Bab 20
Ravin sangat menikmati perjalanannya kali ini. Lelaki itu tengah asyik dengan ponsel, bertukar pesan dengan Rayna. Sesekali bibirnya mengukir sebuah senyuman.
"Bahagia sekali bosku. Mentang-mentang lagi serumah dengan kelinci kecilnya. Dapat berapa ronde tadi malam, Bos?" goda Bram. Lelaki itu mengambil alih kemudi demi melihat Ravin yang nampak bersemangat sekali pagi ini.
"Ronde apaan? Emangnya main tinju?" Mata Ravin melotot. "Kalau ngomong itu ya di saring dulu!"
Bram tertawa keras. "Kali aja Bos kangen dengan suasana lima tahun yang lalu."
Lelaki itu seketika tersenyum kecut. "Jangan tanya soal itu, Bram. Pasti kangen lah. Apalagi tadi malam kami hanya berdua di rumah. Aku pula yang menggendongnya ke kamar saat ia tertidur di bahuku."
Kep
Bab 21"Maaf, Bu. Kami hanya menjalankan tugas. Kami adalah pengawal pribadi tuan Ravin dan tugas kami sekarang adalah menjaga nona Rayna. Tuan Ravin tidak mengizinkan nona Rayna untuk bertemu dengan siapapun, terutama Anda, ibu mertuanya," tegas lelaki bertubuh kekar itu."Tuan Ravin?" sela Selvi. Mendadak dia teringat informasi yang baru saja didapatnya dari laman pencarian g****e. "Jadi benar Tuan kalian adalah pemilik Al-Fatih Mart?""Betul, Mbak. Tuan Ravin adalah pemilik Al-Fatih Mart," sahutnya."Tidak mungkin! Tidak mungkin pemilik Al-Fatih Mart mau dengan Rayna. Dia itu cuma gadis kampung. Kamu pasti hanya mengada-ngada!" jerit Widya. Matanya melotot. Kenyataan ini membuatnya shock."Bu, kami hanya
Bab 22 "Malam ini akupun menjadi milikmu, Ziyad," desahnya manja. Ghina yang sudah setengah mabuk meraih tubuh lelaki itu, mendekapnya dengan erat, menelusupkan wajahnya di dada bidang lelaki itu. Ziyad membalasnya dengan melayangkan ciuman bertubi-tubi ke wajah wanita itu. Dia menelusuri setiap inci pahatan indah ciptaan Tuhan dan mulai menyatukan tubuh mereka. Ghina mengerang lirih. Kenikmatan ini tiada tara saat milik Ziyad turun naik, keluar masuk melalui pintu surga di tubuhnya. Tubuhnya menggelinjang bak cacing kepanasan. Tubuhnya seperti melayang, merasakan hentakan demi hentakan yang siap mengirimnya mencapai puncak kenikmatan dalam bercinta. Sepanjang malam mereka melakukannya sampai akhirnya Ziyad ambruk di sisi Ghina. Ziyad menyeka keringat yang menetes di dahi wanita itu, mendekapnya kuat sembari berusaha mem
Bab 23Ravin terdiam. Benaknya kembali mengingat peristiwa lima tahun yang lalu.Perlahan lelaki itu menggeleng. "Kamu tidak tahu siapa aku. Akan tetapi yang jelas, aku tidak tega mendapati seorang wanita disakiti oleh suaminya, apalagi dia adalah karyawanku. Aku harus pastikan kondisi psikologis karyawanku dalam keadaan baik saat mereka bekerja....""Sampai segitunya... Apakah semua karyawan wanitamu mendapatkan perhatian yang sama? Ataukah hanya Rayna saja?" Wajah lelaki itu semakin memerah dengan senyum tersungging di bibirnya. Senyum yang menyeringai licik."Al-Fatih Mart itu memiliki puluhan ribu gerai minimarket di seluruh Indonesia, pun tidak sedikit karyawan wanitanya. Memangnya kamu sanggup memperhatikan semua karyawanmu satu demi satu, hah?!" Ucapan Ziyad begitu menohok."Begini saja Ziyad," ujar Ravin setelah dia berpikir beberapa menit.
Bab 24Diam-diam lelaki itu merasa bersalah. Pasti Rayna sudah salah paham dengan Ziyad. Dia menganggap Ziyad tak lagi memperdulikannya."Besok pagi aku akan mengantarmu ke rumah. Semoga setelah ini kamu bisa diperlakukan lebih baik oleh suami dan keluarganya,," ujar Ravin sembari mengerjapkan matanya.Sungguh berat bagi Ravin harus mengucapkan kata-kata itu. Dia sudah terlanjur nyaman dengan kehadiran Rayna selama dua hari ini di rumahnya. Seandainya menurutkan hati, ingin rasanya Ravin mengurung Rayna selamanya."Terima kasih untuk bantuanmu, Ravin.""Sama-sama. Kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi aku lagi ya.""Ya, Ravin." Perempuan itu tersenyum manis.Senyum semanis madu seketika membuat lelaki itu mengurungkan niatnya menyuap makanan ke mulutnya."Sayang sekali dia masih istri orang," keluh Ravin dalam hati.Kini dia hanya berharap semua rencananya bisa berjalan dengan baik.Mereka kembali melanjutkan makan. Ravin yang selesai lebih dulu lang
Bab 25"Iya, satu pembantu sudah cukup," angguk Rayna. Perempuan itu duduk di pinggir ranjang dan mulai melepaskan kain pelapis kepalanya."Kamu sudah sarapan?" tanyanya lagi.Rayna menggeleng. "Belum.""Di dapur masih ada roti buat sarapan. Nanti aku ambilkan. Untuk beberapa jam ke depan, jangan dulu keluar kamar ya, karena aku perlu waktu untuk menjelaskan kepada Mama soal kita," ujarnya.Lelaki itu melirik jam dinding kemudian melenggang pergi meninggalkan kamar itu.Rayna tersenyum samar sembari memijat dahi, lantas merebahkan tubuhnya di ranjang.Seumur-umur baru kali ini dia menikmati ranjang dan kasur empuk. Selama berada di rumah ini, dia selalu tidur di kasur lipat yang tipis, bahkan terkadang tidak mampu menahan dingin lantai kamar tidur mereka.Sembari berbarin
Bab 26 Setelah melewati drama yang menguras emosi di pagi hari, akhirnya ia sampai di kantor. Kedatangannya di sambut oleh Ghina yang sudah bertengger manis, menghadap meja kerjanya. "Suntuk lagi?" tegur Ghina melihat penampilan Ziyad. Wajah lelaki muda itu terlihat masam. "Rayna sudah pulang ke rumah, Ghin," ujarnya pendek. Perempuan berwajah cantik itu spontan terlonjak dari tempat duduknya. "Rayna sudah pulang? Bagus dong!" "Ya, begitulah." Ziyad menghempaskan tubuhnya di kursi berhadapan dengan Ghina. "Tahu sendiri lah. Jikalau Rayna bisa kembali ke rumah, berarti ada syarat yang harus aku penuhi. Dan ini permintaan dari Ravin." "Emangnya Ravin minta syarat apa?" tanya Ghina. "Aku harus menyediakan pembantu untuk Rayna.
Bab 27Gina terus menjejeri tubuh Ziyad yang tengah berjalan menuju motornya. Lelaki itu menatapnya jengah. Ini memang masih berada di wilayah kantor. Namun, bukankah semua orang sudah tahu hubungan mereka?"Memang tidak ada, Ghina. Tapi apakah pantas jika seorang laki-laki membawa perempuan lain ke rumahnya, sementara ada istrinya?" Ziyad membantah."Bahkan kamu memasuki tubuhku tanpa sepengetahuan istrimu," protes Ghina. Perempuan itu teramat jengkel.Lelaki ini benar-benar mau enaknya sendiri, tak peduli dengan perasaannya. Mereka sudah terlalu jauh berhubungan. Namun faktanya, Ziyad selalu menganggapnya sebatas untuk bersenang-senang."Ya sudahlah. Terserah kamu saja. Kalau kamu ingin ke rumahku, ya silakan. Tapi pakai mobil kamu sendiri ya. Aku pulang pakai motor," tegas laki-laki itu. Dia paling tak tega melihat Ghina merajuk.
Bab 28Sepanjang perjalanan Rayna merasa tidak enak. Masih segar dalam ingatannya, sorot mata Ghina yang menatapnya dengan cemburu. Perempuan itu hanya tersenyum samar. Dia tahu perlakuan manis sang suami hanyalah dusta, topeng untuk menutupi kelemahannya sendiri berhadapan dengan pengaruh bos besar Al-Fatih Mart itu."Nanti pulang kerjanya aku jemput lagi ya. Kamu tunggu di depan minimarket. Aku akan datang.""Baiklah," sahut Rayna sembari mengembalikan helm kepada suaminya. "Aku masuk dulu ya, soalnya sudah terlambat ...."Rayna bergegas menjauh dan masuk ke gedung minimarket Al-Fatih Mart. Tempat ini memang sudah buka dan pergantian shift telah terjadi beberapa saat yang lalu. Dia memang terlambat sekali kali ini."Bagus ya, mentang-mentang punya hubungan spesial dengan petinggi minimarket ini, jadi bisa seenaknya keluar mas