Beranda / Rumah Tangga / Nikahi Mantan Istriku / 8. Negoisasi Tak Bermoral

Share

8. Negoisasi Tak Bermoral

Penulis: Pena Asmara
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-17 21:28:57

Malam ini, Hendra ada pertemuan penting dengan salah satu pejabat daerah, yang sedang kunjungan kerja di Jakarta.

Beliau menawarkan sejumlah proyek penting di daerah beliau menjabat.

 

Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya, Hendra bekerja sama dengannya. Ada beberapa proyek yang sudah dia selesaikan lewat kerja sama sebelumnya, dan mungkin dia puas dengan hasil kerja dan cara Hendra memberikan servis plus kepadanya.

 

Susan sang sekretaris pribadi Hendra mendampingi  dalam pertemuan bisnis penting ini.

Meluncur ke lokasi pertemuan di sebuah hotel mewah di bilangan Jalan Sudirman, Pusat Bisnis kota Jakarta.

 

"Ini proyek penting, jangan sampai proyek ini lepas," jelas Hendra pada Susan, di dalam Sedan mewahnya, duduk berdua di kusi belakang.

 

"Iya, Mas Hendra sayang," sembari Susan mencium pipi Hendra mesra. Jemari tangannya sibuk menghusap-husap lembut paha Hendra.

 

"Perempuan ini tahu cara menyenangkan aku," ujar Hendra di dalam hatinya. Susan memang hebat dalam hal membangkitkan birahi lawan jenisnya. 

 

Gelora kelaki-lakian Hendra dibangkitkandibangkitkan. Menimbulkan keberanian dan percaya diri menghadapi pertemuan dengan pejabat daerah nanti.

 

"Ada bonus besar untukmu, jika kita mampu mendapatkan proyek strategis ini," ucap Hendra pelan kepada sekretaris pribadinya tersebut.

 

"Kamu bisa gunakan uang bonus nanti untuk kau belikan barang-barang mewah kesukaanmu, dan untuk pelesiran ke luar negri. Kamu tahu, kan? jika aku tidak pernah mengingkari janji,"

Sembari tangan Hendra menjelajahi. Bergetar Susan, tatapan matanya terlihat sendu karena terbakar birahi. Dua orang ahli dalam memberikan kesenangan sesaat. 

 

Mereka memang pasangan yang tepat, dalam berbagi surga kenikmatan dunia.

 

Sesampainya mereka di depan lobby Hotel berbintang tersebut. Hendra dan Susan bergegas merapikan pakaian mereka dan langsung menuju kamar hotel, tempat pejabat daerah itu menginap.

 

Pak Dedi Firmansyah, nama pejabat daerah tersebut, menyambut Hendra dan Susan, lantas mempersilahkan mereka berdua untuk masuk.

 

Pak Dedi, Pria paruh baya bertubuh gendut dan besar, dengan separuh kepalanya yang botak, mempersilahkan Hendra dan Susan untuk duduk di ruang tamu kamar hotelnya. Ditemani istrinya yang berusia sebaya dengan Pak Dedi, dan juga dengan tubuh yang sama persis dengan pejabat daerah tersebut, berbanding terbalik dengan postur tubuh Hendra dan Susan yang proporsional.

 

Dituangkannya Wine, kedalam gelas mereka berempat, dan beberapa cemilan kelas atas, Pak Dedi mulai lmembuka pembicaraan.

 

"Pak Hendra, untuk formalitas saja. Silahkan nanti Pak Hendra buat proposal pengajuan pengerjaan proyek di tempat kami. Nanti gampang, semua bisa saya atur." mata Dedi menatap tajam ke arah Susan, dan sesaat Hendra perhatikan, tatapan Bu Susi, istri Pak Dedi pun tajam kepadanya.

 

"Sisihkan buat saya 20% dari nilai proyek, buat saya bagi-bagikan ke bagian-bagian Instansi anak buah saya. Biar nanti mereka yang atur perhitungan dan cara mainnya, juga buat laporan keuangannya," jelas Dedi lagi pada Hendra.

 

"Baik Pak, saya akan ikuti cara main Bapak," jawab Hendra kepada Pak Dedi.

 

"Nilai proyeknya senilai setengah Triliun. Duit yang besar kan?" tertawa terbahak Dedi, sembari meminum Wine nya.

Istrinya pun sama, ini sudah botol Wine kedua yang mereka habiskan.

 

Hendra menoleh ke arah Susan yang ada di sebelahnya, Susan tersenyum padanyapadanya. Terbayangkan, berapa besar nanti keuntungan yang akan mereka hasilkan jika mendapatkan proyek besar tersebut..

 

Pak Dedi menoleh ke arah istrinya, Bu Susi pun tersenyum tipis, tatapan matanya tajam kearahku.

 

"Pak Hendra bersediakan, mengerjakan proyek besar ini? Tenang saja, saya pastikan Pak Hendra nanti yang akan memenangkan proyek ini. Masalah tentang segala perijinan, biar saya yg koordinasikan nanti, Pak Hendra tinggal terima bersih saja."

 

"Siap Pak, saya bersedia, ambil proyek ini," jawab Hendra cepat.

 

Hendra lalu mengangguk memberikan kode kepada Susan. Dan sekretarisnya itu langsung mengerti apa yang dimaksud. 

 

Susan segera mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, dan meletakkannya di meja depan Bu Susi. Sekotak perhiasan dan selembar cek.

 

"Buat beli oleh-oleh saat pulang nanti, Bu? " kata Susan, sembari mendorong perlahan benda-benda berharga tersebut ke arah Bu Susi.

 

"Terimakasih yah." Sembari Bu Susi mengambil pemberian tersebut dan meletakkan di pangkuannya.

 

Wine demi Wine terus saja dituangkan untuk mereka berempat. Menjalar panas kedalam tubuh mereka semua, diselingi canda dan tawa Pak Dedi dan Istrinya.

 

"Pak Hendra." Serius Pak Dedi berbicara kepada Hendra.

 

"Saya, Pak."

 

"Saya ingin, Pak Hendra dan Bu Susan menemani kami di sini." 

 

"Maksudnya Pak?" tanya Hendra, meminta diperjelas.

 

"Temani kami berpasangan," tegasnya.

 

Mengejutkan buat Hendra, dan dia langsung menoleh ke arah Susan, dan Susan pun sama terkejutnya dengan Hendra.

 

"Bagaimana Pak Hendra dan Bu Susan? Bersedia tidak?" Matanya mulai bernafsu menatap Susan.

 

Berpikir keras Hendra. ini adalah proyek yang akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar buat perusahaan Hendra. Dan akan rugi rasanya jika proyek besar ini sampai terlepas.

 

Tapi melayani Bu Susi ....

 

"Kami bersedia, Pak," jawab Hendra kepada Pak Dedi, dan Hendra melihat Susan menghela napas, pasrah dengan keputusan Hendra.

Terlihat senang sekali mereka berdua, dan secara antusias segera mengajak Hendra dan Susan ke tempat tidur mereka.

 

Hendra melayani nafsu birahi Bu Susi dan Susan melayani Pak Dedi. Berdampingan mereka di satu Ranjang yang sama. Mengikuti apa maunya mereka, dan Hendra juga Susan mampu memuaskan birahi mereka berdua, dan terus berulang-ulang. Hendra dan Susan terjebak dalam perangkap keuntungan yang menggiurkan, tidak bedanya seperti gigolo dan P*K panggilan bagi mereka berdua.

 

Menjelang pagi, Hendra dan Susan pergi meninggalkan hotel, dengan membawa surat sakti yang di tandatangani Pak DediDedi. Surat jaminan kemudahan dalam menjalankan proyek ini nanti.

Terihat wajah Susan yang kelelahan dan kurang tidur, begitupun dengan Hendra. 

 

"Cape dan lelah sekali aku, Mas," keluh Susan kepada Hendra di dalam mobil.

 

"Jijik rasanya semalam itu melayani pria bangkotan seperti Pak Dedi. Jika bukan karena kamu, ogah aku, Mas" keluhnya sekali lagi.

 

"Hahaha." Tertawa terbahak bahak Hendra sembari mengibas-ngibaskan surat sakti ke wajah Susan.

 

"Ini surat akan membawa keuntungan besar buat kita. Anggap saja yang semalam itu pengorbanan kita berdua." Sekali lagi Hendra tertawa terbahak-bahak.

Susan pun tersenyum, mungkin membayangkan nanti kesenangan yang akan dia nikmati dengan keuntungan besar nanti. 

 

"Pak Timan, antar kami ke hotel yang dekat Senayan itu, biar aku dan Susan bisa rehat sejenak di sana."

 

"Baik Pak." jawab Pak Timan.

 

Hendra menoleh ke arah Susan, dan melihat, matanya berbinar terang.

Bab terkait

  • Nikahi Mantan Istriku   9. Pov Susan 1

    Vijar, melenguh panjang. Tubuhnya bergidik, napasnya memburu. Sudah selesai ia, mencapai puncak.Sedang aku, memulai pun belum. Kesal dan marah rasanya. Sudah bertahun-tahun, dari sejak pertama menikah, dan tidak sekalipun kurasakan mencapai puncak tertinggi bersama suami, tidak seperti yang kudengar dari rumpian tetangga-tetangga sekitar sembari tertawa cekikikan, dan aku hanya jadi pendengar."Salahkah jika aku mengeluh?" tanya bathinku.Seperti tidak merasa bersalah, langsung terlelap dia, Kekesalan dan kemarahan yang kupendam membuatku pusing kepala, dan menjadi tidak bisa tidur."Aku seperti tempat sampah, setelah selesai membuang langsung ditinggalkan."Aku turun ke bawah untuk mengambil minuman dingin yang ada di kulkas.Adem rasanya hati dan tenggorokanku saat air dalam botol dingin ini masuk ke dalam kerongkonganku.Rumah yang kutempati rumah milik mertua, orang tua Vijar.Aku tinggal di lanta

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-17
  • Nikahi Mantan Istriku   10. Pov Susan 2 Kilas Balik

    Asap rokok berembus perlahan, dinikmati sekali isapan demi isapan. melirik Imron ke arahku. Senyum tersungging melukiskan kepuasan hasrat. Masih terlihat sedikit peluh di kening Imron. Degup jantungnya masih terlihat sedikit berpacu."Dari dulu ... kamu memang paling pandai dalam memuaskan hasratku, San." Sembari imron mengembuskan asap rokoknya.Masih hanya dengan menggenakan celana pendek dan tanpa baju, terduduk dia, di

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Nikahi Mantan Istriku   11. Susan 3

    Hari ini jam 07:00 pagi, aku sudah sampai di kantor, karena ada rencana keberangkatan ke Sepinggan Balikpapan Kalimantan timur dengan Pak Hendra.Jadwal penerbangan jam 09:15 dari Bandara Internasional Soekarno Hatta, terminal 1c.Suasana kantor masih sangat sepi, dan aku sudah bersiap di lobby kantor.Menunggu Pak Hendra dan sopir yang akan menjemput.Suamiku Vijar, si es batu itu, tidak mengiyakan dan melarang pun tidak, saat kubicara tentang rencana kepergian selama tiga hari ke Sepinggan. Hanya bapak mertua saja yang seperti was-was akan kepergianku, mungkin karena terhitung baru masuk kerja, tetapi sudah harus pergi dinas ke luar daerah. Atau mungkin juga dia khawatir, karena selama tiga hari kedepan nanti, hasrat gairahnya tidak lagi terpenuhi.20 menit menunggu, mobil sedan mewah Pak Hendra datang. Pak Timan, sopir pribadi merangkap sopir kantor menghampiriku ke lobby untuk memberi tahu dan membantu membawakan tas, berkas-berkas, dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Nikahi Mantan Istriku   12. Susan 4. Masuk Dalam Perangkap

    Hendra memasuki kamar, dan aku hanya menguntitnya dari belakang. Postur tubuhnya malah terlihat lebih menggairahkan, menyeret angan keinginan mendekap, terlelap hangat beralaskan kulit punggungnya, setelah lelah berkeringat memadu hasrat."Susan ...?""Saya, Pak Hendra." Sedikit terkejut juga aku dibuatnya saat bosku itu memanggilku secara tiba-tiba di saat aku sedang menghayalkan dirinya."Tolong rapihkan barang-barang bawaan saya yah, saya ingin secepatnya mandi. Sudah lengket rasanya seluruh badan ini." Sembari menuju kamar mandi."Baik, Pak." Aku pun secepatnya, membuka-buka barang bawaannya, untuk segera kurapihkan."Mau dipesankan makanan atau minuman, Pak?!" tawarku, agak sedikit berteriak."Saya sudah makan di luar, tapi tolong pesankan saya kopi

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-20
  • Nikahi Mantan Istriku   13. Susan 5

    Tiga hari di Sepinggan, rasanya seperti bulan madu buat kami berdua. Aku dan mas Hendra. Di luar urusan kepentingan kantor, saat ada waktu-waktu tersisa, kami lalui dengan kebersamaan dan bercinta. Tuan berparas tampan pemilik perusahaan konstruksi itu memang luar biasa dalam segala hal. Cakap dalam berbisnis dan bernegosiasi, termasuk dalam urusan hasrat. Benar-benar membuatku terpesona.Sore sebelum malam kami sudah tiba kembali di ibukota.P

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-21
  • Nikahi Mantan Istriku   14. Lamaran ke dua

    Masa I'dah Arini sudah hampir berakhir, dan selama itu, tidak pernah sekalipun Hendra menghubunginya. Tidak lewat telepon, WA atau apapun."Sudah tidak perdulikah, Mas Hendra padaku. Sebegitu bencinya Mas Hendra, hingga untuk menghubungiku saja dia tidak mau."Berkecamuk semua pertanyaan di dalam hati dan pikiran Arini.Matanya nanar menatap derasnya hujan dari balik jendela kamar.Hujan sore ini, benar-benar membawa kepedihan di dalam hatinya.Sakit rasanya.Jika Hati masih memendam rindu."Kamu sedang apa, Mas?""Tidak rindukah engkau denganku?"Mengapa kau lebih percaya orang lain, di banding aku. Lima tahun kebersamaan kita, tidak cukupkah untuk engkau meyakini, jika aku tidak mungkin berkhianat padamu. Ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-22
  • Nikahi Mantan Istriku   15. Kita Adalah Keluarga

    Setelah mengunci pintu rumah, segera Arini bergegas untuk menemui Ceu Yoyoh, tidak ingin berlama-lama untuk segera menyelesaikan masalah. Lagi pula nanti setelah dari rumah Ceu Yoyoh, harus pula menyelesaikan pesanan pembuatan kue ulang tahun yang akan diambil sore nanti.Tidak lupa Arini membawakan kue buatannya untuk anak-anak Ceu Yoyoh.Di saat sedang menutup pintu pagar rumah."Assalamualaikum, Jeng Arini?""Wa'alaikum salam." Arini menoleh ke arah asal suara salam itu terdengar."Mau kemana Jeng? Sepertinya terburu-buru sekali?"Tante Naya, tetanggaku, hanya berbeda lima rumah dari sebelah kanan tempat tinggalku, juga di Pinggir jalan raya.Tante Naya juga punya usaha yang samasama dengan Arini, menerima pesanan pembuatan kue dan catering makanan.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Nikahi Mantan Istriku   16. Aku Ikhlas Mbak

    Lewat pesan singkat, Syarifah meminta Arini untuk bertemu dengannya di sebuah taman di tengah kota. Arini mendatanginya, dan kembali permintaan yang sama terucap dari mulut Syarifah.Tetapi ada satu hal yang membuat Arini semakin terkejut, saat istri dari Gazza ini bercerita jika suaminya itu belakangan ini di-diagnosis Dokter mengidap penyakit yang sangat serius dan mematikan. Arini sampai tidak percaya mendengarnya."Mbak Arini bersediakan, jika menikah dengan Gazza?" Syarifah kembali meminta kepastian. Arini hanya terdiam, bingung dan tak tahu lagi harus bicara apa. Mendengar jika gazza menderita penyakit kanker darah saja sudah sangat mengejutkan baginya."Menikah dengan Gazza? Bukannya malah akan membuat hatimu lebih sakit Dik?""Aku hanya ingin dia bahagia, di akhir sisa hidupnya Mbak," ucapnya.&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25

Bab terbaru

  • Nikahi Mantan Istriku   29. Benar Benar Bahagia

    Sama seperti halnya Kunto, dibayar berapa Mas Adrian untuk mengikuti apa maunya Mas Hendra. Aku harus mencari tahu, tentang hal ini.Seperti biasa, Mas Adrian sudah pulang sebelum jam sembilan malam. Sengaja aku tidak menyambutnya, hanya berdiam diri saja di kamar. Selepas membersihkan diri di kamar mandi, Mas Adrian masuk kamar dan berganti pakaian, aku berpura-pura sudah tertidur. Adrian lalu keluar, setelah meletakkan beberapa lembar uang belanja di meja rias. Aku menunggu Mas Adrian melepas lelah, setelah itu, ingin bicara dengannya."Aku ingin bicara mas," kataku, duduk di bangku sebelahnya di ruang tamu. Saat Mas Adrian sedang asik membaca kitab."Mau, bicara apa, Dek?" tanyanya, sembari menutup kitab bacaannya, dan meletakkan di atas meja."Mas Adrian, jijik sama aku?" terdiam sesaat Adrian, mendengar pertanyaanku."Maksudnya apa yah,dek? Mas, kurang paham.""Jujur saja, Mas ... Apa yang membuat Mas Adrian jijik padaku? Bahkan tidak pernah mau menyentuhku! Aku lelah dengan pern

  • Nikahi Mantan Istriku   28. Konspirasi Yang Terbongkar

    3 bulan sudah pernikahan sandiwara ini berjalan. Zahra sudah semakin dekat dan manja denganku. Ditambah dengan adanya Atika di rumah ini, semakin membuat Zahra terlihat bahagia, dan tubuhnya pun lebih gemuk sekarang.Sedangkan Mas Adrian, tidak ada yang berubah pada dirinya. Dia selalu memperlakukan aku dengan baik dan bertanggung jawab pada keluarga.Tetapi ... tidak pernah menyentuhku.Aku ingin dia memperlakukan aku layaknya seorang suami terhadap istrinya. Memberikan keteduhan dan kedamaian ke dalam sebuah pelukan kehangatan dan perlindungan. Mas Adrian seperti menjaga jarak, tidak ingin menyentuh dan tidak ingin disentuh. Berkutat hanya dengan membaca buku dan kitab. Menunggu sampai aku terlelap, baru kemudian memasuki kamar dan tertidur di kasur lantai.Pernikahan sandiwara ini telah menjerat dan mengikatku pada sebuah kenyataan. Bahwa aku merasakan kenyamanan pada pria lain selain Mas Hendra. Bahkan terkadang, jika Mas Hendra menelpon, aku mulai merasakan ketidaknyamanan. Teru

  • Nikahi Mantan Istriku   27. Menyimpan Rasa Cemburu

    "Terserah Dek Arini saja, jika dia bersedia, aku persilahkan saja," ujar Adrian. Kembali melemparkan bola panas terhadapku.'Menjengkelkan pria ini' bathinku menggerutu."Kamu tidak perlu ijin Adrian, Arini ... pernikahan kalian kan hanya sandiwara, kamu harus ingat itu," ketus Hendra kepadaku, sepertinya itu juga cara Hendra untuk menyindir dan mengingatkan Adrian. Hendra memang benar, itu memang rencananya, aku dan Adrian pun menyetujuinya."Aku dan Mas Adrian memang menikah sandiwara, tetapi pernikahan kami sudah memenuhi syarat hukum agama," jelasku kepada Hendra."Selama aku menjadi istrinya, terlepas itu sandiwara ataupun bukan, aku harus tetap meminta persetujuannya, sebagai pemilik sah atas diriku," jawabku tegas. Hendra terdiam, begitupun Adrian."Kamu juga, Mas Adrian. Jangan berlepas tanggung jawab atas diriku, menurut hukum agama aku sah milikmu, tidak pantas jika Mas menyerahkan keputusan ini kepadaku, karena aku masih di bawah tanggung jawabmu." Aku langsung berdiri meni

  • Nikahi Mantan Istriku   26. Permainan Baru Dimulai

    "Istirahat saja ya, Dek. Jangan dibawa aktivitas dulu, Mas ambil libur saja hari ini, biar bisa bantu-bantu Adik di rumah dulu." Saatku duduk di pinggir ranjang. "Iya, Mas tidak usah kerja dulu," pintaku. Sesungguhnya bukan karena cengeng, tetapi panggang juga, melihat Mas Adrian tidak pernah sepi mencari penumpang selama kami menikah. Mas Adrian lalu menuju ke lemari pakaian, membuka bajunya untuk berganti pakaian. Ada desiran halus yang mengalir di dadaku, melihat tubuh telanjangnya, walaupun hanya di bagian pinggang. Kucoba tetapi mungkin menahan debar, tidak dengan langkahku yang malah memilih untuk mendekatinya. "Mau kemana, Dek. Jangan banyak bergerak dulu jika masih sakit," sarannya, lalu mendekatiku, dengan masih bertelanjang, sambil memegang baju ganti di tangan. Aku langsung memeluknya, memeluk tubuh tegapnya. Ada kehangatan dan mengalir di dalam ragaku. Entahlah, aku mungkin seperti perempuan yang tidak tahu malu, tetapi ... Mengapa juga kuharus malu, jika tubuh yang kup

  • Nikahi Mantan Istriku   25. Rasa Yang Tak Terduga

    "Ingin meminta tolong Mbak Lasmi, tapi aku tidak tega membangunkannya." Lanjutku Penjelasan."Iya,i-ya.dek," ucapnya tergagap. "Di sini keriknya, dek?""Di dalam kamar saja, yah Mas." Aku melangkah ke dapur, untuk mengambil sedikit minyak sayur. Tertahan langkahku, Mas Adrian memegang tangan."Adek mau kemana?" "Ke dapur Mas, ingin mengambil sedikit minyak sayur untuk kerikan," jawabku."Biar Mas yang ambil, adek tunggu di kamar saja." Bergegas berdiri Adrian melangkah menuju dapur.Aku segera masuk ke dalam kamar, menyiapkan uang logaman lama yang memang sengaja kusimpan untuk kerikan. Membuka pakaian atas dan penutup payudara.Terlihat Mas Adrian sangat grogi saat masuk kamar dan mulai mendekat. Hanya menunduk dan terlihat serba salah. Duduk di belakang tubuhku, di atas tempat tidur."Di-di, ke-ke'riknya, sekarang Dek?" terdengar gemetaran suaranya. Aku tertawa geli dalam hati."Iya, sekarang Mas," jawabku, sembari bersiap menahan sakit karena kerikan."Halus sekali kerokannya, se

  • Nikahi Mantan Istriku   24. Pernikahan Sandiwara

    POV AriniPerjalanan hidupku yang berhubungan dengan pernikahan, selalu heboh dan menjadi perbincangan buat warga sekitar tempat kutinggal.Baru saja dua minggu kemarin batal melaksanakan akad nikah. Di hari minggu pagi ini, akan digelar kembali acara akad pernikahanku dengan pria yang berbeda. Pernikahan yang akan dilakukan secara siri.Macam-macam pendapat mereka tentang pernikahanku kali ini, itu kabar yang kudengar dari Mbak Lasmi dan Ceu Yoyoh, tetapi aku mencoba untuk tidak lagi ambil peduli.Tidak banyak yang menghadiri pelaksanaan akad nikah kali ini. Selain karena keadaan Adrian yang sama seperti aku, anak tunggal tanpa saudara dengan kedua orangtua yang sudah tiada. Hanya beberapa warga sekitar dan pengurus RT saja, yang ikut menghadiri acara akad pernikahanku kali ini.Ustaz setempat yang menjadi penghulu pernikahan kami. Ustaz yang sering di panggil untuk menikahkan pasangan pengantin secara siri. Mas Hendra yang mengurus dan mengatur semuanya, aku dan Adrian hanya mengiku

  • Nikahi Mantan Istriku   23. Demi Persahabatan

    POV AdrianHendra berjanji akan mengurus semua, rencana pernikahan sandiwaraku dengan Arini.Sebenarnya, aku tidak sepakat dengan keinginan Hendra, yang menjadikan sebuah pernikahan yang sakral sebagai sebuah permainan kepura-puraan. Tetapi hutang budiku akan kebaikannya, membuatku tidak kuasa menolak untuk tidak membantunya.Saat kehamilan dan kelahiran putriku. Rita, almarhumah istriku banyak sekali memerlukan biaya, waktuku hanya dihabiskan di rumah sakit untuk menjaga dan menemaninya. Tidak ada pekerjaan dan pendapatan untuk membayar biaya rumah sakit. Hendra yang membayar semuanya, bahkan untuk biaya makan dan akomodasiku sehari-hari.Begitupun saat Rita akhirnya mengembuskan nafas setelah selesai melahirkan. Hendra juga yang memberikan aku modal untuk usaha di rumah, agar aku bisa menjaga dan merawat putriku yang masih balita. Hendra benar-benar sahabat yang perduli dengan segala permasalahan yang kualami."Ian ... Ian!" panggilan Hendra membuatku tergagap dari lamunan. Terlihat

  • Nikahi Mantan Istriku   22. Mencari Muhalil

    Arini masih terdiam, dan aku pun masih menunggu jawabannya untuk mengajaknya hidup bersama kembali."Kau sudah menjatuhkan talak tiga kepadaku, Mas? Tidak akan semudah itu untuk meminta aku rujuk kembali denganmu," ucapnya. Matanya menatap lurus ke arah taman, halaman depan."Dalam Surat keputusan perceraian kita dari Pengadilan Agama, tertulis, jika aku menjatuhkan talak satu kepadamu," jawabku, menyangkal ucapannya."Surat keputusan memang tertulis seperti itu mas? Tetapi ucapan talak tiga yang keluar dari ucapanmu, bahkan sampai tiga kali ucap, itu sudah jatuh talak tiga walaupun pengadilan menuliskannya berbeda," jelasnya, masih dengan pendiriannya."Aku tidak berani untuk menjalani sesuatu yang diikrarkan tidak atas nama Tuhan, sedangkan aku tahu jika itu dilarangnya," jelas Arini, sekali lagi."Apa yang harus kulakukan, agar kita berdua dapat bersama kembali?" kutatap matanya tajam."Aku harus menikah dengan orang lain, sebelum dapat kembali hidup denganmu."Aku terdiam mendenga

  • Nikahi Mantan Istriku   21. Tawaran untuk kembali

    Tawaran Rujuk kembaliHati ini mendadak merasakan sepi di tempat seramai ini, di tengah-tengah kerumunan banyak orang yang ingin menyaksikan akad pernikahan, dan aku merasa sendirian.Segera berbalik badan ingin kembali pulang. Arini sebentar lagi akan menjadi milik orang.Di depan mobil kuberhenti sesaat, ada keinginan untuk menyaksikan akad.Kukuatkan hati kembali ke rumah Arini, menyaksikan sendiri saat-saat kebahagiaannya."Arini berhak bahagia ... yah, Arini berhak merasakan kebahagiaan." Berbalik kembali melangkahkan kaki masuk ke dalam rumahnya.Berdiri di sudut ruang tamu yang lumayan luas. Pengantin pria duduk membelakangi, hanya terlihat punggungnya saja. Dikelilingi banyak kerabat di belakangnya. Arini belum terlihat.Tidak beberapa lama, iringan calon pengantin keluar dari ruangan dalam, dan memang Arini sebagai pengantinnya.Memakai hijab dan pakaian serba putih dengan riasan wajah yang sederhana. Arini lebih terlihat seperti bidadari. Cantik sekali.Berjalan pelan dengan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status