Home / Pernikahan / Nikahi Aku atau Aku Mati / Di Antara Dua Wanita

Share

Di Antara Dua Wanita

Author: Gra_Violla
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

BAB XIV

Di Antara Dua Wanita

Begitu sampai rumah, Anggara langsung bergegas mencari ponsel miliknya. Ia ingat baik-baik, dua hari lalu, saat terakhir menggunakan gawai tersebut adalah saat menerima pesan singkat dari Nirmala di depan kamar ibunya. Dan, benar, benda itu masih tergeletak di sana.

Dengan penuh rasa bersalah, diraihnya benda tersebut. Sayangnya, kondisi sudah dalam keadaan mati. Langsung saja ia mengecas. Setelah menunggu beberapa menit dan daya terisi cukup untuk mengaktifkan kembali, segera ia memencet tombol on off.

Panggilan sebanyak 16 kali dan beberapa tumpukan chat yang sebagian besar dari Nirmala terpampang di sana. Pemuda yang semasa hidupnya hampir tak pernah marah itu langsung merasa lesu. Pikirannya langsung melayang pada keadaan kekasihnya. Jika saja dirinya lebih berani dan tegas untuk pulang ke rumah mengambil ponsel yang tertinggal, tentu hal mencemaskan tidak akan ia rasakan.

Sayang, sang ibu yang selama dua hari berada di rumah sakit itu selalu memintany
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Aksi Nekat, Demi Cinta

    “Lho, Bee, katanya dikunci sama bapak kamu. Kenapa bisa sampai sini?” Anggara benar-benar tidak menyangka jika pacarnya itu nekad sudah berada di pintu gerbang rumah. padahal, di salah satu isi pesan yang dikirim wanita mungi itu mengabarkan kalau dirina tidak bisa kemana-mana lantaran dikurung sang bapak.“Kamu itu sebenarnya perduli nggak sih, sama aku? Sayang nggak, sih? Kalau perduli dan sayang, kenapa kamu ingkar janji? Kenapa tidak memperjuangkan aku? Enggak memilih aku dan datang ke rumahku segera? Hah? Kalau pun enggak, kenapa kamu selama ini begitu care sama aku? Selalu bantuin aku? Argh!” Bukannya menjawab pertanyaan pacarnya, Nirmala justru memberondok pemuda yang tampak cemas di hadapannya dengan pertanyaan. Alhasil, Anggara bingung hendak menjawab.“Jangan diam aja. Coba jawab, kenapa dua hari enggak ada kabar. Ditelfon belasan kali nggak diangkat. Di messanger nggak jawab. Maumu apa, sih?” Saking putus asanya, Nirmala sontak mengepalkan kedua telapak tangan, lalu memukul

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Pertemuan Yang Tak Disangka-sangka

    “Lucky?” Saking kagetnya, mulut Nirmala menganga sembari mengucapkan sebuah nama yang akhir-akhir ini wira-wiri di telinga.“Tidak nyangka, ya. Setelah sekian tahun tidak bertemu sama sekali. Tuhan mempertemukan kita bertiga di sini dengan formasi yang lengkap. Kalau kemarin malam tidak lengkap, mungkin itu karena keluarga kamu lupa mengundang. Bukan begitu, Kumalasari?” Lucky Pradana tersenyum meledek. Bola matanya yang tajam menatap Anggara dengan kesan meledek.Melihat sang lintah darat yang hampir memangsa kekasihnya beberapa tahun yang lalu, Anggara tersulut emosi. Namun, pria kalem itu mampu menahan diri. Meski tidak bisa menyembunyikan rasa kaget dan cemburu, ia masih bisa menunjukkan ke-elegant-nya.“Lucky, ngapain kamu di sini?” Pertanyaan itu langsung meluncur tanpa kompromi. Mulutnya tidak bisa menahan rasa ingin tahu.“Diminta calon bapak mertua suruh jemput calon istriku. Katanya sedang mencari angin segar. Tapi, tak tahunya sedang bersama calon mantan,” jawab Lucky penuh

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Tidak Bisa Diharapkan!

    Baru kali ini wajah Pak Harsono sangat sumringah melihat kepulangan anak gadisnya. Hal ini bukan lain karena digandeng pria yang diagung-agungkan bisa menjadi menantu terbaik. Sementara itu, Nirmala tidak bisa menyembunyikan rasa kaget sekaligus marah setelah tanpa pamit tangan Lucky menggandengnya sangat mesra dan menunjukkan dengan bangga pada teman bisnis papanya itu.Sekuat tenaga Nirmala hendak berontak, tapi segera dibisiki suara pria kurang ajar di sampingnya,” Ikuti permainan dan permintaanku atau kau akan tau konsekuensinya.” Lucky semakin erat mengapit lengan wanita yang tingginya sekupingnya itu.“Selamat malam, Om,” sapa Lucky penuh rasa bahagia.Pak Harsono menyambut dengan roman jauh lebih bahagia. Keduanya tampak sangat akrab dan terlihat sangat bahagia seperti pengantin baru. Sementara yang paling tersiksa di situ adalah Nirmala. Selain karena pegangan tangan Lucky yang erat, batinnya menjerit seperti sedang menghianati sang kekasih. Maka, ketika kedua laki-laki itu me

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Derita Anak Mami

    Kretek satu bungkus yang dibeli sepulang bertemu dengan sang kekasih tadi sudah hampir habis, tinggal beberapa batang saja. Pemuda yang sejatinya trauma dengan kretek itu telah menghisapnya sejak dari mengendarai motor hingga kini duduk di teras depan. Sengaja dia tidak masuk rumah sebelum pikirannya yang kalut bisa diredakan.Bagaimana tidak kalut jika perkara restu saja belum beres harus ditambah dengan fakta bahwa sang pujaan hati hendak dijodohkan. Jika dijodohkan dengan orang yang memang lebih baik dari dirinya, mungkin tidak akan sekacau ini. Bukan karena merasa diri sempurna, tapi apabila benar wanita yang ia kasihi akhirnya menikah dengan orang dengan record doyan wanita, lintah darat dan tukang mabok itu bukankah sangat menyakitkan? Jika membiarkan begitu saja, ibarat dirinya menyaksikan sang kekasih terjun ke jurang mematikan.Sebagai pria sejati yang mengaku mencintai dengan setulus hati, tentunya ia ingin membebaskan sang kekasih dari jeratan perjodohan menyiksa itu. Namun

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Sang Penyelamat

    “Biarkan Anggara istirahat, Diana. Belakangan dia seperti kurang tidur.” Seorang wanita yang terlihat lebih muda dari usia orang yang dipanggil tiba-tiba hadir di tengah-tengah Anggara dan sang ibu. Keduanya kompak menatap sosok yang baru saja datang. Melihat siapa yang kini ada di hadapannya dengan ucapan tersebut, membuat wanita yang selalu tampil dengan lipstik warna merah itu semakin menyala karena naik pitam. Tak disangka jika sosok tersebut tiba-tiba muncul di kondisi seperti ini. “Nggak usah belain dan ikut campur urusanku, Wahyu.” Sorot mata Bu Diana tajam menatap wanita yang tampak tak gentar itu. “Jangan terlalu keras dengan anak. Kasihan Anggara jadi tertekan.” Wanita yang dipanggil dengan nama Wahyu itu terlihat begitu prihatin dengan tingkah Bu Diana. Kedua matanya yang teduh itu sesekali melihat ke arah keponakan yang tampak tidak nyaman. “Sewaktu kamu di rumah sakit, anakmu ini hampir tidak bisa tidur dan istirahat dengan baik. Apa kau tidak kasihan?” Anggara yan

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Sekali Seumur Hidup

    “Gara, omku udah di rumah. Jadi konsul gak?”Anggara sedang meratapi nasib di kamar ketika sebuah pesan muncul di layar ponsel. Setelah membaca kalimat tersebut, ia ingat jika suatu hari pernah nimbrung obrolan teman kampusnya dulu yang bercerita tentang adik ayahnya yang ajaib. Selain terkenal pintar secara IQ, beliau juga pintar secara spiritual. Itulah mengapa sosok itu menjadi terkenal dan sering kebanjiran tamu yang datang untuk meminta bantuan solusi atas masalah mereka.Saat itu, Anggara yang cuek awalnya tidak begitu mengikuti cerita temannya tersebut. Lama-lama tertarik karena sebenarnya saat itu ia juga butuh sosok yang bisa memberikan pencerahan tentang hubungan rumit bersama sang kekasih. Namun, dulu belum sempat untuk mengutarakan ketertarikannya. Barulah akhir-akhir ini rasanya ia sangat membutuhkan sosok tersebut. Untunglah, kontak temannya yang bernama Dimas itu masih ada.Setelah menunggu cukup lama, akhirnya pemberitahuan tentang sosok yang dijuluki Mbah Utomo itu mu

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Petuah Mbah Utomo

    Ketika Anggara muncul, sosok yang sedang duduk di atas amben bambu beralaskan kloso itu sempat tertegun sejenak. Ia seperti melihat seorang bocah laki-laki yang dipenuhi dengan ketakutan, kecemasan dan kepasrahan. Hatinya pun terlihat lebam. Begitu pun dengan isi kepalanya yang nyaris penuh terisi tali temali rumit. Sebanyak pasien yang telah datang padanya, baru kali ini kedatangan sosok macam tersebut.Setelah salam dan dipersilahkan duduk bersila, Anggara mencoba menatap lebih cermat dan tersenyum ke arah laki-laki yang sejatinya belum pantas dipanggil Mbah itu. Ia sempat tidak percaya jika sosok yang diceritakan Dimas ternyata terlihat jauh lebih muda dari yang ada di imajinasinya. Laki-laki bugar dengan kulit coklat tua dan kumis tipis dan rapi itu terlihat seperti baru berumur empat puluhan.“Assalamu’alaikum. Nama saya Anggara.” Karena baru pertama kali ke tempat konsultasi seperti begini, Anggara terlihat sangat kikuk. Bahkan, sebenarnya ia tidak ada gambaran apa yang harus di

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Pada Akhirnya

    Begitu melihat dari CCTV, Bu Diana mengetahui siapa yang membuat suara derit pintu gerbang. Hati wanita yang terlihat mendung itu terasa amat sakit. Sebelumnya, putra satu-satunya itu tidak pernah ke luar rumah semalam ini tanpa berpamitan. Tapi, demi seorang wanita lain, ia melakukannya.“Seistimewa itukah gadis itu?” Tiba-tiba saja hatinya dilanda rasa cemburu.Bu Diana sengaja tidak menghubungi putra semata wayangnya, karena masih merasa sakit hati dan kecewa. Namun, ia tetap menunggu di sofa ruang tamu. Jika ada kendaraan yang terdengar mendekati pintu gerbang rumah, dengan cepat akan menyibak tirai jendela. Berkali-kali kecewa, karena suara motor itu tidak masuk ke gerbangnya. Malam semakin larut, wanita yang tak lagi muda itu berpindah duduk di depan monitor CCTV untuk terus memantau kepulangan sang anak. Sayang, sampai subuh tiba, nihil.###Kedua netra Anggara terbuka manakala terasa tertusuk sinar mentari yang memantul dari sebuah kaca besar di depannya. Dengan tenaga yang ma

Latest chapter

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Masihkah Ada Harapan?

    Gadis itu sudah cukup lama terbangun dari tidurnya—tidur yang dibuat setelah meminum obat penenang. Kini, ia telah sadar dengan apa yang telah terjadi dan kenapa dirinya saat ini tengah berada di ruangan khas dengan dekorasi berwarna putih dan hijau—rumah sakit. Lalu, dia pun mulai menyibak kenangan permulaan begitu akrab dengan bangunan semacam ini.Flashback OnHati luka yang masih menganga itu dibawanya pergi dari tempat perantauan ke kampung halaman. Pemilik hati yang begitu tulus tapi dikhianati secara sadis itu berharap di tempat dirinya tumbuh dan dibesarkan oleh seorang kakek yang begitu tulus menyayanginya itu bisa sembuh.Ternyata, menyembuhkan luka itu tidak semudah dan secepat saat jatuh cinta. Terlebih, untuk seorang wanita yang memiliki bawan eccendentesiast. Dia begitu lihai menyembunyikan luka, rasa sakit, kecewa dan sedih dengan membalutnya bersama senyuman, tawa dan keceriaan. Di samping itu, ia tidak mau membebani sang kakek yang pada saat itu tengah sakit-sakitan k

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Cobaan Terberat Anggara

    Ada yang mengganjal di hati Anggara setelah perdebatan antara dirinya dan sang ibu. Bukan hanya perkara tentang keteguhan hati ibunya yang belum mau menerima Nirmala sebagai istrinya dan justru masih ngotot ingin menjodohkan dengan Fitonia, tapi juga perkataan Tante Ayu.Lontaran kalimat tantenya itu membuatnya membuka kembali album tipis yang berhasil ia simpan. Dipandanginya salah satu potret dia dengan seorang lelaki tinggi tegap dan gagah seraya berucap, “andai ayah masih di sini, mungkin aku tidak akan sepusing ini. Apa benar yang dikatakan Tante Ayu tentang ayah? Kenapa begitu berbeda dengan cerita dari Ibu?”Dia memang seorang pria. Tapi, bukan berarti seorang pria tidak bisa menangis. Nyatanya, demi membayangkan kenangan indah bersama sang ayah, Anggara mulai menundukkan kepalanya yang terasa begitu berat. Tetes air mata perlahan berhasi menjebol benteng pertahanan dari ujung mata. Sungguh pemuda yang tengah berada dalam kebingunan dalam memutuskan sebuah pilihan pasangan hidu

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Isi Hati Seorang Ibu

    “Maksud kamu apa bicara seperti itu? Jangan campuri urusanku. Bukankah sudah berkali-kali kuperingatkan?” geram Bu Diana tidak bisa menyembunyikan amarah pada adik kembarnya yang tiba-tiba muncul.“Apa kamu tidak kasihan sama Anggara? Padahal, dia putramu, anak yang kamu kandung sendiri. Cobalah untuk sedikit saja memberi belas kasihan pada putramu ini, Mbak,” ujar Tante Ayu sembari merangkul pundak sang keponakan yang terlihat tak berdaya.“Justru karena dia putraku, anak yang aku kandung selama 9 bulan, yang aku lahirnya dengan perjuangan antara hidup dan mati, yang aku biayai segala urusannya, sudah patut kiranya dia patut dan tunduk padaku. Bukankah surga anak ada pada restu seorang ibu? Terlebih dia laki-laki yang selama hidupnya itu milik ibunya, milikku!” pekik Bu Diana benar-benar telah kehilangan empati. Dipandangi dua orang terdekatnya yang kompak memandanginya dengan tatapan prihatin.“Kamu sudah salah kaprah, Mbak. Bukan seperti itu konsepnya. Aku penasaran, apa sebenarnya

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Surga atau Neraka

    v“Kamu sudah bangun?” Pria yang sedari tadi ditatap hingga melamun dalam durasi lama itu terbangun dan kaget melihat wanita yang dijaganya hingga ketiduran telah bangun.Menyaksikan lelaki muda yang tampak masih mengantuk itu hendak berjalan mendekat, wanita yang telah duduk di tepi ranjang itu tiba-tiba menangis. Bibirnya bergetar hebat. Ia ingin mengatakan banyak hal, tapi kelu.Tapi, melihat bagaimana pemuda yang telah menemani dan berjuang mati-matian berada di sisinya itu berusaha menahan kantuk, akhirnya pertanyaan meluncur begitu saja, “apa kamu sudah tau tentang Fitonia?”Anggara menghentikan langkah yang tinggal beberapa sentimeter saja dari ranjang, demi mencari jawaban yang tepat untuk merespon pertanyaan. Ia ingat pesan dokter untuk tidak membuat pasien di hadapannya semakin depresi.“Jawab, Gara! Apa benar, kamu pernah mencintai Fitonia hingga memberinya surat cinta? Hah?” emosi Nirmala meledak. Anggara semakin kebingungan.“Kalau iya, kenapa kamu mau denganku? Setelah s

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Berkat Fitonia

    “Begini nih, berasa dunia cuma milik berdua, yang lain ngontrak!” Sebuah celetukan pengunjung pantai yang kebetulan lewat dan menyaksikan adegan romantis itu menyadarkan Nirmala dan Anggara. Mereka segera berdiri tegap dan kikuk.“Berarti kita ngontrak dong, Pah? Hihi,” sahut seorang wanita yang berjalan bersebelahan di samping pengunjung tadi sambil cekikikan dengan salah satu telapak tangan di mulut.Pemuda-pemudi yang jadi malu dan salah tingkah itu segera menjauh dari tempat tersebut. Keduanya berjalan tanpa suara. Masing-masing hanyut dalam pikiran dan sesekali pemuda yang telah menutup kepala dengan hoodie berdehem—seperti memberi sinyal.“Jadi, apa jawaban kamu, Mala?” ucap Anggara dengan suara pelan. Tangan kirinya menggaruk kepala yang tidak gatal.“Um, sebelum menjawab,aku mau tanya sesuatu, boleh?” Nirmala berusaha menatap lawan bicara untuk melihat ekspresi serius atau tidak.“Boleh, kita duduk di sana aja, ya?” ajak Anggara sambil menunjuk sebuah batang pohon lapuk yang r

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Pertanyaan Tak Terduga

    Gara-gara dapat kiriman SMS yang memabukkan, hingga tengah malam Nirmala tidak bisa tidur. Gadis yang tengah kasmaran itu membayangkan hal-hal indah hari esok. Bahkan, dia sudah bermimpi jika benar Anggara benar-benar menyukai, membalas rasa suka darinya dan jadian, maka dia adalah pria pertama yang menjadi cintanya.Alhasil, pagi hari berikutnya, ia bangun kesiangan. Untung saja hari ini adalah hari Minggu, tidak ada kuliah, tidak ada jadwal magang kerja juga. Jadwal kencan pun jam sepuluh. Itu artinya, masih cukup waktu untuk persiapan ini itu.Dia memang gadis sederhana yang hanya punya beberapa potong pakaian saja untuk bepergian. Itu pun formal yang biasanya untuk ke kampus atau kerja. Maklum, ia jarang hang out. Jadilah kini gadis yang memiliki belahan di tengah dagu itu bingung memilah baju yang hendak dikenakan untuk nge-date pertama kali seumur hidup.Awalnya, Nirmala ingin meminta bantuan teman untuk memilihkan pakaian yang pantas dan oke, sekalian make up tipis-tipis. Namun

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Surprise di Akhir SMS

    Seharusnya, Nirmala sudah lega karena rahasia terbesarnya telah diungkapkan ke orang yang paling dekat denganya saat ini. Namun, gadis itu justru semakin sering melamun dan susah konsentrasi. Ia takut jika dibiarkan terus menerus, nilai akademik akan anjok yang berakibat dicopotnya beasiswa. Kalau sampai terjadi, Bapak bisa murka dan benar-benar melarangnya untuk kuliah. Hal ini semakin membuat gadis mungil itu overthinking.Di kamar kostnya yang sempit dan minimalis, dia merenung. Bahkan, berkali-kali bangkit dari ranjang untuk mondar-mandir. Lalu, naik lagi ke ranjang berusaha tidur, tapi justru wajah cute Anggara seolah terpampang nyata di hadapan. Alhasil, melek lagi. Sekuat apa pun dirinya menenggelamkan wajah di bantal, bayangan pemuda yang terkenal pintar itu tidak bisa hilang.Bahkan, kini dia dihantui dengan curhatannya pada sang sahabat kemarin. Sambil cemberut mendekap bantal, ia berujar, “kira-kira bener nggak, ya, keputusanku kemarin curhat blak-blakan sama Nia. Berlebiha

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Mengungkap Rahasia Hati

    Dengan langkah lesu dan suasana hati yang tidak karuan, Nirmala tiba di rumah Fitonia. Gadis menawan itu telah menunggunya di teras sambil menikmati camilan. Begitu melihat orang yang ditunggu muncul, ia langsung menyambut.“Dih, kenapa itu muka ditekuk kek baju lecek aja. Kenapa, sih?” Fitonia yang ceria meledek Nirmala yang masih juga belum menarik bibirnya ke belakang, barang satu sentimeter pun.“Lagi banyak pikiran,” lirih Nirmala menjawab sambil mengambil tempat duduk.“Ya, ya, kuliah itu emang banyak tugas. Pasti pusing, lah. Tapi kan, salah satu yang bikin pusing, udah beres, dihandle-in Anggara. Nih!” Fitonia memberikan benda kecil berwarna kuning-putih bertuliskan ‘Kingston’.“Gimana kesan kamu ke Anggara? Dia keren, ‘kan?” ledek Fitonia sembari mendekatkan diri dan siap menunggu reaksi gadis berwajah sendu di hadapannya.Ditanya demikian, sontak Nirmala yang terkenal sebagai orang yang blak-blak-an justru kebingungan.“Apa maksud dari pertanyaan Nia, ini?” batin Nirmala tid

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Gusar

    Bukannya hati sudah lega karena impian untuk kenal sekaligus jalan dengan pemuda impiannya telah tercapai, tapi hal itu tidak membuat Nirmala lega. Ia justru tidak bisa konsentrasi dalam setiap detiknya. Malam yang seharusnya digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah, justru membawanya ke loteng. Dengan secangkir teh manis di tangan, dipandanginya langit malam ini.Memori tentang episode kencan singkat bersama sang idola menemaninya. Kadang, senyum tercipta manakala mengingat betapa tampan dan manisnya pacar impiannya itu. Namun, ketika sampai pada memori saat dirinya ditinggalkan begitu saja setelah mendapatkan telepon dari seorang wanita, bibirnya manyun dan sedih.“Siapa wanita yang menelponnya waktu itu, ya?” tanyanya dalam batin. Dengan gelisah, tangan kanannya memutar-mutar gelas.Belum juga berhasil menganalisa, seseorang tiba-tiba membuyarkan lamunannya dengan suara deheman cukup keras. Alhasil, Nirmala menoleh ke sumber suara. Di jarak beberapa langkah, telah berdiri E

DMCA.com Protection Status