkram kuat baju Aris."Hati-hati, kak," bisiknya pelan dan hanya dijawab anggukan oleh Aris.Tidak langsung membuka pintu, Aris menyibak gorden sedikit untuk mengintip keadaan di luar. Nampak seorang pria berjaket tengah membelakangi pintu. Aris menautkan alis begitu pun Laila.Perlahan Aris memutar kunci dan membuka pintu sedikit. Begitu mendengar pintu terbuka pria berjaket itu membalikkan badannya."Ayah!?" seru keduanya."Laila, Aris?! Kalian ada di sini?""I-iya, Yah," jawab Laila heran karena melihat ekspresi wajah pria di hadapannya yang kelihatan berbinar mengetahui dia berada di rumah Bundanya, padahal itu hal yang sangat wajar bukan?"Eum, maaf. Ayah datang malam-malam karena ada hal penting," ucap pria itu yang tak lain adalah Aji."Masuk dulu, Yah!" Aris mempersilahkan Ayah mertuanya m
"Maaf, Anda siapa?" tanya kepala dusun ketika melihat seseorang yang tiba-tiba hadir dan ingin bersaksi."Iya, bahkan kami tidak mengenal kamu, bagiamana kami bisa mempercayai kesaksianmu?" seru salah satu warga. Yang disusul oleh anggukan warga lainnya."Saya menantu Bu Rani, suami dari Laila," jawab pemuda itu yang tak lain adalah Aris.Laila dan Aris terbangun ketika mendengar suara ribut-ribut dari depan. Tapi karena mereka perlu membenahi penampilan mereka dulu, ketika sampai di depan, warga sudah pergi membawa Rani dan Aji."Suami Laila? Jangan ngarang kamu! Laila itu belum menikah, dia masih sekolah.""Benar, ini adalah Aris menantu saya, suaminya Laila." Rani ikut menimpali."Bagaimana bisa mereka menikah? Sedangkan Laila masih sekolah." Pak Kadus menautkan alisnya sambil memandang inten ke arah Laila dan Aris yang berdiri berdampingan."Mereka menikah secara agama, karena Laila bersekolah di kota jauh dari pengawasan sa
"Mama sama Papa apa-apaan sih? Kok bisik-bisik kayak orang pacaran saja?" Lintang tiba-tiba datang dan mengagetkanku kedua orang tuanya yang sedang berbisik-bisik."Kamu ini, bikin Mama kaget saja!" seru Ajeng sambil menepuk lengan anak gadisnya yang baru saja duduk di sampingnya."Papa, bisikkin apa sih, Ma? Kok kayak ada rahasia gitu." Lintang menggerutu."Nggak, kok, Mama sama Papa cuma lagi merencanakan sesuatu aja," jawab Ajeng."Tuh, kan, Lintang nggak dikasih tahu." Lintang makin mengerucutkan bibirnya."Tenang saja, sayang. Kamu pasti diberi tahu, kok. Mama lagi merencanakan untuk memisahkan kakakmu dari Laila.""Bener, Ma. Kak Aris memang harus dipisahkan dari Laila. Aku juga sekarang nggak suka sama Laila. Nggak ngerti juga, kok, Kak Aris kayak yang terhipnotis gitu. Keluarga kita itu keluarga baik-baik, kehadiran Laila hanya akan mencoreng nama baik saja.""Mama juga berpikir seperti itu, Nak. Keluarganya Lintang memiliki b
Mata Ajeng seketika terbelalak, kabar yang baru saja disampaikan oleh pihak kepolisian sangat mengejutkan. Heru mengaku telah memperkosa Laila, itu artinya ....Seketika pandangan Ajeng gelap dan tubuhnya ambruk ke lantai."Mama!!" teriak Laila yang kebetulan kekuar dari kamarnya."Mama," ulangnya sambil mengguncang tubuh Ajeng."Kak Aris, tolong Mama!" teriak Laila lagi.Mendengar teriakan Laila, Lintang keluar dari kamarnya"Mama? Mama kenapa, Ma? Bangun, Ma!" pekiknya setelah melihat mamanya tergeletak di lantai."Tolong!""Tolong!"Teriak Lintang dan Laila bersamaan. Aris yang mendengar adik dan istrinya berteriak, tergesa-gesa keluar dari kamar."Ada apa?""Mama pingsan, kak!" jawab Lintang."Ya ampun, Mama! Kenapa bisa begini?""Nggak tahu, aku tadi mendengar Laila teriak. Begitu keluar kamar Mama sudah seperti ini," jawab Lintang.Aris menoleh ke arah istrinya seakan minta jawaba
Di tempat yang agak jauh, pria yang tadi menemui pak Kadus nampak tersenyum puas sambil memegang ponselnya."Lapor boss, pemuda itu sudah meninggalkan rumah Rani." ucapnya sambil tersenyum miring. Matanya bergerak liar mengawasi sekitar khawatir ada yang melihat atau menguping aktivitasnya."Apakah gadis itu mencoba menghalangi?" tanya suara seorang laki-laki di ujung telepon."Dia tidak berani karena warga mengancam akan membakar rumah mereka kalau Aris tidak segera pergi.""Bagus, saya suka pekerjaan anda.""Apakah aku perlu membuat mereka lebih ketakutan lagi?" tanya pemuda yang tadi mengaku bernama Dino itu."Tidak perlu, untuk saat ini cukup. Aku hanya perlu anakku kembali, itu saja. Aku akan menghubungimu lagi kalau ada pekerjaan tambahan," jawab pria di seberang sana yang tak lain adalah Papanya Aris."Baiklah boss, saya tunggu transferan untuk sisa pembayarannya.""Oke, saya transfer sekarang."Panggilan berakhir
Aris menghela panjang sebelum dia berbicara. Dadanya terasa sesak, bagaimana ini pilihan yang sulit untuknya. Memilih satu diantara orang-orang yang dia sayangi. Antara orang tua dan kekasih hatinya."Aku menyayangi kalian semua, jujur saja ini adalah pilihan yang sulit. Tapi aku harus punya pilihan 'kan? Dan aku akan mempertahankan pernikahanku dengan Laila. Aku sudah terlanjur menikahinya jadi sudah menjadi kewajibanku untuk melindunginya.""Aris!? Apa kamu yakin dengan keputusanmu itu?" tanya Ajeng dengan suara tinggi."Maaf, Ma, kalau keputusanku ini menyakitkan untuk kalian. Tapi aku tidak punya pilihan lain selain bertahan." Aris menunduk."Mama kecewa, Ris. Mama nggak nyangka kamu akan lebih memilih Laila yang sudah fitnah kamu ketimbang memikirkan perasaan Mamamu ini." Ajeng mulai terisak."Mama justru harus bangga karena Aris bertanggung jawab .... ""Tanggung jawab apa? Tanggung jawab atas kesalahan yang tidak pernah kamu lakukan?"